13- Bersama Gamal

198 32 0
                                    

Setelah bel pulang berbunyi, dengan langkah penuh ragu dan gugup yang memburu setengah mati, Dara memberanikan diri untuk berjalan menuju meja Gamal. Cowok itu masih membereskan alat tulisnya.

"Ga-gamal..."

Gamal menghentikan aktivitasnya, ia mengangkat kepalanya, menemukan Dara yang berdiri di depan mejanya seraya menundukan kepalanya hingga membuat rambut panjang gadis itu jatuh hampir menutupi wajahnya.

Gamal tak mengeluarkan satu katapun, ia hanya merespon dengan dehaman singkat.

"Buat tugasnya, Lo udah punya ide atau..."

Dara mengangkat kepalanya, berupaya memberanikan diri, namun saat ia hendak menatap wajah Gamal, cowok itu sudah duluan menatap ke arahnya, bahkan dengan tatapan serius.

Nyali Dara menciut, ia menundukkan lagi kepalanya.

"Atau mungkin kita kerjain besok atau lusa aja?"

"Kita bisa bicarain konsepnya sekarang."

Dara tersentak pelan mendengar respon baik dari Gamal, ini cukup membuat rasa gugupnya hilang sedikit.

Dara memberanikan diri mengangkat kepalanya. "Mau bicarain konsep dimana? Kantin? Atau... Disini? Sekarang?"

Gamal berdeham. "Lo punya tempat yang sepi gak?"

"Hah?"sontak Dara dibuat terkejut setelah mendengarnya, pikirannya mulai kemana-mana.

"Maksud gue, tempat yang tenang biar kita lebih fokus ngerjain konsepnya."

Dara bernafas lega, hampir saja otaknya berada di Aceh. Traveling maksudnya.

"Gimana kalau di..."

-oOo-

Dara memperhatikan sekeliling cafè yang bergaya minimalis namun tetap modern, aksen kayu sebagai lantai semakin mempercantik konsep cafè ini.

Gamal mempersilahkan Dara untuk duduk di meja yang biasa ia tempati setiap kali ia datang ke tempat ini.

"Ya mungkin ini jam yang salah, Karna banyak mahasiswa yang datang buat kumpul sama temen-temennya,"kata Gamal.

Dara melambai-lambaikan kedua tangannya. "Enggak papa kok, gak terlalu berisik juga. Lagian kita cuma mau nentuin konsep, pasti gak akan lama."

Gamal mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Lo suka kopi apa?"

"Americano."

Gamal mengangguk lalu setelahnya ia berjalan menuju bar cafè untuk menemui sang pemilik yang tengah membantu para karyawannya melayani pelanggan.

"Latte satu, americano satu,"kata Gamal memesan.

Nathan menatap Gamal curiga. "Lo mau mabok kopi atau gimana Mal? Banyak banget Lo mesen kopi? Bukannya Lo punya masalah sama..."

"Buat temen gue."

Nathan mengerutkan keningnya. "Temen Lo? Siapa? Baru kali ini Lo bilang Lo punya temen."

"Baru aja."

Nathan menoleh ke arah belakang, berusaha mencari-cari siapa yang Gamal ajak datang ke cafènya ini. Mata Nathan lamgsung tertuju pada seorang gadis berambut panjang tergerai, seragam yang ia kenakan sama dengan yang Gamal pakai.

"Widih! Punya cewek nih, sejak kapan Lo?"

"Dia patner satu kelompok sama gue."

"Oh..."Nathan mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Yaudah, nanti gue bawain kopinya ke meja kalian."

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang