67- Life is hard

94 14 0
                                    

Jam istirahat

Gamal berjalan dilorong kelas, cowok itu memperhatikan ponselnya. Gamal masih berharap dan masih menunggu sekecil kabar apapun yang berhubungan dengan Dara. Sudah 5 hari gadis itu pergi entah kemana, Gamal semakin mengkhawatirkan perginya gadis itu.

Berbagai pertanyaan muncul di kepala Gamal akhir-akhir ini.

Kemana Dara pergi?

Dengan siapa Dara pergi?

Apa alasan gadis itu pergi?

Apakah Dara baik-baik saja sekarang?

Bagaiman makan gadis itu?

Dimana dia tinggal dan bersembunyi selama ini?

Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mengisi kepalanya hingga saat ini. Semuanya berjalan sangat berat bagi Gamal.

Gamal memasukan ponselnya kedalam saku celananya lagi.

KRYUT!

KRYUT!

Gamal mulai merasakan perutnya yang lapar, cowok mulai melihat ke arah saku seragamnya. Hanya ada beberapa lembar uang pecahan sepuluh ribu dan lima ribu.

Cowok itu menghela napas panjang, nyatanya semuanya tak semudah yang ia bayangkan. Gamal benar-benar tak meminta sepeserpun saat ia pergi dari rumah, hanya uang sisa kemarin yang tersisa didalam sakunya.

Gamal tak tahu lagi sekarang apa yang harus ia lakukan untuk mengisi perutnya beberapa hari kedepan, ia tak mungkin kerja part time karena sangat sulit untuk mencari tempat yang mau merekrut pekerja anak SMA karena usia Gamal yang baru 17 tahun. Kebanyakan tempat hanya menerima minimal usia 18 tahun.

Gamal hanya bisa bersabar meski ia tak tahu sampai kapan ia akan tetap bertahan. Namun sebisa mungkin ia tak kembali ke rumah demi bisa membuktikan pada ayahnya.

Mungkin sejauh ini Dio tak menanyakan dirinya berada di mana sekarang, namun mungkin saja Dio akan cemas dan memintanya untuk kembali ke rumah bukan?

Memang terkesan seperti anak kecil, namun apa mau dikata, sebagai lelaki, Gamal harus memegang teguh ucapannya.

Gamal pun melangkahkan kakinya menuju ke arah kantin, mungkin ia akan membeli roti dan susu kotak disana untuk makan siang hari ini.

-oOo-

Gamal yang tengah memetik gitarnya di ruangan musik pun menoleh saat melihat seseorang masuk dan membuka pintu.

Kedua mata Gamal menemukan sosok Dika disana dengan seorang gadis yang tak lain adalah Gina.

Keduanya memasuki ruangan musik dengan membawa masing-masing dua kantong kresek besar berwarna putih. Keduanya kemudian menyimpan bawaannya diatas meja dekat pintu masuk.

"Pada kemana?"tanya Dika basa-basi kepada Gamal.

"Ke ruang Kepsek, ngurus pendaftaran buat festival,"jawab Gamal, cowok itu memfokuskan dirinya pada gitar.

Mendengar jawaban itu, Dika hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Sayang banget, padahal gue beliin ayam goreng buat mereka. Masih anget, takut keburu dingin,"kata Dika.

Mendengar Dika menyebut nama makanan, membuat Gamal langsung merasakan rasa lapar. Jelas saja roti dan susu yang ia beli saat makan siang tadi tak terlalu bisa menahan lapar hingga sore hari.

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang