71- Losing us

96 17 1
                                    

PLAY NOW!
Losing us - Raissa anggiani

========================

Nathan dibuat bingung dengan apa yang Gamal sodorkan padanya, perlahan Nathan yang terduduk di kursi meja belajarnya mulai mendongakkan kepalanya, melihat wajah Gamal.

"Ini apa?"tanya Nathan.

Gamal menggoyang-goyangkan amplop putih itu ditangannya, memberikan kode agar Nathan menerima amplop dari tangannya itu.

Meski ragu, Nathan menerima saja amplop putih itu dari tangan Gamal. Kemudian ia mulai memeriksa apa isinya.

"Uang? Maksudnya?"tanya Nathan kebingungan.

"Buat bantu Lo bayar listrik,"kata Gamal.

"Sebanyak ini?"tanya Nathan, ia bisa melihat 10 lembar uang pecahan 5 ribu dari sana. "Lo dapat darimana?"

Gamal menghela napas pelan. "Itu halal, ambil aja,"kata Gamal, cowok itu berjalan pergi lalu duduk di sofa, diujung ruangan.

"Mal, Lo kerja? Dimana?"

Gamal menggelengkan kepalanya seraya membaca novel ditangannya.

"Terus, Lo dapet dari mana uang sebanyak ini?"

"Dari nenek gue. Dia tahu kalau gue pergi dari rumah, mangkanya dia transfer uang ke gue."

Nathan mendesah panjang. "Gak perlu lah Mal, apalagi sebanyak ini. Mending uangnya buat Lo aja, gue tau kok biaya Lo sehari-hari aja masih kurang, iya kan?"tanya Nathan.

Gamal menoleh, lalu kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Enggak."

"Gak usah ngerasa baik-baik aja kalau sebenarnya Lo lagi gak baik-baik aja Mal."

Gamal tak menanggapi, ia langsung diam mendengarkan ucapan dari Nathan.

"Gue tau kok Lo kesusahan, gue tau Lo gak bisa kaya gini, usaha sendiri mencoba hidup mandiri. Gue tau seberapa beratnya posisi Lo sekarang, tapi jangan pernah kaya bilang Lo baik-baik aja, Lo harus jujur sama gue."

Nathan menghela napas panjang. "Ambil aja, pendapatan gue dari cafe masih cukup kok buat biayain hidup gue dan bisa bantu Lo sedikit. Lebih baik uangnya Lo pegang buat keperluan Lo sendiri,"kata Nathan.

Gamal tak expect jika Nathan bisa bijak seperti itu, ia jadi merasa sangat beruntung mempunyai teman seperti Nathan. Cowok itu selalu menjadi sahabatnya disaat kesusahan seperti ini.

Nathan bangkit dari kursinya, kemudian cowok itu berjalan mendekati Gamal. Nathan meletakan amplop itu diatas buku yang Gamal pegang.

"Ambil aja. Ayo makan, pasti Lo udah lapar kan?"

Setelah mengatakan itu, Nathan langsung berjalan keluar kamarnya untuk menuju ke arah dapur.

Gamal hanya bisa menatap amplop putih itu.

-oOo-

Tengah malam, lampu kamar sudah dimatikan, hanya menyisakan lampu tidur yang ada di nakas dekat tempat tidur. Dengan tangan kiri yang berada di belakang kepalanya, Gamal hanya menatap langit-langit kamar karena ia tidak bisa tertidur.

Ia menyadari nasibnya kini, meratapi dirinya dimana dan bagaimana keadaannya saat ini. Tidak! Gamal tidak menyangkal bahwa ia sedang mengalami kesulitan sekarang, Gamal mulai menyadari bahwa ini adalah tindakan yang sangat gila dan benar-benar sulit.

Gamal tak tahu lagi, apakah ia akan pulang saja ke rumahnya sama seperti apa yang dikatakan Nathan? Atau... Ia harus bertahan seperti ini? Tapi mau sampai kapan?

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang