26- Something Beautiful

124 26 0
                                    

Jika sedang di kota tua, sayang sekali kalau tidak mengunjungi satu tempat ini. Mengalir ditengah-tengah kawasan kota tua, kawasan kali besar kini menjadi momok wisata baru di kawasan kota tua.

Setelah cukup lelah menyelesaikan tugas mereka, keduanya memutuskan untuk berkeliling di kota tua. Dara membawa Gamal ke sini karena ia sangat tertarik melihat keindahan sungai kali besar yang ia lihat di internet sebelumnya.

Keduanya turun ke pesenderan terapung yang terletak tepat di tengah-tengah sungai, disana juga ada taman dengan bunga-bunga yang indah, ini salah satu spot favorit para pengunjung karena vibe disini benar-benar seperti di Belanda.

Dara menatap Gamal lagi, ia memberikan ponselnya pada Gamal. "Ayo fotoin gue lagi."

Gamal mengangguk, ia mengambil ponsel Dara. Entah jadi fotografer pribadi atau apa, sedari tadi ia memang menjadi ajudan foto untuk gadis itu.

-oOo-

Berikutnya, kedua remaja itu mengunjungi satu tempat yang tak kalah indahnya. Ini adalah jembatan kota intan. Jembatan yang dibangun pada masa VOC ini berdiri kokoh dan megah diatas sungai. Desainnya yang vintage menambah nilai estetika tempat tersebut.

Dara menghela napas pelan. "Jakarta seramai ini ya?".

"Jakarta gak akan pernah sepi,"sahut Gamal.

Dara menoleh, menatap si cowok dengan tinggi badan 179 cm tersebut. Dari wajahnya sepertinya cowok itu cukup lelah berkeliling dengan jalan kaki dengannya.

"Lo mau gak?"

Gamal menoleh, Dara menyodorkan sebungkus tahu bulat yang ia beli saat di parkiran tadi.

"Gak mau ya?"tanya Dara saat tidak menerima respon dari Gamal.

Keduanya berhenti di tepi jembatan, berusaha menikmati suasana. Angin berhembus dengan perlahan, sejuk, kicauan burung seolah menambah daya tarik tempat ini. Sangat tenang.

"Lo punya adik atau kaka?"tanya Dara, pertanyaan gadis itu sangat random.

Gamal menoleh sejenak pada Dara yang santai melahap tahu bulatnya.

Melihat respon yang terlihat kurang nyaman dari Gamal, membuat Dara meneguk ludahnya.

*Sekalian nelen tahu bulat

"Sorry, gue cuma nanya random sama Lo."

Gamal menatap lurus kembali. "Gak punya."

"Kaka ataupun adik?"

"Iya."

"Syukurlah kalau gitu. Kata orang sih kalau punya Kaka cewek, apalagi kalo kita cewek bakal enak, Karna bisa saling curhat. Ya emang sih ada benernya, tapi kadang-kadang juga kita saling berantem, kadang saling kesel karna masalah cinta."

Gamal mendengarkan baik-baik cerita dari Dara.

Dara terrunduk. "Apalagi kita serumah cuma bertiga. Perempuan semua. Pasti bakal lebih protektif satu sama lain, jangan sampai ada cowok yang nyakitin kita."

"Emang, Bokap Lo kemana?"

Dara menghela napas, sedikit tertunduk dengan wajah sedih, namun ia berusaha tegar.

"Ayah gue udah bahagia diatas sana. Ya... Pesan terakhir dari dia, kita bertiga harus kuat dan gak boleh ada yang nyakitin kita."

Gamal langsung terdiam, sepertinya pembahasan ini sangatlah sensitif. Gamal tau rasanya kehilangan seseorang yang ia sayang, Gamal juga tahu rasa sakit itu.

"Kadang gue rindu sosok ayah, gue cukup menyesal karena selama ayah gue gak tau kalau ayah gue sakit parah. Mama nyembunyiin semua itu sama gue dan Kaka gue."

Dara mendesah berat, membuang semua rasa yang mengganjal itu. Ia tak mau berlarut, ia harus bahagia.

"Gue boleh minta ponsel Lo gak?"tanya Dara.

Gamal menoleh, mengangkat sebelah alisnya. "Buat?"

"Foto,"Dara langsung menyengir kuda."HP gue mati, sedangkan tempat ini bagus banget. Sayang kalo gak ambil foto."

Gamal menggeleng pelan dengan tingkah Dara, kemudian ia merogoh saku celananya dan memberikan ponsel miliknya pada Dara.

"Password-nya ap--" Dara terkejut saat ponsel Gamal ia nyalakan, langsung terbuka. Rupanya cowok itu tak memasang keamanan apapun pada ponselnya. "Lo gak pake sandi apapun?"

Gamal menggeleng pelan. "Gue gak pernah pasang sandi apapun. Ribet."

Entahlah, cowok itu terkesan agak aneh, mana mungkin ia tidak mengunci ponselnya? Apakah dia tidak takut ponselnya di maling atau di bongkar temannya?

Dara tak memperdulikan, ia langsung mengambil beberapa jempretan foto Selfie dengan berbagai macam gaya. Gadis itu terlihat cantik meski hanya memasang senyum tipis.

"Gamal,"panggil Dara.

"Hm?"

"Coba Lo berdiri di situ."

Gamal memperhatikan arah yang Dara tunjuk dengan jemari telunjuknya. Gadis itu mengarahkan Gamal untuk berdiri tepat ditengah-tengah jembatan.

"Sini biar gue foto."

Gamal terlihat kaku, bingung mau bergaya apa.

"Gaya dong, jangan kaku banget. Lo bukan lagi difoto Karna kasus maling ayam kok,"kata Dara.

"Gu-gue gak pernah foto."

Dara sedikit terkejut mendengarnya. "Serius?"

Gamal mengangguk dua kali, terlihat kikuk.

Dara mengamati ponsel Gamal, ia beralih menuju galeri di ponsel. Dara terkejut setelah melihat tak ada satu pun foto atau video di sana, yang ia lihat hanyalah foto Selfienya yang ia ambil beberapa menit lalu.

Dara dibuat terkejut untuk kedua kalinya, cowok itu benar-benar tak pernah mengambil foto apapun, sepi. Tapi tunggu, ada satu hal yang janggal di sini.

"Lo gak pernah foto satu pun? Terus yang di Instagra--"

Dara langsung menutup mulutnya, apa yang ia katakan tadi? Ia mau memberitahu kalau ia pernah melihat Instagram Gamal? Sial!

"Maksudnya?"

"Oh enggak, gak papa kok."

Dara bernafas lega, ia langsung berfikir positif. Ya... Bisa saja cowok itu memotret dengan kameranya lalu mengunggahnya melalui laptop, Instagram bisa diakses melalui laptop juga bukan?

Dara langsung mengambil foto Gamal, namun ia masih melihat cowok itu berdiri kaku tanpa ekspresi.

"Gamal! Senyum dikit kek,"seru Dara.

Gamal langsung menuruti, ia berusaha mengukir sebuah senyum meski senyum itu terlihat tipis.

"Kurang, coba lebih lebar lagi senyumnya,"suruh Dara.

Gamal menaikan kedua sudut bibirnya, berusaha keras untuk melebarkan senyumnya, meski terlihat kaku.

"Nah gitu. Oke."

1

2

3

CEKREK!

Gamal memperhatikan wajah Dara yang kini tengah tersenyum melihat hasil jepretan foto diponsel Gamal.

Setelah mendengar cerita dari gadis itu, Gamal menyadari kalau Dara adalah gadis yang kuat, hebat, dan sangat menyayangi keluarganya terkhusus ayahnya.

Gamal tahu, ia dan mungkin tak bisa menikmati hal itu setelah kepergian Ibunya sepuluh tahun lalu. Gamal hanya bisa tersenyum tipis jika ia mengingat masa itu.

"Gamal! Satu foto lagi!"

-oOo-

Tomorrow by Alan naizer
Disponsori oleh:
Balsem cap silet, membuat badan anda baret-baret. Balsem cap silet, inget yang ada siletnya!

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang