70- Kembalinya Dara

104 15 0
                                    

Dika memasuki kamarnya, ia berjalan dengan langkah lesu menuju tempat tidur, cowok itu langsung menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan posisi Tengkurap dan wajah menghadap ke arah kanan.

Dika menghela napas berat. "Kenapa gue harus ngungkapin itu sih?"tanyanya menggerutu sendiri.

Cowok itu mengacak-acak rambutnya dengan tangan kanan, terlihat frustasi merutuki kebodohannya sendiri.

Entahlah, Dika tidak tahu menahu tentang perasaannya saat ini, semuanya terasa aneh bagi Dika, tak bisanya dia merasakan hal seperti ini sebelumnya.

"Mati gue! Gimana gue harus ketemu Dara di sekolah?"

"Secara gak langsung gue di tolak dia kan?"tanya Dika.

Cowok itu menghela napas seraya memejamkan matanya. "Enggak nolak sih, lebih tepatnya gue gak tau diri Karna nembak cewek orang."

"Entah gimana hubungan persahabatan gue sama Dara setelah ini, yang pasti gue malu buat ketemu dia!"

Dika menarik bantal lalu ia menaruhnya diatas kepala, menutupi wajahnya. Cowok itu menggeram, berusaha menghilangkan rasa malunya.

-oOo-

Dara duduk diruang tengah, gadis itu menatap ponselnya ditangan, ia tengah ragu melihat nama kontak yang muncul.

Sedari tadi Dara bimbang apakah ia harus menghubungi Gamal untuk memberitahu keadaannya atau tidak.

Jelas! Jelas Dara tahu pasti Gamal mengkhawatirkannya selama ini, bahkan ibunya bercerita bahwa Gamal mendatangi dirinya sampai ke rumah.

Bukannya Dara tak mau menghubungi Gamal, namun ia hanya takut Gamal kecewa dengannya karena ia tak bercerita apapun tentang masalahnya itu, Dara hanya takut Gamal marah padanya.

Disisi lain, Vannya duduk di sofa sebelah Dara, gadis dengan Hoodie ungu itu duduk melipat kedua kakinya diatas sofa.

"Kenapa Lo?"tanya Vannya membuat Dara tersentak lalu buru-buru mematikan ponselnya.

"Kok tiba-tiba galau gitu?"tanya Vannya.

Dara melirik sebentar lalu menundukkan kepalanya lagi, ia menggeleng.

Vannya menghela napas pelan. "Sejujurnya gue bangga sama Lo, Lo berani nemuin ayah,"kata Vannya, obrolan mulai serius.

"Tapi Lo tau Selama ini ayah dimana?"

Vannya menggelengkan kepalanya. "Justru gue tau setelah Lo balik dari ngilang. Meski begitu gue khawatir Lo kenapa-kenapa, apalagi ketemu ayah."

Dari binar mata Vannya, meski gadis itu mengatakannya dengan sedikit gengsi bercampur malu-malu, namun Dara bisa merasakan ketulusan perkataan Vannya.

"Gue gak papa kak, makasih."

Setelah itu keadaan hening beberapa detik, hingga akhirnya Vannya berdeham panjang, gadis itu mulai mencari cara mencairkan suana.

"Gini deh, biar Lo gak murung lagi, biar Lo bisa ngelupain itu semua, gimana kalau kita pergi ke mall? Sekalian bantuin gue beli kebutuhan buat cafè,"Vannya menyengir seraya menunjukan selembar kertas pada Dara.

Dara hanya menatapnya dengan tatapan datar, ternyata gadis itu ada maunya juga, seharusnya Dara merasa curiga saat Vannya menanyakan keadaannya.

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang