44- Akhir?

111 21 0
                                    

Gamal hendak memasuki ruang musik, namun belum sempat ia menggeser pintu itu, dari ujung matanya ia melihat Angga yang datang berdua dengan seseorang.

"Eh Mal, tumben datang jam segini? Biasanya Lo agak telat. Gak balik dulu?"

Gamal mengarahkan tubuhnya menghadap Angga, namun dirinya dibuat terkejut dengan sosok yang berdiri tepat di samping Angga.

Menyadari Gamal bingung dengan Kehadiran sosok di sampingnya, ia menoleh. "Oh ini, kenalin dia Dika. Hari ini dia resmi jadi anggota baru kita. Dia bakal jadi Kibordis kita sekaligus dokumenter kita."

Dika hanya bisa tersenyum kecil. Sementara itu Gamal diam ditempatnya dengan memasang wajah tenang.

"Jadi... Dika ini mau buat video gitu buat konten Youtubenya ya Dik?"pernyataan itu langsung diangguki oleh Dika. "Nah lumayan nih, lagipula kita gak punya kanal YouTube kan? Bisa sekalian promosi di akun dia."

Gamal mengangkat sebelah alisnya. "Emang kanal YouTube dia punya berapa subscribers?"

Baik Angga ataupun Dika, keduanya sama-sama diam mematung. Tak berapa lama kedua cowok itu saling bertatapan bingung.

"Berapa, Dik?"bisik Angga seraya menyenggol bahu Dika pelan.

Dika tak yakin, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia juga bingung harus menjawab apa.

"Sebenarnya akun YouTubenya belum gue bikin, gue baru nyari konten apa yang mau gue unggah aja sih,"kata Dika seraya tertawa canggung.

Gamal hanya menatap kedua cowok itu dengan tatapan datar nan dingin tanpa ekspresi.

Angga menyengir saja melihat wajah Gamal lalu berikutnya ia mencubit tangan Dika cukup keras.

"Kenapa Lo gak bilang dari tadi?"bisiknya penuh penekanan.

"Ya maaf, lagian gue gak jelasin kalau gue belum bikin akunnya. Lo main terima aja,"balas Dika berbisik.

Gamal menghela napas pelan lalu setelahnya ia membuka pintu lalu segera masuk. Sementara itu Angga mengejar Gamal, cowok itu berusaha merayu Gamal untuk menyetujui Dika masuk ke dalam bandnya.

-oOo-

Dentingan melodi indah mengalun Damai dari piano yang dimainkan oleh Dika. Lagu nothing gonna change my life for you menjadi lebih indah dibawakannya. Nampak tak ada keraguan bagi Dika untuk menekan setiap not piano seiring bergantinya bagian di lagu tersebut, cowok itu cukup lihai.

"Nothing gonna change my life for you...."

Suara itu terasa bergema di seluruh ruang musik. Angga, Vino, serta Gamal dibuat kagum dengan bakat yang Dika tunjukan.

Melodi yang mendamaikan hati, serta suara yang menyamai melodi aransemennya, membuat siapa saja yang mendengarnya terasa jatuh ke dalam lagu tersebut. Semuanya tersihir oleh cowok itu.

"My life for you..."

Tepuk tangan paling keras di berikan dari Angga untuk Dika. Setelah itu Angga tak lupa mematikan rekaman di kamera yang sebelumnya ia disuruh Dika untuk merekamnya bermain piano sambil bernyanyi.

"Kalau gitu, jadiin dia vokalis aja gak sih?"tanya Vino berpendapat.

Gamal dan Angga sontak menoleh.

"Aku sih yes ya, gak tau kalau mas Gamal?"

Semua tatapan tertuju pada Gamal, si cowok yang melipat tangannya.

"Gue kurang yakin,"jawab Gamal.

"Kurang yakin kenapa? Dika bagus loh nyanyinya,"kata Angga membela Dika.

Gamal menoleh. "Kita butuh pertimbangan yang matang, lagipula lagu yang kita ciptain itu nada dan liriknya untuk dinyanyiin cewek."

Vino menepuk pelan bahu Gamal. "Masalah itu bisa kita atasi Mal, yang penting kita punya vokalis dan kita tetep bisa tampil di acara itu."

Gamal termenung, jelas dia tidak bisa mengelak kalau suara dan bakat yang Dika miliki sangat mumpuni untuk masuk di bandnya, namun tetap saja ia harus mempertimbangkan ulang.

"Nanti gue pikir lagi,"kata Gamal.

-oOo-

Gina tengah asyik bermain Instagram saat jam istirahat dimulai, gadis itu nampak fokus melihat ponselnya ditemani croffle rasa cokelat. Namun aktivitas makannya seketika terhenti begitu saja, tiba-tiba mata gadis itu terbuka lebar.

"Ra, Lo harus liat ini Ra!"

Dara yang sibuk melamun sambil menyedot bobanya dibuat tak tenang, apalagi saat Gina menggoyang-goyangkan bahunya agar gadis itu cepat melihat apa yang Gina lihat di ponselnya.

"Cepetan liat!"

"Apaan sih?" Dara memalingkan wajahnya, melihat ke ponsel Gina.

Tak perlu waktu lama ia melihat apa yang Gina tunjukan padanya, kedua mata Dara dibuat terbuka lebar.

"To-tomorrow masuk portal berita?"tanya Dara gagap.

Gina mengangguk, ia kemudian membaca ulang judul artikel yang muncul itu. "Diduga meniru, selebgram ini tak berikan klarifikasi?"

Dengan cepat Gina beralih, ia membuka mesin pencarian lalu mengetik kata kunci "tomorrow Dan cotton candy"

Tak Gina sangka, setelah kata kunci itu ia tulis, muncul banyak artikel dengan judul berbeda-beda.

Apakah cotton candy plagiat selebgram ini?

Tomorrow diduga plagiat cotton candy

Tak berikan klarifikasi, netizen ramai-ramai pertanyakan siapa tomorrow?

Netizen meminta tomorrow melakukan klarifikasi!

Dan masih banyak lagi artikel dengan judul serupa, kebanyakan artikel tersebut memang membahas masalah tomorrow dan cotton candy yang semakin lama semakin memuncak.

"Gila... Gila... Kalau gue baca-baca, gue gak bisa milih harus ada di pihak mana kalau gini terus,"kata Gina.

Dara hanya bisa terdiam, ada rasa gelisah dan jantungnya pun berpacu tak seperti biasanya. Dara mengepalkan tangannya kuat.

"Satu sisi Cotton candy keliatan aneh karena dia tiba-tiba cover lagu bahasa Indonesia yang lagu-lagu itu semuanya pernah tomorrow cover, tapi... Satu sisi lain tomorrow juga salah Karna dia gak berikan klarifikasi. Kalau tomorrow emang gak salah, kenapa dia gak berani Klarifikasi?"tanya Gina, ia menoleh pada Dara yang sontak saja membuat Dara menegakan.

"Mu-mungkin dia... Dia kan nyembunyiin identitasnya,"kata Dara.

Gina mengangguk, apa yang Dara katakan sangat masuk akal karna memang itu yang terjadi.

"Seenggaknya kan dia bisa kasih klarifikasi di story atau di feednya, kaya dia Klarifikasi kalau dia gak punya akun YouTube, semua pengikutnya langsung ngerti kan?"

Ini membingungkan, Dara tak tahu harus apalagi sekarang, seolah semuanya sudah berada dipuncaknya. Masalah ini semakin membesar dengan seiring waktu berjalan.

Dara menundukkan kepalanya, ia menatap pantulan dirinya di layar hitam ponsel yang tidak menyala, memikirkan segala cara untuk keluar dari permasalahan ini.

"Kolaborasi? Apa mungkin gue harus ngelakuin itu?"

"Apakah ini akhir perjalanan tomorrow?"

-oOo-

Cafek banget nulisnya loh...

Pencet dulu bintangnya sebelum ta santet satu-satu.

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang