42- Bimbang

100 25 0
                                    

From cotton candy

Halo! Maaf menganggu waktu anda...
Saya cotton candy menghubungi anda secara langsung untuk menawarkan sebuah kolaborasi bersama. Namun sebelumnya saya ingin mengucapkan maaf karena kesalahpahaman yang terjadi, maka dari itu saya mengajak anda berkolaborasi agar semua kesalahpahaman ini cepat terselesaikan.

Tak perlu terburu-buru, saya harap anda bisa mempertimbangkannya dengan baik.
Terimakasih...

Seketika Dara bangkit dan langsung mengambil posisi duduk, ia tersentak melihat pesan itu.

Kedua matanya terbuka lebar, tubuhnya bergetar membaca setiap baris pesan itu. Dara ternganga sendiri dengan apa yang ia terima.

Beberapa setelahnya pikirannya dibuat kacau, ia memutar otaknya, mengunakannya lebih keras, jemari Dara bergemetar diatas layar ponsel.

"Ko-kolaborasi?"katanya terbata.

Gadis itu termenung, membayangkan hal itu terjadi. Ini sulit dan cukup mustahil bagi seorang Dara, apalagi ia sudah menyembunyikan identitasnya ini selama setahun lebih.

"Kolaborasi? Itu tandanya... Gue harus nyanyi di depan dia?"

"Gue... Harus ketemu dia?"

Kepalanya ia tundukan, ponselnya ia lepaskan dari genggamannya. Perlahan Gadis itu tumbang akibat tubuhnya yang tak ia beri tenaga untuk tetap di posisi duduknya.

Matanya menatap langit-langit, membayangkannya saja sudah membuatnya malu, apalagi jika itu terjadi? Ini kacau!

Dara meronta-rontakan kakinya hingga membuat sprei kasur itu terlihat acak-acakan.

"Gak mungkin gue ungkap siapa Tomorrow yang sebenarnya!"

"Kenapa sih ini jadi kaya gini?!"

Dara meraih bantalnya lalu ia menutup wajahnya dengan kuat, gadis itu berteriak kencang.

-oOo-

Gina nampak bingung melihat Dika yang tengah mengelap lensa kamera. Entah apa alasannya, cowok itu mengajaknya malam-malam begini untuk pergi ke Starbucks yang berada dekat dengan area sekolah.

Sebenarnya Dika mengajak Dara juga, namun gadis itu beralasan kalau dia sedang tidak enak badan dan enggan keluar agar besok dia bisa kembali pulih dan bisa berangkat sekolah.

"Ngapain sih Lo bawa kaya gituan?"bingung Gina.

Dika tak menoleh, ia tetap melanjutkan aktivitasnya. "Ngelap kamera."

Gina menghela napas pelan, mencoba menahan emosinya. "Ya iya gue tau itu kamera, bukan gerobak cilok. Maksud gue... Buat apa Lo bawa kamera, terus ngajak ketemuan?"

"Kayanya gue mau bikin video gitu deh."

Kening Gina berkerut dalam. "Video apaan?"

Dika menghentikan aktivitasnya, ia meletakan lap lensa kamera di atas meja.

Cowok itu mengangkat pundaknya. "Mama gue nyuruh gue nyoba-nyoba bikin vlog gitu."

Gina tertawa kecil. "Mama Lo nyuruh Lo bikin vlog? Biar jadi youtuber?"

Dika terdiam sejenak, tak yakin pada jawabannya namun setelahnya ia mengangguk kecil.

"Keluarga Lo udah kaya Dik, gak perlu susah-susah bikin vlog, jadi youtuber. Tinggal nunggu Lo lulus kuliah, ambil alih perusahaan bokap Lo, selesai."

"Gue juga mikir gitu, Gin. Tapi katanya Mama gue nyuruh ini bukan tanpa sebab, dia pengen liat perkembangan gue di Indonesia kaya gimana. Gitu katanya."

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang