64- Kepergian Dara

115 12 0
                                    

Plak!

Crang!

"Hiks!"

"Hiks!"

Gadis cantik berusia 3 tahun itu hanya bisa menutup kedua telinganya seraya menangis bersembunyi dibawah meja makan bersama Kakanya Vannya. Isak tangisnya semakin terdengar kencang setelah ia mendengar piring jatuh dan pecah dihadapannya.

Dara dan Vanny kecil berusaha sekuat mungkin untuk tak menyaksikan apa yang terjadi, ia melipat kedua kakinya menenggelamkan wajahnya di antara kedua kaki.

Mendengar tangis kesakitan yang berasal dari ibunya membuat batin Dara benar-benar terpukul.

Vannya, gadis yang berusia 2 tahun lebih tua darinya mulai berusaha memeluk sang adik, mencoba untuk menenangkan.

Namun hal itu tak membuat Dara semakin tenang, justru tangisnya semakin terdengar. Mendengar adiknya yang menangis, membuat Vannya ikut-ikutan menangis juga, kedua Kaka beradik itu benar-benar sedang dalam ketakutan sekarang

Flashback off

"Ra, Ayah Lo..."

Dara mengerutkan keningnya dalam, kenapa sang penelepon itu tiba-tiba membahas ayahnya?

Dara menjauhkan wajahnya, melihat nama penelepon itu.

"G-gamal?"tanya Dara dengan terbata-bata saking terkejutnya.

Kemudian Dara mendekatkan lagi ponselnya pada telinga.

"Ke-kenapa Gamal?"tanya Dara buru-buru.

"Ayah Lo... Masih hidup!"

Bukan! Bukan adegan ponsel yang terlepas dari tangan seperti yang kalian lihat di sinetron-sinetron, tapi Dara langsung mengerutkan keningnya dalam berusaha menangkap maksud perkataan Gamal barusan.

"Ayah Lo! Gue ketemu dia!"

Dara mematung ditempatnya, dia masih belum bisa menerima maksud Gamal, bahkan Dara tak yakin akan hal itu. Bagaimana Gamal bisa tahu?

"Lo... Dari mana Lo tahu muka ayah...."

"Pas gue gendong Lo. Inget?"

Perkataan Dara langsung terpotong, Dara langsung termenung ditempatnya. Dara Langsung bisa menduga darimana Gan bisa tahu bagaimana bentuk wajah ayahnya. Jangan-jangan...

"Iya. Foto yang ada diatas meja Lo. Foto ayah Lo."

Dara langsung dibuat diam, benar apa dugaannya, cowok itu melihat foto keluarga yang ia simpan diatas meja samping tempat tidurnya.

Dara terdiam, tiba-tiba ada yang menghantam dirinya, Dara bahkan sudah tak kuat lagi mengangkat ponselnya. Kenyataan apa yang ia terima sekarang? Apakah ia harus mempercayai perkataan Gamal barusan?

Pandangan Dara tertuju pada wanita yang ada di sampingnya, tatapan Dara mulai kabur, gadis itu menatap wajah sang ibu dengan tatapan suram.

Vei, hanya bisa diam menatap sang anak dengan air mata yang terus mengalir keluar.

"Ma... Apa benar Ayah..."Dara tak sanggup melanjutkan perkataannya.

Vei berusaha mendekati Dara, wanita itu mencoba meraih tubuh putrinya untuk ia peluk, namun Dara menolak, Dara masih menunggu kejelasan dari Vei.

"Jawab Dara Ma. Ayah kemana?"tanya Dara.

Isakan tangis Vei semakin terdengar, kedua mata wanita itu semakin memerah, ia memegang dadanya berusaha untuk menegarkan hati.

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang