11- Mereka Terlihat Aneh

196 36 0
                                    

"Dalam pengumpulan Data, kita bisa memilih berbagai cara."

"Salah satunya adalah dengan mencari di internet atau kalian bisa melakukan mengumpulan data secara langsung atau bisa dibilang observasi."

"Kalau mencari di internet pasti kalian tau lah gimana caranya, soalnya kalian ini anak-anak generasi yang lahir dengan teknologi, jadi gak akan kesulitan buat nyari informasi di internet."

"Oke di observasi, kalian bisa mendatangi tempatnya secara langsung. Mungkin untuk mendapatkan informasi lisan, kalian bisa lakukan wawancara dengan narasumber."

Setelah menjelaskan menterinya, guru bahasa Indonesia meletakan spidolnya di meja guru, kemudian ia berjalan ke depan kelas, menatap semua muridnya.

"Karna bentar lagi sudah masuk akhir semester, ibu ada tugas praktik untuk kalian."

Mendengar pengumuman itu, membuat seisi kelas mendesah kecewa, beberapa protes dilontarkan.

"Ey-ey-ey! Diam!"tegas guru berambut cokelat tergerai itu.

"Jadi, ini adalah tugas akhir semester yang biasa ibu kasih setiap tahunnya ke setiap angkatan. Tugas kalian adalah mewawancarai seorang narasumber serta observasi ke sebuah tempat."

Gina menghela napas berat, wajahnya jadi gelisah. "A... Males banget. Gue denger observasinya individu, jadi observasi sendiri terus wawancara sendiri."

Dara terkejut, ia tersentak pelan mendengar ucapan Gina. "Serius?"

Kedua gadis itu saling bertatapan. Gina mengangguk lemas.

"Gue kan canggung banget, mana... Gue bingung mau observasi ke mana, gue gak PD banget harus wawancara orang."

Gina mengacak-acak rambutnya frustasi. Sementara Dara termenung mulai menyiapkan tugasnya.

"Karna tahun ini ibu anggap spesial, dan biar lebih memudahkan kalian untuk menyelesaikan tugas kalian. Kalian bisa mengerjakan secara berkelompok."

Mendengar itu membuat Dara dan Gina refleks saling menatap. Tentu saja Dara akan satu kelompok dengan Gina.

Kelas kembali ricuh dengan murid-murid yang mulai mencari-cari anggota untuk kelompok mereka.

"Ey-ey-ey! Berisik lagi."

Semuanya kembali tenang.

"Tapi... Setiap kelompok hanya beranggotakan 2 orang. Dan setiap kelompok dilarang untuk melakukan observasi ke tempat yang sama dan narasumber yang sama. Paham?"

Desahan penuh kecewa terjadi lagi, namun tidak dengan Dara dan Gina. Kedua gadis itu malah bersyukur jika setiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, secara kekompakan, dan kemistri mereka sudah sangat erat.

"Oke, berhubung sebentar lagi bel istirahat berbunyi, ibu pamit dulu. Ibu tunggu laporan setiap anggota sampai jam 12 siang, nanti sekertaris datangi ibu ya di meja ibu."

Gina menatap Dara seraya tersenyum lebar. "Mau observasi kemana Ra?"

-oOo-

Dara menyantap roti isinya, hari ini ia sengaja untuk membawa roti isi untuk menghemat uang jajannya.

Dara menatap ke arah pintu masuk kelas, ia masih menunggu Gina yang katanya pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Namun hampir 15 menit gadis itu tak kunjung balik, mangkanya karena sudah terlalu lapar Dara menyantap duluan makan siangnya.

Uhuk!

Uhuk!

Gadis itu memukul-mukul dadanya, sialnya ia malah tersedak roti isinya. Dara cepat-cepat mengambil botol minum di tasnya.

"Hah?"

Sial! Sangat sial! Ia bahkan lupa membawa botol minum. Dengan cepat Dara melihat Kenan dan kiri, menyapu pandangannya ke seisi kelas siapa tau ada yang membawa minum. Namun sepertinya dewei Fortuna sedang tidak berpihak padanya, semua teman kelasnya sedang di kantin, kelas benar-benar kosong.

"Sial... Gue bisa... Uhuk! Mati!"

Tuk!

Dara menatap sebuah botol air mineral di letakan di atas mejanya, ia menegakan kepalanya melihat ke arah si pemberi air mineral itu.

"Ga-gamal?"

Gamal menghela napas pelan lalu setelahnya cowok itu memalingkan wajahnya dan segera pergi tanpa mengatakan sepatah katapun.

Dara tak memperdulikan siapa yang memberinya minum, ia cepat-cepat membuka tutup botol itu lalu menenggaknya hingga tersisa setengah.

Gadis itu merasa legah, namun ia juga bingung kenapa Gamal tiba-tiba datang dan lalu memberinya minum?

Dara membubarkan pikirannya, gadis itu hanya berfikir bahwa Gamal hanya menolongnya.

Ting!

Dara menatap ponselnya, sebuah pesan masuk.

"Dari siapa?"

Dara tersentak kaget dengan kedatangan Gina yang tiba-tiba. Hampir saja ia dibuat pingsan.

Dara membuka pesan singkat itu.

+628888
Jangan ke-ge'eran, gue ngasih minum Karna liat Lo kesedak.

Dara terdiam mematung, ia jelas bisa menebak siapa pemilik nomor asing ini, apalagi dia melihat nomor itu berada di grup kelasnya. Itu adalah Gamal.

-oOo-

Gina menatap Dara dengan tatapan mengintimidasi. Jelas cewek itu sangat-sangat curiga dengan kejadian yang terjadi di hari ini. Sulit dijelaskan oleh nalar, akal, dan pikiran manusia.

Dara mengalihkan rasa canggungnya dengan menyeruput kopi Americano yang ia buat sendiri. Selepas pulang sekolah, keduanya memutuskan untuk mampir ke cafè milik Vei. Tentu saja mereka mau membahas tugas akhir semesternya.

"Kenapa sih Lo natap gue kaya gitu? Gue gak nyaman tau gak?"

Gina mengangguk-anggukan kepalanya, ia menyandarkan tubuhnya pada senderan kursi.

"Hari ini Lo sama Gamal bertingkah aneh tau."

Uhuk!

Uhuk!

Kedua bola mata Dara membulat, gadis itu menatap Gina.

"Gue tadi liat Gamal ngasih Lo minum pas Lo tersedak. Waktu pelajaran matematika gue liat Gamal ngasih pinjem penggaris ke Lo padahal Lo gak minta pinjem ke Gamal..."

Dara meneguk ludahnya susah payah, kepalanya berputar cepat mencari alasan yang tepat.

"Waktu istirahat ke dua dia bahkan beliin Lo mie ayam, waktu pulang! Kenapa dia mau gantiin Lo Piket?"

Brak!

Gina memukul meja dengan kedua tangannya hingga membuat kopi mereka hampir saja tumpah.

"Apa mungkin Lo sama Gamal...?"

Dara tertegun bingung, jari-jemarinya mengepal erat. Situasi macam apa ini? Ia merasa sedang di ruang interogasi.

-oOo-

Kenapa sebelas terdiri dari 1 dan 1? Karna satu-satu aku sayang ibu><

Cielah niatnya mau bucin tapi gak jadi. Makasih

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang