7- Siapa?

233 54 0
                                    

Memasuki rumah, Gamal menghentikan langkahnya saat dirinya melihat sosok lelaki berusia sekitar 40 tahunan tengah berdiri didepan tangga menghadap ke arahnya.

Senyum kecil nan hangat mengembang diwajah lelaki itu, namun tidak dengan Gamal, cowok itu malah membalas senyuman sang ayah dengan tatapan datar dan sikap yang dingin.

"Kamu udah pulang?"tanya Dio—Ayah Gamal.

Gamal tak memperdulikan basa-basi sang ayah, ia berjalan mendekati sang ayah. Bukan untuk menyalami atau bahkan memeluk, tapi ia melengos begitu saja dan jalan menaiki anak tangga. Ia pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Dio membalikan badannya, memperhatikan sang anak dari belakang, ia menghela napasnya pelan.

"Anak itu, masih saja..."

-oOo-

Dara pulang bersama Jihan, sebelum keduanya pulang ke rumah, mereka memutuskan untuk singgah di cafè Victoria, cafè milik keluarga Dara.

Dara membawakan 2 gelas kopi latte, untuk dirinya dan Jihan. Lalu setelahnya gadis itu duduk berhadapan.

"Makasih,"ucap Jihan dibarengi senyumnya yang tulus.

Tatapan Dara tertuju kosong ke arah depan, gadis itu tengah memikirkan sesuatu.

Pikiran Dara teringat akan kejadian semalam, dimana ia bertemu Gamal dan cowok itu menganggapnya ia sebagai pengemis, itu membuat Dara jengkel dan kesal sampai sekarang.

Jihan memperhatikan wajah Dara. "Kenapa?"

Dara tersadar, ia menggelengkan kepalanya lalu menyeruput latte panasnya.

"Ngomong-ngomong tadi Gamal... Cowok itu sehabis istirahat gak masuk kelas lagi kan?"

Jihan menyimpan gelas merahnyanya setelah ia menyeruput kopinya. Jihan mengangguk.

"Katanya sih ada dispensasi, dia lagi persiapan lomba gitu."

"Lomba?"

"Iya. Dia kan ikut band sekolah, bagian gitar."

Dara mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, ia cukup kagum mendengarnya. Namun tetap saja, seharusnya cowok itu masuk ke kelas lagi Karna Dara kesal dan sebenarnya ingin memarahi cowok itu.

Namun beberapa saat Dara tersadar, apakah hal ini ada hubungannya dengan DM dari Gamal beberapa hari lalu? Mungkinkah...?

"Kenapa sih Ra? Ada masalah sama Gamal? Ada urusan sama dia?"tanya Jihan.

"Oh enggak. Gue cuma nanya aja."

Jihan menganggukan kepalanya mengerti. "BTW, Kaka Lo kemana?"

"Ka Vannya?"

"Lah iya siapa lagi? Lo punya Kaka lagi?"

"Enggak sih. Jam segini dia masih ada kelas, kayanya lagi di kampus."

Jihan mendesah pelan. "Padahal ya... Gue kangen deh ngobrol sama Kaka Lo. Meski agak gak nyambung tapi... Seru juga."

"Berasa ngomong sama orang planet lain ya?"sanggah Dara.

Keduanya tertawa terbahak-bahak setelah membicarakan Vannya. Namun tak lama Vei Datang seraya membawa beberapa camilan ringan di mangkuk lalu ia meletakannya dimeja kedua gadis itu.

"Hai Tante,"sapa Jihan manis.

"Loh... Jihan?"

Jihan menyengir kuda, memamerkan deretan gigi putihnya.

"Lama banget Tante gak ketemu kamu, hampir setengah semester. Kemana aja? Makin cantik loh kamu,"puji Vei tulus.

Mendengar pujian dari ibu Dara membuat Jihan terbang, gadis itu menyelipkan helaian rambut bobnya dibalik telinga.

"Ah... Biasa lah Tante, habis berkelana ke Alaska, luluran dan maskeran di sana,"ucap Jihan ngaco namun perkataannya itu mendapat tawaan dari Vei dan Dara.

"Masih aja ya. Suka mgelawak,"kata Vei diakhiri tawa ringan.

"Iya Tante. Cewek cantik mah banyak di dunia ini, tapi cewek cantik, pinter, rajin menabung, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, plus humoris itu jarang,"kata Jihan.

Dara berdecih. "Bohong tuh dia Ma,"adunya pada Vei.

Jihan menatap Dara tajam hingga berhasil menutup mulut gadis itu.

Vei menggeleng-gelengkan kepalanya atas kelakuan dua gadis remaja itu. "Yaudah kalau gitu Tante ke dapur lagi ya, masih banyak pesanan soalnya."

"Iya Tante, makasih ya kopinya Tan..."kata Jihan.

Setelah Vei pergi, Jihan menatap ke arah Dara lalu ia menjulurkan lidahnya.

-oOo-

Langit di cakrawala berubah menjadi Gelap, Dara menjadi resah sendiri apalagi akhir-akhir ini ramalan cuaca kadang meleset. Ia jadi was-was bila saja hujan deras tiba-tiba datang.

Dara menatap paper bag ditangannya, ia baru saja pulang dari toko buku untuk membeli buku novel incarannya.

"Kalo bukan Karna Lo... Gue gak mau ya pergi keluar rumah jam segini! Untung aja stok novelnya masih banyak."

Setelah itu Dara menunggu ojek online di sebuah halte bus. Setelah ojek onlinenya Datang gadis itu memutuskan untuk turun di depan komplek.

Dara menyembunyikan novelnya dibalik jaket Boomber yang ia pakai, tentu saja untuk mengamankan novelnya Karna ia tahu bercak-bercak air mulai turun dari langit, meskipun belum sepenuhnya hujan turun.

"WOI BERHENTI DI SITU!"

Dara tersentak mendengar seruan super keras itu, ia langsung menoleh ke belakang. Belum sempat ia melihat apa yang terjadi, tiba-tiba tangannya ditarik keras. Dirinya dibawa menuju tembok besar.

Jantung Dara berdegup kencang, ia syok. Dara menenggak kepalanya, melihat seorang sosok cowok yang memeluk tubuhnya.

"Diam, gue mohon diam buat beberapa saat."

-oOo-

Author: Kamu tau gak apa yang lebih membuat bahagia dibandingkan uang?

Author: YA VOTE DARI KALIAN LAH, apa lagi?

===============================

Tomorrow by Alan naizer
Team Alan story ©2022

EPISODE BARU SETIAP:
SENIN, RABU, DAN JUM'AT

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang