18- Nasi goreng Gamal

174 43 0
                                    

Bak menonton acara MasterChef, Dara terpukau melihat Gamal yang lihai mengiris bawang putih, bawang merah, cabai merah dan beberapa yang lainnya, cowok itu lalu menumisnya.

Bau menyengat langsung menusuk kedua lubang hidung Dara, namun tumisan itu sangat wangi.

Kini Dara duduk di meja dapur, tepat di hadapan Gamal yang tengah sibuk dengan bahan-bahan dapurnya.

Dara tak percaya Gamal benar-benar memasak untuknya, meski ia tak tahu apa yang akan cowok itu masak.

"Lo serius mau masakin gue?"tanya Dara sedikit canggung.

Gamal menghentikan aktivitasnya hanya sekedar untuk menoleh dan menatap Dara. Tatapan dari Gamal membuat Dara meneguk ludahnya susah payah, bagaimana bisa tatapan itu membuat jantungnya dag-dig-dug ser seperti ini?

"Kayanya Lo belum makan?"tanya Gamal.

"Ya... Be-belum sih, tapi gue gak terlalu lapar kok gak papa,"kata Dara.

Gamal menghentikan aktivitasnya lagi dan lagi ia menatap Dara sepenuhnya. "Mulut Lo bisa bohong, tapi suara tadi gak bisa."

Sial, Dara langsung dibuat gugup dengan perkataan yang baru saja keluar dari mulut Gamal tersebut. Apa ini? Apakah Gamal mencoba menggodanya? Sial! Jangan sampe bikin anak orang baper ditempat dong!

Dara tak memperdulikan, baginya melihat Gamal memasak adalah salah satu hal yang langka dan mungkin ia adalah orang pertama atau bahkan satu-satunya yang yang melihat hal ini, ia yakin semua orang tak tahu dengan kemampuan Gamal yang ini.

Dara terdiam, ia terlalu terpesona melihat Gamal. Wajah lembut cowok itu terlihat fokus memasukan bumbu demi bumbu kedalam masakannya, melihat masakan yang belum jadi saja sudah membuat Dara kelaparan setengah mati, apalagi kalau sudah jadi dan sudah ada dimulutnya?

"Mal, gue orang pertama yang liat ini kan?"tanya Dara.

-oOo-

Dua piring nasi goreng tersaji di meja makan, membuat Dara melongo sejenak. Bukan hanya pandai memasak, rupanya cowok itu juga pandai menghias masakannya agar lebih indah.

Irisan mentimun dan tomat, serta sedikit sentuhan daun mint diatasnya, terlihat sederhana namun cantik, apalagi ketika mencium baunya. Tidak! Lidah Dara tak sabar ingin menyantapnya.

Gamal menuangkan air kedalam gelas Dara dan gelas dirinya, setelah itu ia duduk untuk menyantap nasi goreng miliknya. Keduanya duduk bersebelahan.

Dengan yakin dan tak sabar, Dara memasukan sesendok nasi goreng itu kedalam mulutnya. Satu rasa indah yang tak bisa Dara jabarkan langsung menyambut lidahnya.

Dara terdiam sejenak untuk beberapa waktu.

"Gila rasanya... Enak banget,"gumam Dara, pandangannya tertuju kosong ke arah depan.

Sementara itu Gamal terdiam heran melihat Dara yang melongo.

"Gimana rasanya?"tanya Gamal.

Dara menoleh, mulutnya setengah terbuka. "Gila, ini sih bukan enak lagi, tapi enak banget."

Gamal tak merespon, baginya ini hal yang biasa saja.

"Lo sering bikin ini? Sumpah kalo misalkan ada yang jual dengan rasa yang sama, gue beli tiap hari,"kata Dara lalu menyendok nasinya lagi.

"Gue emang biasa masak buat gue sendiri, tapi gue emang sering masak nasi goreng Karna resepnya simple."

"Gak sangka, ternyata Lo jago masak juga ya?"ucap Dara diakhiri dengan cengiran.

Gamal terdiam melihat senyum kebahagiaan yang Dara tunjukan, gadis itu bahkan melahap nasi goreng yang ia buat dengan lahap.

Dara memasukan sesendok nasi terkahir, Ia benar-benar merasakan suapan demi suapan, rasa demi rasa yang ada. Ini terlalu lezat untuk ia lupakan begitu saja.

Dara sangat terkejut dengan hasilnya, bahkan ia merasa insecure sendiri setelah merasakan hasil masakan Gamal, rasanya sangat jauh jika dibandingkan ia yang membuat ini.

"Pulangnya mau gue Anter?"

Dara terkejut mendengarnya, wait... Sejak kapan ia jadi sangat akrab seperti ini dengan Gamal?

"Ka-kayanya gak usah, gue mau ke... Minimarket di depan sana, ada yang mau gue beli."

"Gak papa, sekalian gue anterin dulu Lo ke minimarket."

Dara memutar isi kepalanya, mencari seribu alasan agar ia tak usah diantar Gamal. "Gak usah deh, takut ibu gue keburu pulang, lagian kan ada tetangga gue yang ember itu, takut nanti jadi bahan gosipan dia paling baru."

Gamal mengangguk. "Okey."

Dara menghela napas legah, hampir saja ia tahan nafas lagi saking canggungnya berdua diatas motor.

Drrrtdrrrt

Dara merogoh sakunya, ia melihat ponselnya berdering karena ada panggilan masuk.

Tanpa ragu Dara mengangkat telponnya.

"Halo?"

"Sekarang? Oh ini! Gue lagi belajar."

"Iyalah di kamar sendiri masa dirumah orang lain?"

Gamal terdiam memperhatikan Dara, keningnya berkerut samar.

"Siapa sih? Kenapa Dara harus berbohong juga?"

"Iya, kalo gue lapar juga gue pasti makan. Udah ya, gue mau fokus belajar, besok ada ulangan matematika."

Setelah sambungan telepon terputus, Dara menghela napas panjang, gadis itu seperti terlihat legah setelah menutup teleponnya.

"Siapa?"tanya Gamal basa-basi.

"Oh itu, temen."

Meski tak yakin jawaban Dara adalah jawaban jujur, Gamal menganggukan kepalanya.

"Oh ya, gue cek lagi ya pertanyaan sama materi yang ada. Lo lanjut makan aja, biar gue periksa sendiri,"pamit Dara lalu berjalan menuju ruangan tengah.

Gadis itu kembali fokus pada layar laptopnya, beberapa kali ia mengedit beberapa kata yang menurutnya kurang.

Dari arah kejauhan Gamal hanya bisa memperhatikan gerak-gerik Dara, setelah menerima telpon itu, Gamal mendapati perubahan mood dari Dara, namun Gamal tak tahu pasti apa yang terjadi.

Kini akhirnya Gamal merasakan apa yang Nathan rasakan, ternyata cewek memang susah ditebak, perubahan yang ada di dalam diri seorang cewek memang tak menantu layaknya cuaca, kadang mendung kadang hujan, yang awalnya cerah ceria, tiba-tiba hujan.

Tatapan Gamal teralihkan pada piring bekas nasi goreng Dara. Tanpa ia sadari, sebuah senyum melengkung melihat piring itu yang bahkan tak ada satu biji pun nasi disana.

"Apa gue udah memperbaiki apa yang terjadi?"

-oOo-

Parah woi! Baca doang tapi gak ngevote. Gak ramah, bintang 1!

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang