51- Dia kemana?

162 23 0
                                    

Hari presentasi

Ada yang janggal di hari ini, Gamal yang terlihat excited bahkan menawarkan dirinya sendiri untuk mempresentasikan hasil pengamatan observasinya dengan bahkan rela bolak-balik dan sering bertanya pada Dara, hari ini cowok itu tak menampakkan batang hidungnya.

Hal ini menjadi kesialan tersendiri bagi Dara karena ia harus mempresentasikan hasil observasi kelompoknya secara sendiri yang bahkan skrip untuk presentasi mereka tak Dara hafal, namun untung saja ia mengingat sekilas skrip di presentasinya karena ia yang menyusun skrip itu.

Dara berfikir Gamal mengambil dispensasi hari ini, namun saat ia pergi ke ruang musik, ia tak menemukan keberadaan Gamal bahkan kedua temannya (Angga dan Vino) tidak mengetahui Gamal kemana.

Kini Dara hanya duduk bersama Dika latihan di ruang musik, menemani cowok itu latihan.

Jreng!

Lagu berakhir, setelah itu Dika menoleh kepada Dara yang tertunduk.

"Ra..."

"Ra?"

"Dara?"

Dara tersentak pelan saat Dika menepuk pundaknya pelan, gadis itu menoleh.

"Iya?"

Dika tersenyum simpul. "Gimana tadi gue main gitarnya?"

Dara seolah baru menyadari kalau selama dia melamun, Dika bermain gitar, cowok itu ingin meminta pendapat serta penilaian bagaimana suara dan caranya bermain gitar.

"Oh itu... Bagus kok,"Dara menghela napas pelan. "Ternyata Lo bisa main gitar juga?"

Dika mengangguk. "Sejak sekolah di Inggris gue ikut kelas seni, dan gue belajar main gitar di sana. Ya... Meski gak jago-jago banget, tapi lumayan lah."

Dara mengangguk paham kemudian mengalihkan pandangannya lagi, menunduk kembali.

"Lo mau coba? Bukannya Lo bisa main gitar?"

Dara sontak menoleh. "Oh enggak-enggak. Lagian gue udah lama gak main gitar, udah lupa juga caranya,"tolak Dara cepat.

Dika mengangguk menurut, sementara itu beberapa saat kemudian gadis itu lagi dan lagi kembali pada posisi yang sama. Melihat itu, jelas saja membuat Dika bertanya-tanya, apa dengan sahabatnya ini?

"Ra... Lo kenapa sih nunduk Mulu? Lagi ada masalah?"tanya Dika, membungkukkan badannya agar matanya bisa melihat mata Dara yang terarah ke bawah.

Dara menoleh sebentar. "Enggak."

Dika diam sejenak, dirinya dan Dara bukan baru kenal sehari dua hari, namun mereka sudah bersahabat dari kecil. Dika jelas tahu bagaimana jika Dara sedang mempunyai masalah.

Dika memutar otak, berusaha mencari cara agar sahabatnya itu tak melamun lagi.

"Wah!!! Gila gue lapar banget loh..."seru Dika dengan suara keras, cowok itu menyandarkan tubuhnya pada senderan kursi.

Dika melirik ke arah Dara, gadis itu tak merespon apapun, diam.

"Ekhem! Ra? Temenin gue ke resto Jepang yuk, lapar banget nih,"ajak Dika.

Dara akhirnya menoleh. "Lo berangkat sendiri deh, gue lagi capek banget hari ini, pengen langsung pulang."

Dika menegakan tubuhnya dari posisinya menyandarnya. "Mau gue anterin?"

Dara menghela napas pelan. "Boleh."

-oOo-

Setelah memasuki kamarnya, Dara langsung melempar asal tasnya ke atas tempat tidur, gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya dalam posisi Tengkurap dengan kepala yang menghadap ke arah Kanan.

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang