Chapter|01

8K 805 12
                                    

Zil Gaia menggeliat kecil saat alarm pagi memaksanya bangun. Gadis itu memicingkan mata sebelum meraih gawai dan menekan nomor langganan. Dia bergegas bangun setelah memesan satu cup latte dan tiga buah sandwich untuk sarapan. Zil Gaia menuruni tangga dengan celana jeans dan kaos berwarna krem, rambut kecoklatan yang masih sedikit basah digerai. Dia siap berangkat ke kantor. Begitu tiba di lantai satu gedung tempatnya tinggal, Raline sang pemilik kafe dan sahabat dekatnya menyodorkan pesanan gadis itu.

"Latte dan sandwich, untuk pemilik gedung. Mungkin saja bisa mengurangi jatah uang sewa bulan ini."

Raline merayu dengan ceria. Zil menggeleng tegas, menampik permintaan Raline sahabatnya. Tak peduli teman masa SD-nya itu mencebikkan bibir, Zil berlalu cepat setelah meraih pesanan dan meletakkan di keranjang sepeda yang terparkir di depan kafe. Langkahnya diekori Raline dari belakang yang masih berniat merayu untuk menurunkan uang sewa. Zil bergeming. Tak ada kata diskon walaupun sang penyewa adalah sahabat karib sendiri, terlebih kafe Raline jelas-jelas sedang ramai akhir-akhir ini.

"Jangan telat bayar sewa. Jangan kurang sepersen pun!"

Zil balik mengingatkan sang sahabat yang hampir kembali membuka mulut. Gadis itu berangkat bekerja diantarkan tatapan kesal dari Raline hari ini, sebaliknya Zil tersenyum simpul dan menggeleng pelan. Rayuan Raline tak akan pernah mempan padanya.

Gedung dua lantai itu dibelinya setelah dapat mengelola warisan tak seberapa yang ditinggalkan papanya sendiri. Setelah Zil menginjak usia legal, 20 tahun. Uang sewa bulanan itu adalah sumber penghasilan tambahan selain dari pekerjaannya sebagai dekorator di The Petra. Lantai pertama disewa Raline dan disulap menjadi sebuah kafe, sedangkan lantai dua menjadi tempat tinggal sang gadis. Rooftop gedung itu menjadi tempat favorit, biasanya digunakan dua sahabat itu untuk rehat di malam hari dan berbincang-bincang. Mereka makan dan kadang menonton di sana, asalkan tak sedang hujan.

Zil Gaia mengayu sepeda hijau mint-nya menuju kantor The Petra, tak jauh dari tempat tinggalnya. Zil hanya butuh mengayu sepeda tak lebih dari 10 menit, itupun dengan santai untuk tiba di kantor The Petra. Sebuah gedung kecil dua lantai yang diapit sebuah restoran Itali dan sebuah butik. Setiap bangunan di daerah itu berukuran relatif kecil, namun artistik. Itu pula alasan Ratu Hamzah, pemilik The Petra memilih lokasi tersebut untuk kantor perusahaan jasa interior dan dekorasi yang dirintisnya. Satu-satunya bangunan besar di daerah tersebut adalah kantor pusat dari Bamantara Airlines, yang setiap berangkat dilewati oleh Zil.

Bangunan kantor maskapai penerbangan itu pun tak menjulang tinggi tetapi melebar, dilengkapi lapangan super luas dan besar di halaman depan. Tak jarang mereka mendapati helikopter mendarat pada landasan di tengah-tengah halaman kantor pusat perusahaan maskapai penerbangan itu. Zil Gaia menoleh pada kantor pusat maskapai penerbangan itu saat lewat hari ini. Zil kembali mengingat kegagalan acara lamaran putra ketiga pemilik perusahaan tersebut, beberapa pekan lalu. Raut wajah kecewa dari paras sempurna putra Adam Bamantara berkelibat sejenak dalam benak gadis 24 tahun itu. Dia buru-buru menepis ingatan tersebut karena entah mengapa hal tersebut mengganggu pikirannya. Zil bahkan tak enak tidur selama tiga hari sejak kejadian itu, seolah-olah lamarannya lah yang gagal.

Mungkin karena Zil Gaia ingin memberikan yang terbaik bagi putra keluarga Bamantara. Dia bekerja jauh lebih serius untuk dekorasi acara lamaran itu saat tahu klien mereka merupakan putra dari Adam Bamantara. Walaupun tak seorang pun tahu, Zil begitu familiar dengan keluarga konglomerat itu. Papanya yang merupakan teknisi pesawat terbang semasa muda dulu merupakan sahabat karib dari Adam Bamantara. Bahkan sang papa merupakan salah satu orang yang berjasa mempelopori berdirinya perusahaan maskapai penerbangan itu. Sayangnya, sakit memaksa sang papa kemudian beristirahat dan menjauh dari segala urusan pekerjaan.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang