Chapter|34

3.3K 430 3
                                    

Zil dan Dariel keheranan karena sikap Kiraz Shahin yang berubah drastis. Perempuan tua kesayangan Zil pagi itu begitu ceria dan dia sudah tak marah.

Kiraz bahkan mengantarkan keberangkatan Zil dan Dariel sebelum ke kantor dengan ciuman dan pelukan kasih sayang.

Zil berubah ceria karena sikap Kiraz Shahin yang sudah membaik. Gadis itu tersenyum lebar saat berangkat ke kantor hari ini. Cuma satu hal saja yang dia khawatirkan, reporter yang berkerumun di depan The Petra.

Zil menghela nafas lega saat menemukan tak ada satu pun reporter di depan kantornya pagi ini. Entah mengapa tiba-tiba semua masalah teratasi. Tidak hanya kemarahan grandma-nya yang sudah berakhir tapi juga gangguan wartawan penyebar gosip. Gadis itu bersyukur karena hidupnya kembali damai.

Namun kebahagiaan Zil tak berlangsung lama.

Saat dia pulang, kesehatan Kiraz Shahin sangat memburuk. Dia demam, muntah dan sesak nafas, menurut penuturan perawatnya. Zil dan Dariel terpaksa membawa grandma-nya ke rumah sakit.

Mereka membawa Kiraz dengan sebuah ambulans. Keduanya disambut mama Ivanka, dirut utama rumah sakit langganan keluarga.

Kiraz Shahin didera pneumonia menurut dokter yang menangani perempuan tua itu dan keadaannya sudah parah. Bahkan sudah terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh lain dan peradangan paru-paru.

Kiraz Shahin dirawat selama beberapa hari terakhir sehingga Zil bolos kerja selama itu pula. Dia berada di rumah sakit menemani grandma-nya. Jeremy dan Phillipe yang mendapat kabar bahwa keadaan Kiraz Shahin semakin memburuk pun segera terbang dari Australia.

Dariel dan Noah menuju rumah sakit sore itu sepulang dari kantor. Sayangnya dua putra keluarga Bamantara disambut pemandangan yang begitu memilukan. Kiraz Shahin sudah pergi, beberapa menit yang lalu.

Mereka terpaku menyaksikan Zil tengah menangis sembari menggenggam tangan juga sesekali menciumi wajah grandma-nya yang sudah mendingin.

" I love you grandma, see you again."

Zil berbisik pilu, berkali-kali gadis itu mengucapkan kata yang sama pada Kiraz Shahin yang sudah terbujur kaku. Di sela-sela tangisan kehilangan, karena satu-satunya keluarga Zil Gaia telah pergi.

Noah dan Dariel pun pelan-pelan mendekat.

Dariel mendekat pada Kiraz Shahin yang belum sempat ditemuinya hari ini. Laki-laki itu mengelus wajah tua yang selama hampir setahun terakhir menjadi keluarga dan selalu mencurahkan kasih sayang padanya.

Dariel ikut merasakan kehilangan yang teramat sangat, hingga tak terasa dia menitikkan air mata. Teringat kembali pertemuan pertama dengan perempuan itu, pelukan kasih sayang darinya dan betapa tatapan mata tuanya begitu hangat setiap kali menyambut kedatangan dan mengantarkan kepergian setiap hari ke kantor.

Noah sebaliknya memberikan pelukan pada Zil Gaia kesayangannya, menepuk punggung berharap sedikit menguatkan gadis itu.

Pada sore itu, telah pergi perempuan tua kesayangan Zil Gaia yang baginya gadis itu rela melakukan apapun.

Sang grandma dimakamkan pada pagi hari setelahnya. Phillipe, suami kedua dari Kiraz Shahin dan Jeremy yang menemani laki-laki itu tiba pada malam hari sebelumnya, walaupun mereka tak lagi bisa menemui Kiraz yang telah pergi. Pemakaman Kiraz Shahin diurus sepenuhnya oleh Noah.

Kiraz dimakamkan dekat dengan kubur putra satu-satunya, Barrack Pandega. Di sana juga makam suami pertama dari Kiraz, Benedict berada. Pemakaman Kiraz hanya dihadiri orang-orang terdekatnya, Zil, Phillipe, dan Jeremy. Setiap anggota keluarga Bamantara termasuk Adam yang sengaja pulang, Jamia dengan Johnatan dan Liam, Kimberly dan pacarnya Joe pun datang. Hadir pula Ivanka dan kedua orang tuanya.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang