Chapter|30

3.8K 445 5
                                    

Dariel baru saja masuk saat dia menemukan Noah duduk manis dan menyesap morning coffee di sofa ruang kerja adiknya. Dirut Bamantara Airlines itu sudah lama tak datang karena sibuk, kecuali ada hal penting yang ingin dibicarakan.

"Ada apa?" tanya Dariel. Dia bahkan belum sempat duduk.

"Bagaimana keadaan grandma?" Noah balik bertanya.

Dariel menghela nafas panjang. Hari ini, grandma-nya mungkin jauh lebih baik tapi Dariel tak yakin bisa bertahan sampai kapan. Jika bisa dia ingin Kiraz diobati dokter dan rumah sakit terbaik, tetapi tak ada yang bisa dia lakukan. Tak ada obat bagi Dementia Alzheimer di dunia ini.

"Masih sama, naik-turun tak menentu setiap harinya" balas Dariel.

Laki-laki itu memijat pelan pelipis dan duduk di depan Noah.

"Kamu dan Zil hanya bisa tinggal bersama selama empat bulan lagi, sesuai kontrak! Bagaimana kalau keadaan grandma belum juga membaik saat itu tiba? Artinya Zil harus merawat grandma sendiri, begitu?" tanya Noah tiba-tiba.

Dariel terperangah dengan ucapan Noah. Laki-laki itu baru sadar kalau dia dan Zil sudah tinggal bersama hampir selama 8 bulan. Satu tahun hampir berlalu.

Jika berdasarkan kontrak, artinya memang mereka akan mulai tinggal terpisah setelah satu tahun. Namun dia tiba-tiba terpikir bagaimana mungkin dia membiarkan Zil Gaia merawat grandma sendiri. Bahkan dengan bantuan perawat dan pembantu di rumah, istrinya masih kewalahan. Zil lelah secara fisik maupun mental.

Pun dengan perasaan yang menderanya. Perasaan tak rela saat dia sadar bahwa Zil Gaia akan mulai menjadi orang asing baginya. Namun Dariel tak punya jawaban untuk pertanyaan Noah. Mau tak mau begitu isi kontrak pernikahan mereka.

"Aku akan membicarakannya dengan Zil" balas Dariel lugas.

"Oh, tak terasa sudah hampir satu tahun. Dulu seolah tak masuk akal bukan kontrak pernikahan kalian. Aku akan merindukan Zil saat tak bisa melihatnya lagi" gumam Noah dengan dirinya sendiri.

Dariel menerawang jauh ke masa lalu dan tersenyum masam. Dulu dia memang begitu menolak ide gila Noah. Namun sebagaimana kakaknya, Dariel pun merasa dia akan merindukan momen-momen bersama dengan Zil Gaia. Tanpa sadar laki-laki itu menghela nafas panjang, seolah ada beban yang begitu berat dalam pikiran.

"Oh, Emily.. Emily lagi!" Noah berseru frustasi.
Keluhan pagi Noah menghentikan lamunan dan kegundahan Dariel.

"Ada apa?"

Dariel bertanya walaupun tahu jelas masalah kakaknya. Tidak lain dan tidak bukan, pasti masalah perempuan. Kalau tak salah, Emily adalah perempuan yang Noah bawa ke liburan keluarga mereka. Noah mengangkat gawai di tangan dan menunjukkan panggilan telpon dari Emily.

"Dia sudah menerorku satu bulan terakhir ini, oh my god! Aku hanya mengajaknya liburan dengan keluarga selama 3 hari tapi dia ingin menikahiku, Dariel" Noah berkeluh kesah.

"Aku bisa gila dengan perempuan ini! Kita bahkan belum sempat tidur bersama, menikah?" Noah melempar gawai di tangan dan tertawa.

"Bukannya kalian tidur bersama di tenda malam itu?" kilah Dariel cepat.

Tak ingin mendengarkan masalah Noah yang bagi Dariel tak penting seperti biasa, laki-laki itu bangkit dan duduk di kursi meja kerjanya. Lebih baik baginya agar segera bekerja dari pada mendengarkan masalah yang sengaja dibuat sendiri oleh kakaknya.

Dariel membuka dokumen penting yang harus dibacanya dan meraih pulpen.

Noah mendengus pelan dan bangkit. Dia bersiap-siap keluar dari kantor adiknya.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang