Chapter|47

4.2K 484 0
                                    

Zil baru saja tiba di bandara, masih ada satu jam lebih dari jadwal keberangkatan pesawat yang akan membawanya ke Melbourne. Gadis itu menyeret koper hitam besar dan berniat mencari kafe demi membunuh kebosanan selama menunggu.

Zil baru saja menurunkan koper dari bagasi taksi saat pundaknya di tepuk seseorang.

"Kak Zil.."

Seorang gadis menyapanya dengan riang. Zil membatu selama beberapa detik, pasalnya dia tak kenal dengan seseorang yang menyapa dengan begitu akrab. Namun tak mungkin gadis itu salah mengenali orang, dia menyebut nama Zil. Kecil kemungkinan ada orang dengan nama dan wajah yang sama dalam waktu bersamaan.

"Kamu.." Zil bergumam.

"Ruby kak, ih masa lupa sama aku yang imut" gadis centil itu menyebutkan nama.

"Ruby.." Zil kembali bergumam.

Ruby menekuk kening karena Zil Gaia, rekan kerja yang selama dua tahun pernah satu kantor dengannya itu tampak kebingungan. Zil memutar otak dengan cepat, memori-nya mungkin bermasalah karena operasi otak tetapi dia tak memiliki kesulitan mencerna informasi baru. Dia berpikir dengan cepat dan mencari di mana dia pernah melihat gadis ini.

"Kamu dari mana?"

Zil berusaha mengalihkan pembicaraan selagi dia berusaha mengingat sang gadis. Ruby kembali tersenyum, mengira Zil hanya terkejut tadi sehingga gadis itu seolah tak mengenalnya.

"Aku dari Jepang kak, ada seminar. Ah kak Zil apa belum tahu? Aku juga melanjutkan studi di ITB setelah kakak berangkat ke Australia. Nanti kalau sudah aku lulus bakal balik ke The Petra, kak Zil juga ya. Kita kerja sama-sama lagi" gadis itu berceloteh panjang.

Zil tertegun. Dia kembali berpikir cepat, sekarang dia ingat di mana pernah melihat gadis di hadapannya. Gadis ini berada di foto pada meja kerja Mikha. Namun ada yang aneh, bekerja bersama-sama lagi?

Ini pertama kalinya mereka bertemu. Zil semakin kebingungan. Kepala gadis itu tiba-tiba terasa berat karena dipaksa berpikir cepat. Ruby menyadari sikap aneh Zil.

"Kakak sakit? Kak Zil baru datang dari Australia bukan kak? Siapa yang jemput?" Ruby tak berhenti bertanya karena khawatir, Zil tampak meraba pelipis dan memijat pelan.

"Dijemput suami seperti biasanya tidak kak?" Ruby mengerling dan tersenyum saat menyebut suami Zil.

Ucapan Ruby selanjutnya berhasil membuat Zil Gaia menoleh cepat. Bola mata gadis itu melebar dengan mulut menganga selama beberapa detik. Segala yang diucapkan gadis ini tampak alami saja, seolah bukan kebohongan tetapi Zil tak ingat apa pun.

"Suami.." Zil kembali bergumam.

Kepala Zil Gaia semakin terasa berat, gadis itu sedikit sempoyongan hingga hampir jatuh jika Ruby tak sigap menangkap tubuhnya.

"Kak Zil kenapa? Jetlag?"

Gadis itu masih bertanya dengan penuh kekhawatiran. Zil menggeleng pelan. Ruby sedang menopang tubuhnya. Zil menoleh pada gadis ceria itu sebelum bertanya,

"Ruby, nama suamiku.." dia mencoba bertanya.

Ruby berdecak pelan.

"Ih, kak Zil ngetes aku? Masa iya aku lupa sama pak Dariel sih?" Gadis itu mencebikkan bibir setelah menjawab.

Zil terperanjat. Kakinya melemas saat mendengar jawaban dari mulut Ruby dan tak bisa dihalangi lagi, dia terjatuh walaupun gadis itu menopang tubuhnya.

"Kak Zil.."

Ruby berteriak kecil saat dia ikut terjatuh karena beban tubuh yang ditumpuhnya. Zil masih terdiam, dia bisa merasakan kalau tangan dan kakinya gemetar. Gadis itu menopang kepala yang berat dengan satu tangan. Zil Gaia berpikir, Jeremy mengatakan ada ingatan yang terhapus karena operasi otaknya dan gadis itu tak pernah bertanya sejauh dan sebanyak apa otak ini menghapus memori-nya. Zil hanya tahu bahwa lima tahun sudah berlalu dan seharusnya dia sadar apa pun bisa terjadi selama itu.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang