Chapter|44

3.8K 458 5
                                    

Zil belum pernah merasakan mood swing yang lebih buruk dari pada yang dia rasakan sekarang. Tidak bahkan saat dia baru saja bangun dari operasi pengangkatan tumor di otak dan masa-masa awal penyembuhan beberapa bulan yang lalu.

Saat ini, dia sedang mengerjakan dekorasi untuk peringatan hari jadi pernikahan laki-laki yang membuatnya tertarik sejak beberapa minggu yang lalu. Pada satu hari, Zil merasa sangat marah hingga dia tak memiliki niat sama sekali untuk mengerjakan dekorasi tersebut. Pada hari setelahnya, dia berubah dan justru bekerja dengan sangat baik. Demi laki-laki yang pernah menarik hatinya. Begitu selama satu minggu, mood-nya berubah-ubah tak menentu. Hari ini gadis itu mengalami mood yang sangat baik hingga dia bisa merampungkan pekerjaan berat yang mematahkan hatinya.

Ratu Hamzah bahkan tak berhenti memuji ide dekoratornya itu saat melihat rancangan desain pagi ini. Untuk hari jadi pernikahan Dariel dan istrinya, Zil menyiapkan konsep yang terinspirasi dari mitologi Yunani.

Sebuah pesta peringatan yang diadakan outdoor, di taman terbuka yang didominasi pencampuran warna putih dari kain-kain yang menjuntai jatuh, emas dari setiap peralatan baik meja, kursi, alat makan, lampu, dan lain sebagainya juga warna hijau dari bunga dan tumbuhan. Ratu Hamzah selalu kagum dengan dekorasi Zil Gaia, bahkan sejak mereka menempuh studi di RMIT dulu. Begitulah kemudian dekorasi pesta peringatan Dariel Bamantara dan istrinya diselesaikan. Zil bernafas lega karena merasa telah menjalankan sebuah profesionalitas dan merampungkan pekerjaan yang pada satu sisi menciptakan perasaan dongkol.

Hari ini pekerjaannya selesai, Zil bisa pulang setelah sore ini menemani Mikha menemui klien di sebuah restoran. Perempuan itu sedang menangani permintaan dekorasi untuk pesta pernikahan, dengan budget yang cukup besar. Kliennya dari kelas sosial atas. Mereka berdua naik taksi dan bisa langsung pula setelah rapat dengan klien yang hanya bisa bertemu di sore hari sepulang dari kantor. Mereka bertemu di restoran bintang lima atas permintaan sang klien. Tak berselang lama sebelum klien mereka datang, rapat diadakan dengan suasana yang informal, mereka berbincang sembari menikmati hidangan khas barat yang baru saja disajikan.

*

Dalam restoran yang hanya menerima beberapa pelanggan saja setiap malamnya, hanya ada dua meja yang sudah terisi. Meja mereka dan tiga laki-laki lain di sudut paling kanan restoran. Namun hal tak terduga terjadi. Selang beberapa menit, sesosok laki-laki masuk ke dalam restoran yang sama. Dia tidak lain adalah Dariel Bamantara, suami yang tak diingat statusnya oleh Zil Gaia. Gadis itu tertegun lama saat sosok yang dibalut setelan warna black velvet itu masuk, mata mereka bersirobok.

Dariel duduk kemudian, memilih kursi yang bisa membuatnya dengan leluasa melihat pada istri yang tak sengaja dia temui malam ini. Tak mau melewatkan kesempatan, jarang dia beruntung bisa bertemu Zil Gaia tanpa bersusah payah.

Dariel sendiri sedang ada janji dengan Emma. Sang mantan kekasih ingin bertemu, untuk merayakan keberhasilannya mendapatkan peran untuk debut-nya di sebuah film Hollywood. Sebuah mimpi lama yang ingin Emma capai. Meskipun bukan lagi sepasang kekasih, mereka kerap bertemu untuk menjaga jalinan persahabatan. Mereka berdua telah berdamai dengan perpisahan mereka dan tak mau mengakhiri hubungan baik lainnya. Emma pun nyatanya sudah menemukan tambatan hati lain, walaupun masih dalam tahap penjajakan.

Laki-laki itu menekuk kening karena setiap kali mata mereka bertemu, Zil tampak kesal dan sama sekali tak ramah padanya. Dariel belum pernah melihat raut muka yang sama dari istrinya selama ini, bahkan saat setahun mereka tinggal bersama.

Saat mata mereka beradu pandang, gadis itu pun buru-buru mengalihkan mata seolah tak mau berurusan dengan dirinya. Bukan hanya kesal, Zil Gaia tampak sedang marah.

"Dariel" Sapaan dari belakang punggung mengalihkan perhatian laki-laki itu.

Dariel Bamantara bangkit dan menyambut kedatangan Emma dengan senyuman dan pelukan hangat. Emma masih sama, perempuan itu masih mempesona. Dua manusia itu tak sadar kalau keakraban mereka diperhatikan sepasang mata yang seolah berubah menjadi laser.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang