Chapter|15

3.7K 471 23
                                    

Zil dan Dariel berdiri di depan kediaman warisan Adam sore itu. Mereka sedang menunggu kedatangan Kiraz Shahin yang akan diantarkan oleh Jeremy dan Ivanka. Bola mata sang gadis membulat saat mobil Ivanka terlihat dari kejauhan, hingga kemudian berhenti tepat di depan pengantin baru itu. Jeremy dan Ivanka menuntun nyonya Kiraz keluar dari mobil, perempuan itu disambut pelukan hangat Zil.

"Mrs. Kiraz Shahin, you look healthy."

Zil melepaskan pelukan dan menatap wajah grandma-nya yang tersenyum sumringah. Tak berselang lama sebelum perempuan lanjut usia itu beralih menyapa Dariel, meraih tangan laki-laki itu.

"Selamat datang di rumah kita, grandma" Dariel pun menyambut pelukan dari Kiraz Shahin.

Zil berdecak pelan, sebelum tertawa saat melihat grandma-nya lebih memilih Dariel dari pada dirinya. Perempuan itu kemudian dituntun Dariel ke dalam rumah, sedangkan Jeremy dan Ivanka berpamitan pulang tanpa masuk. Mereka akan ke Bali untuk liburan sebelum kembali ke Australia untuk studi. Waktu liburan semester sudah hampir berakhir. Pasangan kekasih itu memeluk Zil bergantian sebelum masuk ke dalam mobil.

"Jangan lupa pemeriksaan rutinmu. Ivanka sudah berpesan pada mama" Jeremy berbisik sebelum naik.

Zil hanya mengangguk pelan sebelum membiarkan saudara dan kekasih laki-laki itu pergi. Gadis itu buru-buru kemudian menyusul masuk dan menemukan Kiraz Shahin sedang duduk di ruang keluarga bersama Dariel dan perawat profesional yang akan mengurusnya. Sang grandma, Kiraz Shahin akan menempati sebuah kamar besar di lantai satu sedangkan pasangan suami-istri, pemilik rumah itu akan menempati kamar utama di lantai dua. Tepat di samping kamar Kiraz Shahin, kamar lainnya ditempati perawatnya.

Zil tersenyum saat melihat grandma-nya sangat ceria, dengan tangan bertautan dengan tangan Dariel. Gadis itu kembali berdecak pelan, karena dirinya yang menikahi Dariel bahkan belum pernah dan tak berani untuk menggenggam tangan itu. Meskipun begitu dia lega dan merasa berterima kasih karena laki-laki itu menyambut grandma-nya dengan sangat baik dan ramah. Zil hanya meminta Dariel untuk berpura-pura, tapi laki-laki tampak begitu tulus pada Kiraz Shahin. Dia tak canggung ataupun risih.

"Wah, nyonya Kiraz..lama-lama aku cemburu dengan sikapmu" keluh gadis itu sembari duduk di samping grandma-nya.

Perempuan tua itu terkekeh. Dia melepaskan tautan tangannya dari Dariel dan beralih menangkup wajah cucu perempuan kesayangannya.

Nyonya Kiraz Shahin menciumi pipi sang gadis hingga Zil hanya bisa tersenyum dan memejamkan mata, di bawah tatapan mata Dariel. Laki-laki itu menyadari betapa gadis itu menyayangi grandma-nya. Dia bahkan tak terbujuk dengan warisan-warisan yang bisa didapatkan dari pernikahan mereka. Cuma satu keinginan yang membujuk perempuan itu untuk mengorbankan diri dan melangsungkan pernikahan yang tak pernah dia inginkan, memenuhi harapan terakhir grandma-nya. Dariel ikut tersenyum menyaksikan luapan kasih sayang antara cucu dan nenek di sampingnya. Kiraz Shahin kemudian diantarkan beristirahat oleh perawatnya, sebelum waktu makan malam.

Pada waktu makan malam, mereka kedatangan tamu. Tidak lain dan tidak bukan adalah Noah, ibu peri Zil Gaia.

"Hai, grandma yang sangat cantik, kalau masih gadis mungkin kita bisa berpacaran" ucapnya asal sembari mencium tangan Kiraz Shahin.

Perempuan lanjut usia itu hanya terkekeh karena humor mengada-ada dari mulut Noah sedangkan Zil yang sedang minum terpaksa harus tersedak karena kegilaan kakak iparnya. Dariel meraih napkin dan menyerahkan pada Zil sembari berdesis,

"Kau memang Gila, Noah!"

Noah, jangan ditanya. Dia ikut terkekeh bersama Kiraz Shahin yang menatap jenaka laki-laki di hadapannya. Mereka berempat makan malam bersama kemudian. Sesekali canda dan humor dari Noah mengundang tawa dari Zil dan Kiraz Shahin.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang