Chapter|24

3.2K 428 8
                                    

Zil berada di walk in closet dan belum juga keluar padahal dia harus bergantian dengan Dariel, mereka harus segera berangkat ke kantor.

Permasalahan terjadi karena restleting shift dress hitam yang akan dipakainya tersangkut, tak bisa diturunkan agar dia bisa berganti baju lain tapi juga tak bisa dinaikkan agar dia bisa memakainya. Tangannya pegal sedari tadi berkutat dengan restleting yang menguji kesabaran sejak pagi.
Gadis itu mengumpat lirih beberapa kali, pun dengan ketukan pintu yang mulai terdengar dari luar. Lebih sebal lagi karena harga dress ini bisa untuk membeli beberapa buah motor tapi dia masih harus berurusan dengan restleting yang tersangkut.

"Zil Gaia, kita akan telat" suara Dariel mulai terdengar setelah ketukan lain.

Zil berjalan menuju pintu dan membukanya, wajah keheranan suaminya yang ditemui gadis itu setelah benda itu digeser.

"Oh, not again!!" keluh Dariel seketika itu juga.

Laki-laki itu kenal dengan raut muka istrinya pagi itu. Raut muka yang sama saat dia harus berurusan dengan hairpin hampir sejam lebih, dulu.

"Apalagi sekarang?" Dariel mau tak mau bertanya. Akan lebih baik kalau mereka menyelesaikan masalah sesegara mungkin.

"Restleting dresku" cicit Zil pasrah.

Dariel mengedipkan mata beberapa kali, tak percaya dengan jawaban istrinya. Bagaimana mereka selalu terjebak dengan urusan benda yang tersangkut di tubuh Zil Gaia.

"Sini aku bantu" laki-laki itu pun kembali menawarkan bantuan.

"Tapi tutup mata" gumam Zil.

Dariel mengangkat satu alisnya, berpikir sejenak bagaimana dia bisa membantu istrinya kalau harus menutup mata. Laki-laki itu terpaksa mengiyakan saat dilihatnya Zil mulai meremas jemarinya tanda dia sedang gelisah, pun dengan bola mata yang bergerak cepat itu. Sedetik setelah Dariel mengangguk, dia bisa merasakan telapak tangan istrinya menutup kelopak matanya.

"Jangan buka mata sebelum selesai" pinta gadis itu lagi memastikan sebelum berbalik.

"Baiklah, lebih baik segera dimulai sebelum kita benar-benar terlambat berangkat ke kantor" timpal Dariel tak sabar.

Zil berbalik sepenuhnya.

Gadis itu menahan nafas saat tangan Dariel tak sengaja menyentuh kulit punggung kala mencari restleting yang menyangkut. Tak mengindahkan janji pada Zil, Dariel membuka mata setelah memastikan istrinya tak tahu. Alasannya, karena permintaan Zil sangat konyol. Bagaimana dia bisa membantu dengan menutup mata. Laki-laki itu sedikit menunduk, tak butuh waktu lama sebelum dia menyelesaikan masalah restleting dress istrinya dan menarik penuh ke atas, menutup punggung yang menunjukkan bra berwarna nude pink yang menjadi alasan dia harus menutup mata tadi. Sungguh konyol karena Dariel yang biasanya tak gugup saat melucuti baju perempuan justru menegang saat sekedar membantu Zil Gaia membenarkan restleting.

"Sudah beres" bisik laki-laki itu.

Zil menghela nafas lega.
"Baguslah kak, kita tak harus menggunting baju ini, mahal" cicit gadis itu.

Dariel menahan tawa mendengar penuturan istrinya.

"Hairpin yang terakhir kau buang..itu juga mahal" cicit Zil lagi.

"Persetan! Siapa suruh dia menyusahkan kita hari itu" balas Dariel lugas.

Zil berdecak pelan sebelum menuju rak sepatu dan meraih sepasang boots hitam.

"Terima kasih kak" ucap gadis itu sebelum hendak keluar dari walk in closet kamar mereka.

"Tunggu" Dariel menghentikan langkahnya.
Zil menoleh cepat.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang