Chapter|38

4.1K 480 13
                                    

Terhitung sudah tiga bulan lamanya Dariel menempati rumah warisan Adam seorang diri. Dia berangkat dan pulang dari kantor pun seorang diri.

Putra ketiga keluarga Bamantara tak lagi berhenti di depan kantor The Petra setiap pagi dan sore hari, hanya matanya yang selalu awas setiap kali melewati tempat itu.

Dariel berharap setidaknya bisa melihat sosok itu dari kejauhan, demi mengobati kerinduan yang semakin lama semakin menggerogoti jiwanya. Sayangnya, tak pernah sekalipun laki-laki itu beruntung. Dia tak pernah lagi melihat Zil Gaia, bahkan tidak sekedar bayangan gadis itu.

Hari itu, Dariel sedang berkendara sepulang dari kantor saat panggilan telpon dari Emma tampak di layar. Mereka memiliki janji makan malam hari ini, tampaknya Emma telah lebih dulu tiba di restoran. Dariel menerima panggilan telpon dari perempuan yang berstatus sebagai kekasihnya, yang menanyakan keberadaan laki-laki itu.

Dariel sedang berbelok dan hampir tiba di lampu merah yang memaksa kendaraan di depan sana berhenti, saat matanya menangkap sesosok gadis berdiri di trotoar. Fokus Dariel teralihkan karena gadis itu sekilas mirip dengan istrinya. Rambut kecoklatan dan tubuh mungil yang mirip dengan sosok perempuan yang dia rindukan. Tanpa sadar dia mengerem mendadak, tak mengindahkan adanya beberapa mobil lain di belakang.

Kecelakaan tak dapat dihindari. Mobil Dariel ditabrak dengan keras dari belakang hingga terseret dan menimpa trotoar. Tiga mobil di belakang Mercedes Benz itu pun saling bertabrakan, tak dapat terelakkan secepat apapun mereka mengerem dan menghindar.

Dariel tak lagi ingat apa-apa, hanya samar-samar suara dan teriakan Emma di seberang yang menanyakan benturan keras yang juga terdengar hingga ke telinga aktris cantik itu. Dia juga hanya mendengar samar-samar suara ambulans dari kejauhan yang lambat laun mulai mendekat. Mata Dariel yang tak menutup pun masih bisa melihat kerumunan orang dan mobil-mobil yang berhenti tak bergerak.

Saat terbangun, Dariel sudah berada di dalam ruang rawat inap VIP rumah sakit langganan keluarga. Kepalanya diperban karena sedikit terluka, juga dengan pergelangan kaki kiri yang patah. Ada Noah di sana, bersama seorang perempuan yang tak Dariel kenal. Bisa jadi pacar baru kakak laki-lakinya.

Noah sedang menerima panggilan telpon, bergantian dari papanya, Jamia, Kimberly, dan bibi mereka Roseanne yang menanyakan keadaan sang putra ketiga. Keadaan Dariel yang tak parah menghalangi mereka untuk datang. Terakhir, Noah menerima panggilan dari pengacara keluarga yang mengurus masalah kecelakaan dengan petugas polisi.

Noah menoleh cepat saat melihat adiknya sudah sadar, laki-laki itu berjalan menghampiri ranjang pasien.

"Apa kau sudah gila, Dariel? Tak setahun dua tahun kau mengendarai mobil tapi dengan sembrononya kau berhenti begitu saja di jalan yang jelas-jelas ramai! Kalau di belakangmu truk atau bis, oh Tuhan..aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi? Ada tiga mobil yang rusak dan tiga pengendara yang luka-luka karenamu hari ini!" Direktur utama maskapai Bamantara Airlines itu mencerca sang adik.

Dariel duduk dengan susah payah dan bersandar pada bantal, punggungnya terasa sakit saat dia mengangkat badannya.

"Maafkan aku. Apa mereka terluka parah? Kau sudah mengurus semuanya?" laki-laki itu menyuara dengan suara serak.

Noah mendengus kesal. Dia meraih segelas air di samping ranjang tidur rawat inap adiknya dan menyodorkan pada Dariel.

"Tentu saja, pengobatan dan kompensasi. Untungnya mereka dan keluarganya mau berdamai denganmu! Apa sebenarnya yang kau pikirkan, hah?" Noah menarik kursi dan duduk di samping ranjang tidur pasien.

Dariel tak menjawab, laki-laki itu hanya menutup wajah penuh dengan kedua tangan. Selama beberapa saat merutuki diri yang begitu ceroboh hingga hampir mencelakai pengendara lain dan dirinya sendiri.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang