Chapter|18

3.1K 444 8
                                    

Sebuah pesan dari direktur rumah sakit, mama Ivanka tampak di layar telpon genggam Zil. Gadis itu terpaku saat membaca jadwal MRI rutinnya, minggu sore ini. Sapaan Dariel yang muncul dari kamar mandi membuyarkan lamunan Zil. Saat dia menoleh, suaminya baru saja keluar dengan handuk kimono putih membalut tubuhnya. Laki-laki itu tampak begitu segar di pagi hari.

"Ada apa, kenapa melamun?" tanyanya sebelum berjalan ke arah walk in closet di kamar mereka.

Zil hanya menggeleng pelan.

"Tidak ada apa-apa kak. Aku ke kamar grandma dulu, mungkin dia bisa sarapan dengan kita hari ini."

Zil buru-buru keluar setelah meletakkan gawainya di tote bag putih yang akan dibawanya hari ini, tak menunggu jawaban suaminya yang sedang bersiap-siap. Gadis itu memakai denim shorts dan stripes pullover, dari LV. Rambutnya dicepol tinggi hari ini. Saat turun, Kiraz Shahin sudah duduk dengan tenang di meja makan dengan sang perawat.

"Nyonya Kiraz, aku merindukanmu."

Zil merangkul sang grandma dari belakang, menciumi puncak kepala perempuan kesayangan yang terkekeh dengan sikap cucunya. Kiraz Shahin tampak segar hari. Zil segera duduk di sebelah grandma-nya sembari menunggu Dariel turun untuk sarapan bersama. Seperti biasa setelah sarapan dan berpamitan pada Kiraz Shahin, pasangan suami-istri itu berangkat bekerja bersama-sama.

"Sampai jumpa nanti sore" ujar laki-laki itu sebelum menurunkan istrinya di depan kantor sang gadis.

"Sampai jumpa" balas Zil sembari turun, tak lupa dia tersenyum manis mengantarkan kepergian Dariel dari depan kantornya.

Tak seperti hari pertama, mereka tidak lagi dengan konyol saling menunggu. Kini setelah mereka terbiasa berangkat bekerja bersama-sama beberapa minggu terakhir. Pasangan suami-istri itu serempak masuk dan berlalu pergi setelah Zil menghilang di balik pintu.

Sayangnya, Zil tak bisa pulang bersama Dariel seperti janji mereka hari ini. Gadis itu tiba-tiba harus dihadapkan pada Harry Ayusman dan ajakan makan malam mendadak. Meskipun dengan berat hati, Zil mengiyakan saja. Gadis itu benar-benar tak mau kegilaan laki-laki yang ditemuinya di kencan buta mengganggu kehidupan pribadi dan privasi Dariel, sebagaimana isi kontrak pernikahan mereka. Bahwa urusan pribadi masing-masing tak boleh mempengaruhi pihak yang lain. Tak lupa Zil mengirimkan pesan pada sang suami agar tak menjemputnya dan pulang lebih dulu.

*

Dariel yang sedang rapat hanya melihat singkat pesan istrinya dan tertegun cukup lama karena isi pesan yang memintanya pulang lebih dulu, sungguh tak biasa. Laki-laki itu tak punya alasan untuk tak setuju. Zil memiliki kehidupan sendiri selain sebagai istri di atas kontrak dalam pernikahan mereka. Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri kalau Dariel ingin tahu urusan apa yang mencegah istrinya pulang bersamanya hari ini. Rasa ingin tahu yang dipendam sendiri karena jelas itu melanggar privasi Zil Gaia.

Raut wajah Dariel yang tiba-tiba berubah masam tak luput dari perhatian Jamia Bamantara, sang kakak sulung. Dia dalang dari semua hal yang mengarah pada pertengkaran dalam pernikahan Dariel dan Zil. Tak cukup dengan mendorong Harry Ayusman untuk mendekati dan merebut Zil Gaia dari pernikahan palsu dengan adiknya, perempuan yang hampir menginjak kepala empat itu juga meneror Emma yang sedang di luar negeri. Dia mengirimkan foto-foto yang menangkap momen-momen manis Dariel dan sang istri, seperti saat berangkat dan pulang kerja, atau makan malam bersama. Bagi Jamia, hukuman untuk Dariel adalah dengan kehilangan dua perempuan sekaligus. Dia ingin menanamkan keraguan dan ketidak-percayaan dalam diri Emma yang sedang berada jauh dari adiknya, Dariel.

*

Pada jam pulang kantor, BMW putih Harry benar-benar sudah terparkir di depan kantor The Petra. Zil masuk begitu saja, dia ingin cepat-cepat menyelesaikan makan malam dengan laki-laki menyebalkan di balik kemudi.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang