Chapter|28

3.2K 436 7
                                    

Pasar pekan yang dimaksud istri penjaga vila merupakan pasar yang dibuka dari siang-malam hari, setiap sabtu dan minggu.

Mereka menyulap lapangan luas berumput dan membuka stan-stan mulai dari bahan makanan, jajanan pasar, perkakas rumah tangga, baju, dan lain sebagainya. Beberapa menawarkan jasa, mulai dari memperbaiki jam atau sepatu.

Pasar pekan itu terbagi menjadi tiga deret garis stan yang memanjang dan penuh dengan pengunjung karena hanya terjadi di akhir pekan.

Pasar itu sangat dekat dari vila. Begitu dekat sehingga Dariel bahkan belum sempat mendapatkan jawaban dari istrinya saat mereka sudah sampai. Hanya butuh waktu tak lebih dari 10 menit berkendara untuk tiba di pasar pekan tersebut.

Mobil mewah mereka terpaksa diparkir cukup jauh karena hanya ada parkiran motor di sekitar pasar yang begitu ramai.

Dariel menghela nafas panjang melihat pemandangan di depannya, dia tak tahu kalau harus menghadapi keramaian yang menyesakkan hanya untuk membeli buah. Seumur-umur baru kali ini dia ke pasar tradisional.

Belum lagi pesan Jamia agar membeli panggangan baru untuk membakar ikan malam ini.

Bagaimana caranya pula menemukan panggangan di pasar seluas dan seramai ini.

Dariel masih berkutat dengan keengganan saat istrinya sudah membuka pintu mobil. Dia pun terpaksa keluar karena takut Zil Gaia menghilang dalam kerumunan manusia.

Laki-laki itu mengekor langkah istrinya yang masih tak mau bicara dengannya. Meskipun begitu beberapa kali Zil menarik lengannya melewati orang-orang yang berhenti mendadak.

Mereka berhenti di satu stan yang menjual buah.

Zil begitu fokus memeriksa kulit semangka, menimbang-nimbang buah mana yang manis dan tidak. Dia sesekali mengetuk kulit tebal buah yang lebih besar dari kepalanya. Dariel berdiri saja di samping istrinya, dia sedikit risih dengan keramaian pasar. Tak seperti istrinya yang santai saja.

Kedatangan muda-mudi, pasangan suami-istri tersebut mau tak mau menarik perhatian para penjual. Mereka pasangan manis dan serasi yang jarang tampak di pasar pekan yang biasanya hanya didatangi penduduk desa sekitaran saja.

Ibu-ibu penjual khususnya sangat tertarik dengan suami dari Zil Gaia. Mereka tersenyum ramah pada laki-laki itu bahkan seolah siap memberikan diskon kalau si tampan meminta.

Dariel sesekali melebarkan pandangan. Selain mencari buah dia juga harus mendapatkan panggangan kalau tak mau Jamia mengomel. Mata laki-laki itu menangkap sebuah stan yang menjual perkakas dapur.

"Zil.."

Dariel belum sempat mengatakan dia akan memeriksa stan itu tapi jari telunjuk istrinya sudah mendarat di bibir. Laki-laki itu mendengar decak pelan tanda protes dari Zil yang intinya mengatakan agar Dariel tak mengganggu gadis itu memilih buah.

Zil masih bersikukuh dengan penjual buah. Dia menanyakan buah semangka yang mana yang lebih manis. Walaupun berkali-kali ibu penjual itu menjawab semua buah semangka yang dijualnya manis.

Dariel memutuskan dia akan pergi ke stan sebelah. Toh istrinya masih lama di sana. Dia bisa sesekali memeriksa keberadaan istrinya yang tak seberapa jauh.

Laki-laki itu berjalan menuju stan perkakas sembari sesekali menoleh pada istrinya yang masih berdebat dengan penjual buah.

Dariel menanyakan panggangan pesanan kakak sulungnya pada penjual perkakas dapur.

Si bapak-bapak penjual mengeluarkan beberapa yang mungkin sesuai dengan keinginan Dariel. Putra ketiga Adam itu memilih cepat. Persetan panggangan seperti apa yang Jamia inginkan. Dia hanya ingin cepat selesai dan pergi dari pasar ini. Dia masih menoleh pada stan buah dan istrinya masih di sana. Sekali, dua kali.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang