Chapter|26

3.3K 420 4
                                    

Zil meraih salah satu sleeping bag. Dia membuka restleting benda itu dan berniat membangunkan suaminya. Gadis itu baru saja duduk bersimpuh dan menepuk lengan Dariel saat tiba-tiba tangannya ditarik, dia memekik pelan kala tubuh mungilnya jatuh tepat di samping laki-laki itu.

Bola mata Zil melebar saat dia sadar kepalanya menimpa lengan Dariel, dan saat pelan-pelan mata suaminya membuka. Laki-laki itu belum tidur, walaupun tak bisa dikatakan dalam keadaan sadar karena sedang di bawah pengaruh alkohol.

Mata elang yang biasanya tenang itu begitu sayu malam ini. Dia menatap sendu gadis yang terbaring di hadapan karena tarikan tangannya. Gadis itu sedang mengerjapkan mata berkali-kali karena terkejut dengan sikap Dariel.

"Hey, you're drunk" bisik Zil pelan.

Tak ada jawaban, hanya senyuman tipis yang menghias wajah rupawan putra ketiga Adam Bamantara.

Zil hampir membuka mulut saat tubuhnya ditarik semakin mendekat, dua tangan kokoh Dariel mendekapnya erat dalam pelukan. Gadis itu menahan nafas selama beberapa saat, kembali dikejutnya kelakuan suaminya.

Tak berselang lama sebelum sebuah kecupan bergantian mendarat di puncak kepala dan keningnya.

Zil membatu saat merasakan nafas hangat suaminya mengaliri wajah, juga kecupan laki-laki itu untuknya. Gadis itu sedikit mendorong dada Dariel, mempertemukan kembali wajah mereka yang berhadapan dalam jarak teramat dekat.

"Kak, aku Zil Gaia" gumamnya pelan.

Dariel masih tak bersuara.

Dia hanya menatap lekat wajah istrinya dengan tatapan mata sayu. Laki-laki yang setengah sadar itu pun hanya menanggapi semua ucapan Zil dengan senyuman.

Jari-jemari tangan kanan laki-laki itu beralih, mengelus lembut setiap bagian wajah gadis yang masih didekapnya dalam pelukan. Dari sudut mata, turun ke pipi, beralih menyusuri garis hidung, dan berakhir pada lekuk bibir Zil Gaia.

Gadis itu hanya bisa menerima sentuhan Dariel dengan debaran jantung yang kembali tak beraturan. Dia bahkan tak punya tenaga untuk sekedar melepaskan diri dari pelukan suaminya. Atau mungkin dia memang tak ingin.

"Sebenarnya seberapa banyak kau minum? Bukankah laki-laki dewasa seharusnya tahu toleransi mereka pada alkohol, hm" keluh gadis itu.

"Aku.."

Zil hampir kembali menyuara, berniat memprotes Dariel agar dia sendiri bisa menetralkan debaran jantungnya yang semakin cepat.

Namun dia tersentak dan membatu karena sebuah kecupan yang membungkam bibirnya. Begitu lembut dan hangat.

Wajah Zil memerah karena kecupan di bibirnya, itu sebuah kecupan pertama yang diterimanya dari seorang laki-laki. Dia membelalakkan bola mata yang kemudian bergerak cepat karena salah tingkah saat Dariel kembali menatapnya.

"Kak, kau akan menyesali ini saat besok atau kapanpun mengingatnya..aku Zil. Aku bukan seseorang yang kau pikirkan sekarang. Berhentilah" pinta gadis itu terbata.

Jemari laki-laki itu beralih, mengangkat dagu Zil yang menunduk. Mata keduanya terkunci selama beberapa detik sebelum sebuah kecupan lain kembali mendarat di bibir gadis itu. Kali ini begitu lama, sebelum kemudian dilepaskan.

Zil belum sempat menyuara saat bibirnya dibungkam kembali, kali ini dengan sebuah ciuman yang dalam dan penuh arti.

Gadis itu mengerang saat Dariel menggigit bibir bawahnya, kemudian tanpa ampun melumat bibirnya. Zil tergagap, ini ciuman pertama baginya. Gadis itu membiarkan saja saat bibir suaminya melumat, mengisap, dan mengulum bibirnya hingga pada satu titik dia pun membalas ciuman laki-laki itu.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang