Chapter|11

3.6K 478 10
                                    

Pernikahan Zil Gaia dan Dariel Bamantara dilangsungkan melalui dua prosesi, yaitu akad nikah dan pesta pernikahan. Kedua prosesi dilakukan pada hari yang sama, di kediaman pengantin baru tersebut. Sebuah tempat prosesi akad nikah dibangun di taman depan kediaman megah itu, sangat sederhana dan kecil karena hanya dihadiri anggota keluarga saja. Zil yang seorang dekorator profesional dan berbakat memuji dekorasi tempat prosesi akad nikah mereka yang didominasi warna putih dan bunga-bunga, sederhana dan sakral. Dekorasi untuk pesta pernikahan nanti malam pun sudah siap, menggunakan konsep garden wedding party. Berbeda dengan prosesi akad nikah, dekorasi pesta didominasi warna gold dan lampu-lampu temaram yang memenuhi hampir keseluruhan taman depan kediaman itu.

Sang pengantin perempuan dibalut kebaya hasil rancangan desainer terkenal, yang dipadankan dengan busana suaminya. Kebaya putih gading dipadankan dengan model sanggul modern yang disempurnakan oleh veil pendek. Sang pengantin perempuan dipoles make-up yang sangat minimalis sehingga tampak sangat murni, polos, lebih menonjolkan kecantikan alami gadis itu.

Ada Ivanka dan Jeremy yang sedang menemani Zil saat gadis itu sedang dirias. Laki-laki itu begitu terkejut saat tahu calon suami saudarinya adalah Dariel Bamantara yang pernah ditemuinya, sekali lagi menambah kecurigaan bahwa ada alasan tak beres dari pernikahan mereka. Zil menunda selama mungkin membicarakan mengenai alasan dan cerita bagaimana akhirnya dia memutuskan menikah dengan putra ketiga keluarga Bamantara. Hingga kemudian Jeremy datang dengan undangan pernikahan yang didapatkan keluarga Ivanka. Laki-laki itu awalnya tak setuju dengan pilihan Zil, yang baginya bagai bermain api. Walaupun akhirnya Jeremy menyerah setelah Zil menangis dan mengatakan hanya ingin memberikan hadiah terakhir bagi Kiraz Shahin. Dia yang tak ingin menikah dengan siapapun akhirnya menemukan jalan untuk itu dan memohon agar saudaranya mendukung keputusannya.

Ketukan pintu di ruang rias pengantin perempuan mengalihkan setiap orang, Dariel Bamantara berdiri di sana dengan busana pengantin yang sudah melekat sangat pas padanya. Begitu rupawan dalam balutan baju dan celana putih gading itu. Sang perias beserta Jeremy dan Ivanka meninggalkan calon pengantin itu berdua karena merasa ada yang ingin mereka bicarakan. Dariel tertegun lama saat menatap sosok calon pengantin perempuannya dalam balutan kebaya hingga Zil berdiri dan berjalan mendekat. Gadis yang tampak begitu cantik dan anggun pagi itu tersenyum sebelum berkata,

"Kak, aku tidak terlalu buruk untuk sebuah rehearsal kan?" tanyanya.

Gadis itu menunduk sebelum pelan-pelan mengangkat kepala, seolah memeriksa penampilan diri sendiri dari kepala hingga kaki.

Dariel tercekat. Ada banyak perasaan yang tak bisa diterjemahkan bagi laki-laki itu. Pernikahan adalah impian baginya. Meskipun bukan dengan perempuan yang diimpikannya, tetapi tampilan seorang gadis dalam balutan kebaya putih yang begitu cantik dan manis menyentuh hatinya. Laki-laki itu tersenyum sebelum menjawab,

"Cantik" ucapnya tulus.

Mereka melemparkan senyuman satu sama lain, dalam hati berdoa agar pilihan mereka untuk melangsungkan pernikahan di atas kontrak itu tak mendatangkan murka tuhan yang maha esa.

Zil Gaia dan Dariel Bamantara hanya ingin melindungi dan mengabulkan harapan orang-orang yang keduanya cintai. Tak sedikitpun ada niat bermain-main dengan takdir dan pernikahan yang seharusnya suci dan sakral. Hingga kemudian keduanya dinyatakan sah sebagai suami-istri, disaksikan oleh hanya anggota keluarga Bamantara, Kiraz Shahin, Jeremy, dan Ivanka.

Pesta pernikahan dihadiri oleh kerabat dan relasi keluarga Bamantara. Sebuah pelaminan kecil yang begitu indah dibangun, menjadi pusat dari tempat pesta.

Di sana berdiri pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan. Pengantin laki-laki tampak mempesona dengan tuksedo hitam sedangkan sang perempuan malam itu memakai gaun putih gading sebetis berbahan satin, rambut kecoklatannya dikeriting di beberapa bagian kemudian digerai, sebuah tiara keemasan yang senada dengan antingnya tersemat di kepala. Busana sang pengantin dirancang oleh desainer yang sama yang menyiapkan kebaya untuk akad nikah mereka. Desainer kondang tersebut berpikir bahwa pengantin perempuan memiliki kecantikan alami sehingga semakin sederhana sebuah gaun maka semakin menonjolkan kecantikan sang perempuan.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang