Chapter|07

3.9K 492 12
                                    

Zil mengetuk meja kerjanya berkali-kali dan berpikir. Dia tak bisa fokus mengerjakan apapun. Bukan hanya masalah dementia yang diderita grandmanya, Harry Ayusman laki-laki yang ditemuinya terakhir kali kerap menanyakan kapan mereka bisa bertemu kembali. Bahkan belum satu minggu kencan buta itu. Namun di atas semuanya, yang tak kalah menyita pikiran gadis itu adalah permintaan bertemu dari Dariel Bamantara. Percakapan terakhir mereka saat laki-laki itu mengantarkan hingga di depan gedung kediamannya masih lekat dalam ingatan. Dariel menyerahkan kartu nama dan meminta Zil menghubunginya secara pribadi ke nomor telpon laki-laki itu.

"Bisakah kamu memberikan kami waktu? Ada hal penting yang ingin kami bicarakan denganmu" ucap putra ketiga keluarga Bamantara itu.

Zil menatap laki-laki rupawan itu lekat, sebelum mengerjapkan matanya pelan. Dia berpikir singkat mengenai hal yang ingin putra keluarga konglomerat pemilik maskapai penerbangan di seberang tempat kerjanya bicarakan dengannya. Siapa pula yang dia maksud dengan 'kami'.

"Pak, silahkan hubungi kantor kalau itu mengenai pekerjaan" pinta Zil pada laki-laki itu.

"Kita tidak akan membicarakan mengenai pekerjaan" balas Dariel padanya.

Zil hampir kembali bertanya saat Dariel kemudian mengingatkan dirinya untuk istirahat. Zil pun menurut karena dia sangat penat hari itu. Dia tak bisa mengira apa yang ingin putra keluarga itu bicarakan dengannya jika bukan tentang pekerjaan. Mereka tidak saling mengenal. Laki-laki itu pun berkali-kali menegaskan kalau mereka harus membicarakan hal penting dengan Zil.

"Eddy" Zil memanggil asisten yang baru saja datang.

"Iya kak?" balas sang asisten.

"Kita mengunggah foto dekorasi acara lamaran bapak Dariel Bamantara ke laman media sosial perusahaan bukan?" tanyanya cepat.

"Benar kak, kenapa?" balas Eddy lagi.

"Apa tersebar gosip kalau itu acara lamaran bapak Dariel atau calon tunangannya?" Zil sedikit gugup.

"Sama sekali tidak. Itu foto paling banyak disukai dan dikomentari di medsos perusahaan kita. Banyak permintaan dekorasi serupa, cuma kebanyakan gagal karena tarif yang terlalu mahal kak" Eddy menimpali dengan panjang lebar.

Zil mengangguk tanda mengerti.

Satu sisi dirinya merasa lega karena privasi klien mereka terjaga, walaupun tak bisa menahan lebih lama lagi rasa penasaran. Mereka akan bertemu nanti sepulang bekerja, di sebuah restoran. Zil bahkan akan dijemput oleh sekretaris putra keluarga Bamantara tersebut. Makanya dia naik taksi saat berangkat kerja hari ini.

Sebuah Aston Martin berwarna hijau metalik terparkir di depan kantor The Petra bahkan sebelum jam pulang kantor. Zil sedikit menggerutu karena ketiga rekan kerja yang keluar bersamanya hari ini bertanya-tanya mengenai siapa yang menjemput gadis itu.

"Silahkan miss!"

Seorang sekretaris laki-laki yang merangkap menjadi sopir pribadi meminta Zil masuk ke kursi penumpang.

Zil buru-buru masuk, berpamitan seadanya pada rekan kerja yang masih melongo di tempat. Zil dibawa ke sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Perancis. Zil sedikit kikuk karena penampilannya yang terlalu kasual untuk restoran bintang lima tersebut. Hari ini dia hanya memakai kaos warna putih, rok jeans selutut, sepasang kets, rambutnya dicepol asal seperti biasa dan tak lupa specs bundarnya.

Begitu tiba dalam restoran, dua putra keluarga Bamantara sudah menunggu Zil Gaia. Mereka menoleh serempak pada gadis yang sedang berjalan dengan sekretaris Noah menuju meja restoran. Tak ada orang lain dalam restoran, kecuali dua laki-laki rupawan bersaudara itu. Mereka berdiri saat Zil tiga langkah dari tempat mereka duduk. Zil semakin salah tingkah dengan penampilan keduanya yang begitu formal dan stylist, sangat cocok untuk suasana restoran.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang