Chapter|31

3.3K 423 11
                                    

Dariel dan Zil menoleh. Mereka begitu terkejut saat menemukan seorang perempuan cantik berdiri di sana. Dia adalah Emma, kekasih Dariel Bamantara.

Dariel menegakkan tubuh saat melihat sosok Emma, yang malam itu dibalut gaun berwarna kuning menyala dengan rambut hitam tergerai panjang. Perempuan cantik itu berjalan pelan dan tersenyum anggun pada kekasihnya. Dariel begitu terkejut, karena seharusnya Emma masih di luar negeri. Proses syuting serial drama yang dibintangi Emma seharusnya masih berjalan.

"Dariel" perempuan itu menyapa lagi setelah tiba di hadapan kekasihnya.

"Emma..kapan kamu datang?"

Dariel menjawab setelah bisa memulihkan diri dari keterkejutan. Tak langsung menjawab, Emma meraih tubuh laki-laki itu dalam pelukan. Perempuan itu tak mengindahkan pandangan mata orang-orang yang berada di restoran. Dia tersenyum anggun dan berbisik pada Dariel yang membatu karena sikap tak biasa Emma,

"I miss you, so much" perempuan itu berbisik mesra.

Zil yang masih duduk di kursi menunduk karena pemandangan di depannya.

Penuturan Dariel beberapa saat yang lalu mengingatkan gadis itu akan dosa yang dia lakukan pada Dariel dan Emma, kekasih yang baru saja datang. Pun dengan rasa sakit yang menghujam dadanya, saat dia diingatkan dengan gamblang bahwa pemilik sebenarnya dari Dariel Bamantara sedang ada di hadapannya sekarang.

Dariel meraih lengan Emma, mendorong tubuhnya menjauh.

"Jaga sikapmu, ini tempat umum!" laki-laki itu mengingatkan.

Emma tersenyum menanggapi ucapan kekasihnya. Dia mengalihkan pandangan matanya pada Zil yang masih duduk, salah tingkah karena kehadirannya. Dariel ikut menoleh pada istrinya yang duduk dan menunduk di tempat. Emma mendekat dan mengulurkan tangan sebelum berkata.

"Hai, aku Emma" sapa perempuan itu ramah.

Zil mendongak, memaksakan senyum di bibir sebelum berdiri dan menerima uluran tangan perempuan itu.

"Zil Gaia" balas gadis itu.

Emma tersenyum.

"Apa aku mengganggu kalau ikut makan malam kalian?" tanyanya pada Zil.

"Sama sekali tidak."

Zil mengibaskan tangan, dia mengisyaratkan bahwa tak keberatan jika perempuan itu bergabung. Emma tersenyum karena jawaban gadis itu, dia menarik lengan Dariel yang sedari tadi berdiri kaku kemudian duduk berdampingan di hadapan Zil.

Zil menghela nafas dan membuangnya pelan.
Walaupun dia berkata tak keberatan, tak bisa dipungkiri bahwa dia tertekan dengan pertemuan mendadak dan tak diinginkan. Zil tak bodoh. Dia bisa melihat dengan jelas kalau Emma bersikap defensif terhadapnya.

Satu sisi dirinya bisa mengerti. Wajar jika perempuan itu mengklaim apa yang menjadi miliknya. Satu sisi dirinya tak bisa mengerti karena Emma tak punya alasan untuk merasa insecure terhadapnya. Pertama, dia tahu status pernikahan mereka hanya di atas kontrak. Kedua, Emma lebih segala-galanya dari dirinya.

Makanan di atas piring bahkan belum tersentuh sedikitpun karena percakapan serius dengan Dariel, sekarang Zil harus menghadapi kekasih laki-laki itu. Dadanya terasa sesak dan gadis itu tak lagi nafsu memakan apapun yang disajikan malam ini. Tidak dengan tangan Emma yang tak berhenti mengelus mesra lengan Dariel. Emma duduk menempel dan menatap penuh kerinduan pada laki-laki itu, tak mengindahkan Zil dan orang-orang di restoran.

"Kapan kamu datang? Bukannya proses syuting belum selesai?" Dariel bertanya.

Sesekali laki-laki itu melirik istrinya yang duduk kikuk karena kedatangan Emma. Dariel pun merasa tak nyaman dengan situasi tak terduga seperti saat ini.

A Girl With 5% of StocksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang