🍂43.Alasan🍂

182 30 11
                                    

Setelah beberapa hari Kiki pulang

Pagi hari di Kediaman Kinanthara...(keluarga Kiki)

"Sayang... makan ya" bujuk Vivi pada Kiki yang sedang memainkan gamenya dengan wajah cemberut.

"Anak papa makan ya" suara Candra ikut membujuk namun sedari tadi Kiki masih diam.

"Ari...makan ya atau mau mama panggilin Rena?" tanya Vivi.

"Nggak mau" Ucap Kiki ketus.

"Kenapa si sayang, Rena kan baik dia juga satu-satunya sahabat kamu" Ucap Vivi masih membujuk.

"Kiki maunya Ody!" jawabnya.

"Ya udah si ma, temuin aja mereka lagian kan nggak papa sesekali ketemu" Ucap Candra membuat mata Kiki berbinar.

"Papa anterin Kiki ya" ucapnya semangat.

Baru saja Candra akan menjawab, omongannya sudah di sela Vivi.

"Nggak, pokoknya nggak boleh" tegas Vivi sambil tangannya bersedekap.

"Mama jahat!!"

"Dengerin mama sayang, mama bolehin kamu ketemu si Udik-udik itu kapanpun kamu mau asal kamu udah mandiri, kamu nggak manja lagi. Kamu nggak mau kan kalau udik nggak suka lagi sama kamu karena kamu terus-terusan manja?" Ucap Vivi membujuk lembut.

"ih Ody bukan udik!!" Teriak Kiki tak terima.

"Iya-iya maksud mama itu, kamu mau kan?"

Kiki tampak berpikir sebentar sebelum menganggukan kepalanya, karena jika dipikir-pikir ia tak bisa melindungi Maudy saat ini, Maudy selalu kerepotan dengan tingkahnya dan satu lagi ia benci kalah dari cowok-cowok yang mendekati Odynya...ingat itu ODY-nya, Ody nggak boleh suka sama yang lain, kalau Ody nggak suka Kiki, Kiki sedih, Kiki sakit, Kiki sama siapa? monolognya dalam hati.

Vivi mengangguk puas mendengar anaknya yang penurut.

"kalau alasan tersebut bisa bikin kamu berubah jadi mandiri its okey, tapi jangan harap nantinya mama akan pertemukan kamu sama si udik-udik itu mama mau kamu bisa sama seseorang yang sederajat sama kita dan tentunya pikirannya dewasa kaya Rena" ucap Vivi dalam hati. Mana mau ia merestui Kiki dengan Maudy.

(Dasar mak lampir😠 ~penulis)

"Jadi mulai minggu depan, kamu tinggal sama om Rasya ya, dia yang bakal bantuin kamu jadi mandiri" Ucap Vivi.

Kiki mengangguk lesu, sebenarnya ia ingin cepat-cepat bertemu Maudy tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena bahkan tak bisa keluar dari rumah jadi jalan satu-satunya mengikuti kemauan mamanya, saat mandiri nanti ia akan langsung menemui Maudy dan melindungi Maudy. Membanyangkannya saja sudah membuat hatinya cerah, secerah masa depannya dengan doi.

"Ya udah makan ya mama taruh sini, mama mau ke kantor papa. Baik-baik di rumah ya sayang kalau ada apa-apa call mama aja kalau nggak minta bi mumun" lanjutnya.

"Papa berangkat dulu, jangan lupa dimakan" Pamit Candra sambil mengusap pelan kepala Kiki kemudian keluar kamar di ikuti Vivi yang langsung menggandeng lengannya.

Di mobil....

"Mama udah izinin Ari deket sama Maudy?" tanya Candra.

"ih mana mungkin, kriteria calon mantu mama tu yang sederajat sama kita, pinter, dewasa, baik dan berpendidikan tinggi" jawab Vivi dengan nada sombongnya.

"Tapi kalau Ari sukanya sama Maudy biarin aja si ma itu kan pilihannya dia, lagian Maudy juga bawa dampak positif buat Ari" ucap Candra.

"Nggak, pokoknya tipe mama tu kaya Rena. Perfect pokoknya"

Maudy's Kiki? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang