🍂25.Kembali🍂

595 45 1
                                    

Boleh vote/komen ngga maksa😂

Seperti biasanya Maudy pulang sekolah menggunakan sepedanya, ia heran kala melihat sebuah mobil yang tak asing terlihat terparkir di halaman rumahnya. Tapi siapa? Pikirnya.

"Assalamualaikum" Ucap Maudy sambil membuka pintu, baru saja pintu terbuka...

"Brugh"Maudy langsung terjungkal ke belakang karena mendapat terjangan tiba tiba.

"Woy apaan sih peluk peluk! Sakit nih,lepasin napa nggak sadar apa badan segede gajah"Ucap Maudy tanpa tau siapa yang sedang memeluknya.

"Hiks.. Hiks.. Maaf Kiki nggak sengaja, kiki kangen.. "Ucap Kiki setelah melepaskan pelukannya.

Mereka berdua masih terduduk di lantai sedangkan keluarga mereka tengah menatap mereka sambil duduk di ruang tamu.

"Plak"tampar Maudy pelan di pipi Kiki.

"Bukannya di peluk malah di tampar!"gerutu Kiki setelah tangisnya reda.

"Jadi ini beneran kamu Ki?"tanya Maudy setengah tak percaya.

"Iya ini Kiki, kikinya Ody"jawab kiki sambil mencubit kedua pipi Maudy.

"Udah udah, kangen kangenannya nanti saja sekarang kalian bangun dan duduk di kursi"pinta Candra.

"iya om"jawab Maudy kemudian mereka berdua duduk di kursi ruang tamu.

Kiki terus memeluk Maudy membuat Maudy risih dan malu karena disini ada keluarga Kiki, apalagi tatapan Vivi yang seolah olah sedang membunuhnya dengan laser.

"Ki lepasin"bisik Maudy di telinga Kiki yang sedang memeluknya dari samping. Kiki tidak menjawab namun menggelengkan kepalanya tanda tak mau.

"Jadi langsung saja, kedatangan saya kesini untuk menitipkan Ari sementara disini sampai ingatan Ari pulih. Jadi saya mohon bantuannya bu Fatimah dan Maudy agar mau menerima dan menjaga Kiki disini"Ucap Candra seraya tersenyum.

"Hah!!"kaget Maudy membuat semua orang di ruang tamu menatapnya.

"Maaf"lanjut Maudy seraya tersenyum kikuk.

"Iya pak tidak apa apa, pintu rumah kami selalu terbuka lebar untuk Kiki"jawab Fatimah membalas senyum Candra.

"Tapi seminggu dua kali kami akan kesini guna menjemput Kiki untuk kontrol ke rumah sakit"Ucap Vivi datar.

"Nggak,nggak mau! Kiki nggak sakit"Ucap kiki tak terima

"itu syarat dari mama kalau kamu ingin tinggal disini"jawab Vivi membuat Kiki semakin kesal.

"Pokoknya Kiki nggak mau!!"teriak Kiki.

"Astaghfirullah telingaku.. Pengen gampar  tapi ada orangtuanya"batin Maudy kesal karena posisi Kiki yang masih memeluknya membuat wajahnya dekat dengan telinga Maudy.

"Udah ya Ki nggak papa, turutin aja kemauan mama kamu"bujuk Maudy sambil mengusap kepala Kiki di bahunya.

"Ya udah, kiki mau"Ucap Kiki

"Ya sudah kami pamit dulu, setiap senin dan kamis kami akan kesini untuk menjemput Kiki" Ucap Candra seraya tersenyum.

"Iya hati hati di jalan ya pak, bu"Ucap Fatimah dan di angguki Candra.

Mereka memeluk Kiki sejenak sebelum akhirnya naik ke mobil dan pulang.

                               *****

Maudy sedari tadi tak konsen belajar karena Kiki terus mengganggunya, Ya Maudy masih meninggalkam barang barangnya di kamarnya yang saat ini di tempati Kiki, hanya seragam sekolah dan beberapa pakaian yang ia pindahkan ke kamar Ibunya dan malam ini ia belajar di kamarnya, ia sudah menyuruh Kiki bermain game di luar atau menonton tv saja tapi Kiki tak mau dan malah mengganggunya.

"Ki keluar sana, nonton tv atau ngapain gitu, aku mau belajar"Usir Maudy kepada Kiki yang sedang bermain game di ponsel barunya yang diberikan oleh Vivi. Tidak masalah jika Kiki bermain game diam dan tenang, masalahnya Kiki bermain dengan volume keras dan sesekali berteriak ketika menang ataupun kalah.

"Apa si, kiki kan mau temenin Ody belajar"jawab Kiki masih dengan menatap ponselnya.

"Ganggu tau, kamu mainnya diem yah"pinta Maudy.

"Gak seru Ody"protes Kiki.

"Ya udah keluar aja sana"usir Maudy membuat Kiki mendekat dan bergelayutan di lengan Maudy yang sedang duduk.

"Ya udah. Ody belajarnya besok di sekolah aja ya! Sekarang temenin Kiki nonton tv...Kiki masih kangen"rengeknya.

"lepas nggak! Lagian tiap hari bakal ketemu Ki, jangan lebay deh"kesal Maudy.

"Ody bilang Kiki lebay! Kiki nggak ketemu Ody hampir...bentar bentar 1,2,3,4,5.. Hampir dua minggu Ody"Ucap Kiki yang masih bergelayutan di lengannya.

"lepas nggak! Kalau nggak lepasin nanti nggak aku bolehin kamu nganter aku sekolah"Ancam Maudy.

"Ya udah nggak papa kalau Ody mau naik Sepeda sendiri ke sekolah"jawab Kiki mendongak.

"Eh kok gini sih.. Kan enak di supirin gak perlu capek capek goes sepeda, tinggal duduk cantik di belakang. nggak! nggak boleh di biarin nih"batin Maudy sambil berpikir agar Kiki mau mengantarnya lagi.

"Ya udah, mending aku berangkat sama Dean aja deh lumayan pake motor"Ucap Maudy sambil melirik Kiki.

"Nggak, nggak boleh!! Biar Kiki aja yang anter"Ucap Kiki menatap Maudy tajam.

"Kenapa?"tanya Maudy.

Kiki tak menjawab namun mendekatkan wajahnya kepada Maudy, membuat Maudy memundurkan kepalanya. Kiki terus mendekat membuat Jantung Maudy serasa ingin meledak. Kiki menangkupkan tangannya pada kedua pipi Maudy dan mendekatkan wajahnya,semakin dekat..... Semakin dekat dan...

"Jduk"

"Waaa Kiki cabul"teriak Maudy sambil berlari keluar kamar setelah membuat dahi Kiki sakit.

"Aduh... Ody kenapa si, Kiki kan cuma mau hapus noda bolpoin di pipi Ody!"gerutu Kiki sambil mengusap usap dahinya kemudian menuju kamar Ibu Maudy.

"Tok, tok, tok"

"Ody buka pintunya, Ody kenapa sih. Kiki cuma mau bantuin bersihin noda bolpoin di wajah Ody"teriak Kiki di depan pintu.

"ceklek"Suara pintu di buka dari dalam.

"Bohong pasti"Ucap Maudy menyelidik.

"Nih Kiki kasih kaca"Ucap Kiki sambil menyerahkan cermin kecil yang entah dapat darimana.

Dan Yap ternyata memang benar di pipi Maudy ada coretan bolpoin, sekarang Maudy benar benar Malu. Ia lantas menutup kembali pintunya.

"Jduk"dahi Kiki terbentur pintu karena Maudy menutupnya tiba tiba.

"Ody sakit.. Hiks hiks.. Ody!!"teriak Kiki dari luar.

"Hehe maaf Ki. Udah ya jangan nangis"Ucap Maudy yang membuka kembali pintu kamarnya.

"Hiks.. Hiks.. Sakit"Ucap Kiki.

"Nggak papa kok, dahinya masih rata nggak ada bukitnya"Ucap Maudy sambil mengusap usap dahi Kiki.

"Ini kenapa sih malam malam ribut terus dari tadi!"omel Fatimah yang baru saja keluar dari dapur.

"Hehe, nggak papa bu. Syila ke ruang tengah dulu. Ayo ki katanya mau nonton tv"Ucap Maudy buru buru menarik Kiki sebelum Fatimah melihat dahi Kiki yang sedikit biru, jika sampai Ibunya melihatnya sudah di pastikan ia akan kena omelan sepanjang rel kereta api dan mungkin baru berhenti besok pagi. Apalagi keluarga Kiki sudah menitipkanya, bisa bisa Ibunya kebakaran jenggot jika tau Kiki memar karena ulahnya. Eh tapikan Ibunya tidak mempunyai jenggot? Jadi kebakaran apa dong? Ah sudahlah lupakan saja. Yang penting Maudy selamat untuk saat ini.

Kiki kembali:)








Maudy's Kiki? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang