🍂24.Kiki malang🍂

595 51 0
                                    

Sejak kejadian kemarin di rumah sakit Kiki terus terusan mengamuk membuat keluarganya kewalahan. Akhirnya Vivi memanggil tetangganya yang merupakan teman Kiki satu satunya saat kecil bahkan sampai sekarang. Kiki sejak kecil homescholing jadi ia tak mempunyai teman kecuali tetangganya itu. Dan Vivi sekarang amat berharap bahwa dengan kedatangan Rena, kiki dapat mengingatnya atau minimal dapat ditenangkan.

"Tante mohon sama kamu, kamu tenangin Ari ya Ren"Ucap Vivi sambil mengelus bahu Rena.

"Rena bakal berusaha tante, semoga saja Ari ingat sama Rena"Jawab Rena seraya tersenyum.

Vivi melangkakan kakinya menuju kamar Kiki di ikuti Rena. Disana terlihat seseorang yang sedang menangis seraya menyembunyikan wajahnya di bantal, siapa lagi jika bukan Kiki.

"Ari, ada teman kamu sayang. Kamu ingatkan sama Rena?"Ucap Vivi mengelus kepala Kiki. Kiki tak menjawab dan terus menangis.

"Tante keluar dulu, tolong ya Rena jagain Arindra"pinta Vivi.

"Iya tan,Rena pasti bakal jagain Ari"jawab Rena.

Vivi keluar dari kamar Kiki seraya menghela nafasnya berat. Sebenarnya ia sedih melihat anaknya seperti itu tapi ia juga tak bisa membiarkan anaknya bersama Maudy, karena sebenarnya Vivi belum memaafkan Maudy sepenuhnya di tambah lagi Vivi berharap terhadap Rena, menurutnya anak itu baik, cantik, dewasa dan sebentar lagi akan lulus jurusan hukum dan hal tersebut merupakan tipe ideal sebagai menantunya, jika dibanding Maudy yang bahkan sekarang masih SMA,tentu saja Vivi akan memilih Rena.

"Arindra, kamu nggak kangen sahabat kamu ini? Ini aku Rena lho"Ucap Rena yang duduk di pinggiran ranjang Kiki.

"Nama aku Kiki, bukan Arindra!"Ucap Kiki ketus seraya menatap Rena.

"Kamu nggak inget aku? Dulu kita sering main bareng loh"Ucap Rena.

"Kiki nggak kenal kamu, kiki cuma mau Ody! Pergi!!"Ucap Kiki seraya menaikkan oktaf suaranya.

"Ri, aku Rena sahabat kamu. Kita main lagi yuk"ajak Rena seraya tersenyum.

"Nggak mau!! Kiki cuma mau main sama Ody!! Pergi!!"teriak Kiki.

"Ri, kita main yuk. Aku bakal tunjukkin hal hal yang dulu sering kita lakukan, siapa tau kamu ingat"Ucap Rena mencoba membujuk Kiki.

"Nggak mau!! Kiki nggak mau!!! Pergi!! Kiki nggak kenal kamu!!"ucap Kiki berteriak.

"Ini aku Rena Ri"Ucap Rena.

"Hiks hiks.... Kiki nggak mau sama kamu... Kiki maunya sama Ody..hiks hiks... "tangis Kiki memenuhi ruangan.

"Ada apa ini?"Ucap Vivi yang tiba tiba datang karena mendengar tangis Kiki sangat keras.

"Arindra dari tadi nyebut nyebut Ody terus tante, memangnya siapa Ody?"tanya Rena penasaran.

"Bukan siapa siapa kok, maafin tante ya Ren. Kamu bisa kan keluar dulu,tante takutnya dia malah ngamuk sama Kamu. Nanti kalau sudah tenang kamu boleh kok kesini lagi"Ucap Vivi seraya tersenyum.

"Iya nggak papa tan, Rena ngerti kok"jawab Rena lalu keluar dari kamar Kiki.

Vivi melihat keadaan anaknya dengan prihatin, ia mencoba memeluknya namun Kiki terus memberontak dan meneriakkan nama Maudy berulang kali sambil menangis. Akhirnya Vivi menelphone suaminya agar segera pulang untuk menenangkan anaknya.

"Gimana ma?"tanya Candra saat sudah memasuki rumahnya.

"Papa bisa liat sendiri"jawab Vivi.

Candra menghela nafasnya berat kala melihat kelakuan anaknya yang menangis sambil melemparkan bantal,guling,selimut bahkan sampai ranjang ranjangnya.. Bercanda.. Wkwk.

"Kalau begini terus lebih baik kita ikuti saran rasya ma"Ucap Candra di depan pintu kamar Kiki.

"Tapi mama nggak bisa jauh dari Arindra pa"Jawab Vivi sedih.

"Ingat ma, ini hanya sementara. Nanti kalau ingatan Ari sudah pulih pasti dia akan kembali ke rumah ini"Ucap Candra sambil mengusap bahu istrinya dan akhirnya dengan berat hati Vivi mengangguk.

                              *****

Maudy memakan batagornya dengan lahap sementara Jihan dan Dinda sedari tadi terus menunggu Maudy bercerita namun Maudy tak kunjung bercerita.

"Sebenarnya lo kemaren kemana? Kenapa bawa bawa kata jenazah? Sodara lo meninggal?"tanya Jihan kepo.

"Bentar,aku habisin dulu batagornya"Ucap Maudy membuat mereka geram karena mereka sudah menunggu Maudy bercerita sejak tadi pagi tapi Maudy malah menyuruhnya menunggu istirahat, sekarang sudah istirahat malah disuruh menunggunya selesai makan, dan seperti ingin membuat teman temannya hidup penasaran Maudy malah makan dengan sangat lambat dan ini juga sudah piring keduanya. Sungguh Jihan ingin mencakar wajahnya dan Dinda ingin menjambaknya jika mereka tak ingat bahwa Maudy anak karate.

"Lama!! Sini gue bantuin"Ucap Jihan kemudian mengambil sendok lain dan mengambil batagor Maudy kemudian melahapnya sampai habis.

"Wagelaseh lo manusia apa macan buas amat!"Ucap Dinda

"Batagorku"Ucap Maudy miris karena batagornya telah habis di lahap Jihan.
"Eeeee' " Sendawa Jihan setelah minum.

"Baunya minta di gampar,sumpah bau jengkol lo"Ucap Dinda sambil menutup hidungnya.

"hehe, habis makan semur jengkol gue tadi malem"cengir Jihan.

"Gak sikat gigi ya?"tanya Maudy.

"Enak aja! Gue sikat gigi kok tadi pagi kalau gak salah"Ucap Jihan.

"Kalau nggak salah lo bilang!! Beneran nggak sikat gigi nih anak"Ucap Dinda.

"Udah udah kenapa malah bahas gue si.. Kita disini kan mau interogasi Maudy"Kesal Jihan.

"Ya udah jadi............. "
Maudy menceritakan kejadian kemaren dengan lengkap dari mulai ia bertemu ibu ibu yang mau melahirkan lalu membantunya sampai bertemu kiki di RS dan akhirnya bersembunyi di ruang jenazah dan tidak lupa tentang ibu tersebut yang sudah melahirkan dengan selamat.

"Haha, untung lo nggak kekunci di ruang jenazah kayak di film film"tawa Jihan setelah mendengar cerita Maudy.

"Sayangnya aku bukan aktris"sahut Maudy.

"Tapi kasian ya Kiki, dia pasti menderita banget secara kan dia hilang ingatan jadi pasti merasa asing meskipun di keluarganya sendiri apalagi dia terbiasa sama lo dan sekarang bahkan dia nggak bisa ketemu lo"Ucap Dinda membuat Maudy menyadari satu hal, Apakah Kiki bahagia tinggal dengan keluarganya? Mengingat kejadian kemaren sepertinya Tidak, mungkin?

Karena akhir akhir ini ia sibuk
belajar untuk ujian nasional dan ujian sekolah ia sampai melupakan fakta bahwa Kiki hilang ingatan dan jelas! pasti tak akan mudah bagi Kiki untuk menyesuaikan diri dengan keluarganya apalagi selama ini Kiki terbiasa dengan adanya dirinya dan Ibunya, Fatimah. Ia jadi kasihan dan khawatir,mungkin? Rasanya ia ingin melihat dan memastikan sendiri bahwa Kiki baik baik saja sekarang, tapi bagaimana caranya? Mamanya saja sudah mengancamnya. Sudahlah nanti akan ia pikirkan.

Jangan lupa vote😁 maap guys udah lama ngga up..sibuk nugas:)

















Maudy's Kiki? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang