🍂30.Deja vu🍂

376 38 1
                                    

"hahaha" terdengar tawa salah seseorang dari tiga gadis yang sedang berjalan di koridor, mereka adalah Maudy, jihan dan Dinda.

"Gila! Gue ngakak sumpah denger puisi Ares buat si Janda..haha" Ucap Jihan masih dengan tawanya.

"Gak usah ngledek lo Marjan! Itu cuma karangan!"bantah Dinda tak terima.

"puisi kan emang karangan gimana si kamu Din, lagian puisi yang di bacain Ares kan emang karangannya yang di tujuin buat kamu"Ucap Maudy membuat tawa Jihan menjadi.

Yap pelajaran terakhir mereka bahasa indonesia dan tadi kelas mereka mendapat tugas untuk membuat puisi lalu di bacakan di depan, namun suasana yang mulanya biasa biasa saja berubah menjadi sorakan sorakan heboh tatkala Ares di suruh untuk membacakan puisinya yang ternyata di tujukan untuk Dinda.

"Rambutmu sehalus kemoceng kelas,
  Kulitmu sehalus pantat bayi....hahaha sumpah ngakak gue" Ucap Dinda menirukan puisi Ares tadi dengan gaya alaynya.

"haha....aku gak nyangka perumpamaan Ares bisa bener gitu"sahut Maudy menimpali.

"serah lo dua"kesal Dinda karena sedari tadi selalu di pojokkan.

"Eh salah tau dy harusnya tu kulitnya selembut pantat ayam...haha"sahut Jihan yang dari tadi masih dengan tawanya.

"Ctak"sentil Dinda di kening Jihan.

"Woy apaan sih sakit tau!"Ucap Jihan sambil mengusap usap keningnya.

"Bodo!"jawab Dinda acuh.

"Ody,Jihan,Dinda!"seru seseorang dari parkiran.

Mereka bertiga menoleh dan ya disana Kiki sudah menunggu Maudy untuk pulang dan yang membuat mereka mengerutkan dahi bingung karena di sebelah Kiki ada januar.

Mereka mendekat dan ternyata Januar datang untuk menjemput Jihan membuat si Dinda meledeknya habis habisan sehingga Jihan terlihat salting. Namun kesenangan Dinda sirna kala menyadari bahwa Jihan yang tak membawa kendaraan padahal hari ini ia berniat untuk menumpang karena tak membawa kendaraan dan tak mungkin kan ia numpang Maudy, mau di taruh dimana badan seksinya ini, di keranjang depan sepeda? Oh bisa bisa bodynya bengkok karena ia bukan manusia karet yang bisa elastis, pikir Dinda konyol.

Terpaksa dengan berat hati ia mencoba untuk menumpang januar tapi belum juga bertanya Ares sudah muncul duluan dan memaksanya mengantar pulang. Sebenarnya ia tak mau tapi apalah daya Jihan dan januar sudah pergi.

"Ayo beb"Ucap Ares.

"heh tukang ngupil,jangan panggil gue beb gak mau gue sama orang yang suka ngupil!"sinis Dinda.

"Ya udah besok gue gak akan ngupil lagi kalau gak khilaf..hehe"cengir Ares.

"plak"geplak Dinda di kepala Ares.

"Aduh sakit...kok kamu jahat beb"rengek Ares dengan nada alaynya.

"Pulang pulang jangan pacaran mulu di sekolah!"seru Maudy setelah duduk di sepedanya.

"awas lo mie lidi!!"geram Dinda seraya melotot.

"haha...Ayo jalan ki" Ucap Maudy yang langsung di angguki Kiki.

"Ody mereka pacaran?"tanya Kiki sambil melajukan sepedanya.

"Nggak tau,tapi mereka cocok"jawab Maudy yang di tanggapi Kiki dengan pertanyaan pertanyaan unfaedahnya.

Tanpa mereka sadari ada sosok lain yang mengamati mereka dari tadi,lebih tepatnya mengamati gadis yang duduk di boncengan sepeda sambil tersenyum.

"Woy!! Udah gak keliatan masih aja di liatin"sapa salah satu temannya mengagetkannya.

"Apaan si"jawab Dean dengan kesal melihat dua teman keponya.

"Ya elah kalau suka tembak aja"saran Zain.

"Gue takut sakit hati"jawab Dean.

"Bro, kalau lo belum coba lo nggak bakal tau, lagian misalnya dia nolak lo seenggaknya lo udah ungkapin perasaan lo dan bisa berhenti buat berharap sama harapan yang nggak pasti dan jika lo di trima pastinya itu suatu keberuntungan buat lo"sahut Jito bijak.

"Waduh ni anak kesurupan mario teguh pasti"timpal Zain.

"Gue emang bijak dari lahir kali"jawab Jito pd.

"Oke, nanti gue pikirin perkataan lo. Yok cabut"ajak Dean dan di angguki mereka. Setelah itu mereka menaiki motor masing masing lalu meninggalkan area parkir sekolah.

                              *****

Setelah sampai rumah Maudy membaringkan tubunya sejenak lalu mandi dan melaksanakan sholat ashar. Ia kemudian berjalan keluar kamar untuk mengambil novelnya yang berada di kamarnya yang saat ini ditempati Kiki. Biasanya sepulang sekolah ia akan mengerjakan tugas agar malamnya dapat ia gunakan untuk belajar ujian sekolah dan nasional, namun karena besok libur ia akan mengistirahatkan dahulu otaknya agar sedikit dingin.

"tok,tok, Ki aku masuk ya"Ucap Maudy di depan kamar Kiki.

"Ody masuk aja"jawab Kiki.

Maudy masuk kemudian mengambil salah satu novelnya di meja belajar dan bernjak keluar namun sebelum itu,

"Ody...."rengek Kiki.

"Apa?"tanya Maudy menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya ke arah Kiki.

"Kuku kiki panjang,potongin ya"pintanya sambil mendekat.

"Sini liat"Ucap Maudy lalu memeriksa Kuku Kiki yang lumayan sudah panjang.

"Ya udah di ruang tamu aja yang terang" Ucap Maudy lalu berjalan ke ruang tamu di ikuti Kiki.

Maudy mulai terbiasa memotong kuku Kiki karena Kiki tak bisa memotong kuku sendiri. Awalnya Maudy sempat tak percaya bahwa laki laki yang lebih tua di depannya tak bisa memotong kuku tapi setelah melihat cara Kiki memotong kukunya ia akhirnya mengalah dan mau memotongkannya.

"ctok,ctok"suara kuku Kiki yang sedang di potong.

"di liat dong Ki biar nanti bisa potong kuku sendiri"Ucap Maudy membuat Kiki mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedang ia mainkan dengan satu tangannya yang bebas ke arah Maudy.

"Gak mau, Kiki maunya Ody terus yang potongin"jawab Kiki kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada ponsel.

"Ki...gak selamanya aku di samping kamu terus" Ucap Maudy lalu melanjutkan kegiatannya memotong kuku cowok di depannya.

"Gak mau tau,pokoknya Ody selamanya harus sama Kiki!!"jawab Kiki sambil melotot ke arah Maudy.

"Tapi ki kamu punya kehi-

"Gak mau tau pokoknya!" tegas Kiki seraya menarik tangannya reflek membuat jarinya terluka karena Maudy sedang memotong kukunya.

"Akh"teriak Kiki.

"Aduh,kena ya. Sini liat"Pinta Maudy langsung mengambil tangan Kiki.

"Sakit....."rengek Kiki.

"Makanya diem kalau lagi di potong kukunya, perih ya"Ucap Maudy lalu mengelap darah Kiki dengan tisu di meja lalu meniup niupnya.

Kiki melihat Maudy meniup niup jarinya, ia seakan pernah mengalami kejadian tersebut namun tak dapat mengingat dengan siapa. Ia terus mengingat memaksa otaknya membuka memori yang selama ini ia lupakan. Namun bukan ingatan yang di dapat melainkan rasa sakit yang kini mendera kepalanya.

"Ody sakit...."Ucap Kiki sambil memejamkan matanya dan memegang kepalanya.

"Hah apa? Apanya yang sakit?"tanya Maudy khawatir.

"Kepala Kiki sakit"jawabnya masih memegang kepalanya.

"Ya udah istirahat aja ya"pinta Maudy kemudian membawa Kiki untuk beristirahat di kamarnya dan memijat kepala Kiki sebentar untuk meredakan sakitnya. Setelah itu Kiki tertidur dan Maudy kembali ke kamarnya.

Jan lupa vote or komen:)

Maudy's Kiki? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang