"Dah sayang, jangan nakal ya ingat pesan papa sama mama" Ucap Vivi yang berada di mobil.
"See you son, yang patuh sama om kamu" timpal Candra sambil melambaikan tangannya kemudian menutup kaca mobil untuk menjalankan kemudi meninggalkan sebuah rumah megah yang hanya di tinggali seorang bujangan jomblo (Rasya = Om Kiki yang seorang psikolog).
Kiki menatap kepergian kedua orangtuanya dengan senyum paksa, mulai saat ini ia akan tinggal dengan omnya demi memperbaiki diri untuk perempuan kesayangannya. (dasar bucin, jangan ditiru ya ges berubah itu karena diri sendiri)
Rasya menepuk-nepuk pundak Kiki lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. Tak cukup stress menangani pasien di rumah sakit jiwa sekarang ia harus membantu keponakannya yang bocil ini dan sepertinya akan membuat kadar kejombloannya bertahan lebih lama, karena seperti yang sudah-sudah cewek yang dekat dengannya sering melarikan diri karena ia terlalu sibuk bahkan ada yang langsung ngeghosting saat tau ia sering berurusan dengan ODGJ. Huh ia butuh support system untuk kehidupannya yang menguras tenaga dan air mata, air mata karena tekanan batin melihat teman-temannya yang sudah menikah, bertunangan, berpacaran, sedangkan ia? Mencari pasangan saja sudah seperti mencari kemanisan pada sebuah lemon.
Tapi Jangan salah ya, meskipun begitu ia amat menyayangi keponakannya ini yang terkadang membuat kewarasannya akan hilang jika ia tak mengingat kejombloannya yang membutuhkan kewarasan untuk menggapai calon pendamping hidup..wkwk.
"Om kenapa tinggal sendiri?"tanya Kiki.
"Ya ini kan om tinggal sama kamu" jawab Rasya.
"ishhhh...maksud Kiki tu sebelum Kiki kesini"
"Ya emang om suruh tinggal sama siapa?" tanya Rasya.
"Ya om cari istri biar ada yang nemenin" ucap Kiki membuat kadar kejombloan Rasya meronta.
"Cobaan apalagi ini ya tuhan..." ucap Rasya dalam hati.
"Besok om cari ya siapa tau dijual di pasar" Ucap Rasya sambil tersenyum paksa.
"Emang di pasar ada om?" tanya Kiki penasaran.
"Ada kok ada" gemas Rasya.
"Yaudah kalau mau beli Kiki ikut ya nanti Kiki pilihin biar om ga jomblo terus kasihan om udah 40 tahun belum punya istri" Ucapnya polos tanpa beban.
"Om masih 32 ya, 40an tu bapakmu"
"Udah-udah yuk om antar ke kamar kamu" lanjut Rasya karena sudah tak tahan mendengar ejekan yang membuat hatinya tersentil enak saja dibilang 40 tahun, apakah skincarenya kurang selama ini? Oke besok ia akan meminta masker awet muda kepada temannya yang dokter kecantikan untuk menjaga keglowingan wajahnya yang shining, shimmering, splendid.
*****
Tiga orang gadis berjalan di koridor sekolah dengan saling bergandengan siapa lagi jika bukan Maudy, Jihan dan Dinda.
"Sumpah ya nggak kuat gue lama-lama, kapan penderitaan ini berakhir ya Allah..." keluh Dinda dengan raut frustasi setelah tadi mengerjakan ujian kimia sebagai mapel peminatan untuk jurusan ips mereka.
"Sabar, 3 hari lagi selesai" ucap Maudy menepuk pundak Dinda.
"Yuk bisa yuk!" Ucap Jihan.
"Iya bisa, bisa gila!!" timpal Dinda membuat Maudy dan Jihan terbahak.
"Oh ya setelah lulus kamu mau lanjut dimana Din?" tanya Maudy.
"Gue ngikut unniv kalian aja, lagian gue emang nggak ada tujuan si" jawab enteng Dinda.
"itupun kalau aku snmptn keterima"jawab Maudy.
"Anj*r pesimis amat dy, lo tu pinter pasti keterima lah beda sama gue yang bisa ikut snmptn aja nggak!" ucap Dinda.
"Woy gue juga pesimis, meskipun bisa ikut snmptn tapi peringkat gue hampir menempati posisi terakhir yang bisa ikut" timpal Jihan.
"Tenang ji, ntar kalau yang keterima cuma Maudy, lo ikut jalur Mandiri aja sama gue" ucap Jihan menepuk pundak Jihan.
"Loh nggak mau ikut sbmptn?" tanya Maudy.
"Nggak mau, pusing mending ikut jalur Mandiri aja meskipun bayarnya mahal. Kan bokap gue banyak duit, buat apa kalau nggak digunain" sombong Dinda.
"Yee dasar!!" keplak Jihan pada jidat Dinda.
"Emang lo mau ikut sbmptn?"tanya Dinda.
"Ya nggak lah, gue ikut lo..hahaha" Ucap Jihan.
"Dasar!!!" ucap Maudy menimpali kedua sahabatnya yang kadang membuatnya stress.
Mereka terus berjalan sampai akhirnya berpisah di parkiran. Dinda yang dijemput sopir, jihan yang membawa sepeda motor dan Maudy yang menggunakan sepeda. Sebenarnya Dinda dan Jihan sudah menawarinya untuk berangkat bersama ke sekolah tapi emang dasarnya Maudy yang mandiri tidak ingin merepotkan orang lain, meskipun mereka tidak merasa repot tapi Maudy tetaplah Maudy.
Ia menggoes sepedanya membelah jalanan yang lumayan padat pengendara, meskipun banyak kendaraan berlalu lalang tapi kesepian melanda dirinya ketika mengingat semua kenangan saat bersama Kiki di jalanan yang ia lewati, dari awal ia bertemu hingga pernah jatuh bersama di jalanan sampai melewati warung bubur ayam dimana ia pernah menyuapi Kiki makan disana. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Jujur ia rindu dengan sosok Kiki, sosok yang kekanak-kanakan tapi mampu membuat kesehariannya berwarna.
Jika boleh egois, dapatkah ia meminta tuhan mengembalikan Kiki padanya? Bukan untuk memintanya tinggal di rumahnya namun setidaknya dapat bertemu dengannya sesekali.
"Tin, Tin" klakson sebuah motor mengagetkan Maudy membuatnya seketika oleng dan terjatuh.
"Brak"
"Adek nggak papa?" tanya seseorang yang mendekat kala melihat Maudy jatuh.
"Nggak papa pak, nggak papa" Air matanya menetes kala ia menjawab, antara perih pada kakinya yang sedikit tergores dan kerinduannya pada seseorang yang sedang ia fikirkan tadi.
Ia berdiri dengan dibantu oleh bapak-bapak tadi seraya mengusap air matanya yang terus mengalir.
"Bisa pulang? atau mau saya anterin?" tanya bapak tersebut membuat Maudy menggeleng.
"Saya masih bisa pulang sendiri pak, rumah saya nggak jauh lagi, terimakasih" Ucap Maudy.
"Beneran? Lain kali jangan melamun ya bahaya" nasehatnya karena ia tadi sedang duduk di depan rumahnya dan melihat kejadian tersebut.
"Iya pak, sekali lagi terimakasih" Ucapnya seraya menaiki sepedanya kembali sambil menahan perih pada lututnya.
"Oh iya, biasanya saya lihat diantar cowok, emang kemana dek?" tanya bapak tersebut kepo karena rumahnya sering dilewati Maudy dan beberapa kali ia lihat Maudy diantar jemput seorang cowok yang menurutnya mungkin saudaranya karena setiap hari.
"Oh orangnya udah balik kampung, dirumah saya cuma sebentar" Jawab Maudy karena ia bingung mau bilang bagaimana.
"Mari pak, permisi.."lanjut Maudy.
"Oh iya silahkan, hati-hati" Ucapnya membuat Maudy mengangguk dan tersenyum lalu kembali menggoes sepedanya.
Meski tadi sempat berhenti, entah kenapa air matanya menetes kembali kala mengingat pertanyaan bapak tadi yang berhubungan dengan Kiki. Perih di lututnya menambah perih di hatinya.
"Jangan cengeng Maudy! Kamu harus ikhlas, kamu harusnya bahagia ngeliat Kiki kumpul lagi dengan keluarganya" ucapnya dalam hati.
Jangan lupa votment ya ges! Aku bakalan sering update karena pengen cepet-cepet namatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maudy's Kiki?
Roman pour AdolescentsNabrak orang tiba tiba sampai orang itu Amnesia? Oh merupakan kejadian yang tak pernah terbayangkan oleh Maudy .... Tapi apakah hal tersebut memang menjadi kesialan untuk Maudy atau keberuntungan?? "Ibuuuuuuuu!!!! tolong!!. Dia ngikutin Maudy" -Ma...