🍂20.Hilang?🍂

576 63 2
                                    

Hari ini tampak berbeda dari hari hari biasanya, entah mengapa Maudy sangat malas melakukan sesuatu. Mungkin karena kejadian kemaren? Maudy sendiri juga tak tau padahal sebelum kehadiran Kiki hidupnya bahagia bahagia saja, tapi kenapa sekarang terasa ada yang hilang? Bukan, bukan Rindu! Ia hanya terbiasa dengan adanya Kiki,ya jadi sekarang ia hanya perlu menyesuaikan kembali seperti kehidupannya sebelum bertemu Kiki, pikir Maudy sambil melamun.

"Sstt, Maudy oy Maudy"panggil Dinda berbisik.

Maudy menoleh kemudian menautkan alisnya bingung.

"Lo di suruh maju buat ngerjain soal matematika"bisik Dinda lagi.

Maudy menolehkan kepalanya ke depan dan benar, disana ada pak Hadi yang sedang menatapnya tajam.

"Cepetan maju!!" pinta Pak Hadi tegas.

"I-iya pak"jawab Maudy kemudian melangkahkan kakinya ke depan.

Untungnya ini soal yang di bahas minggu lalu jadi maudy masih ingat, ia bernafas lega kala bisa mengerjakan soal nomor 2.

"Bagus, lain kali meskipun kamu sudah bisa tetap perhatikan teman teman kamu yang maju"ucap Pak Hadi.

"Iya pak"jawab Maudy.

"Gila, lo dari tadi ngelamun aja bisa, apalagi gue yang merhatiin!! Jelas gak mungkin bisa!"Bisik Dinda seraya terkekeh.

"Dinda, selanjutnya kamu nomor tiga"Ucap Pak Hadi membuat Dinda menegang.

"Mampus!!"bisik Jihan dari belakang.

"Em, it-itu... Saya pengen ketoilet pak"jawab Dinda agar tidak di suruh mengerjakan soal.

"Makannya cepetan maju, kalau sudah selesai baru saya ijinkan kamu ke toilet"balas Pak Hadi.

"Kalau saya ngompol di celana gimana pak?"Ucap Dinda beralasan.

"Gak mungkin, kamu kan pake rok"balas Pak Hadi membuat siswa di kelas tertawa.

"Ya maksud saya rok pak, bapak mau beliin saya rok baru kalau saya ngompol?"tanya Dinda.

"pake celana olahraga saja, habis ini kan ada jam olahraga"jawab pak Hadi santai.

"Tapi nanti jam terakhir ppkn masa saya pakai pakaian olahraga pak"ucap Dinda.

"Nanti saya yang ijinkan"balas Pak Hadi tak mau kalah.

"ih bapak jahat banget sama saya, saya aduin istri bapak lho! "ucap Dinda kesal.

"Saya belum punya istri"jawab pak Hadi.

"Ya udah lah saya maju!!"putus Dinda karena alasannya selalu dapat di jawab oleh pak Hadi.

Maudy sedikit terhibur dengan kekonyolan Dinda sehingga ia sudah tak terlalu memikirkan Kiki.

                               *****

Maudy mendudukkan dirinya di pinggir lapangan sambil menatap teman temannya yang sedang bermain volly, bukannya malas atau apa ia duduk duduk santai di pinggir lapangan tapi memang bergantian mainnya. Ia sudah lebih dulu main tadi sehingga sekarang waktunya yang belum.

"Woy!!"Ucap Dinda mengagetkan Maudy.

"Gak kaget"jawab Maudy membuat Dinda mengerucutkan bibirnya kesal.

"haha, gak bakat lo"celetuk Jihan lalu duduk di samping kiri Maudy sedangkan Dinda di samping kanan Maudy.

"Kenapa lo tadi?"Tanya Jihan tiba tiba membuat Maudy mengerutkan dahinya bingung.

"Ck, gini nih kalau bergaulnya sama Dinda jadi pikunan"ucap Jihan.

"Enak aja!! Gue gak pikunan cuma kadang lupa"elak Dinda.

"Sama aja janda!!"balas Jihan ngegas di telinga Dinda.

"Sante elah, Suara Toa lo di gunainnya nanti aja kalau bangunin orang sahur biar manfaat daripada bikin kuping gue rusak"Ucap Dinda membuat Jihan melotot.

"Stop!! Suara lo kayak semut bikin gatel"Ucap Jihan sambil menggaruk garuk telinganya.

"Kenapa gak ikutan lomba debat aja si di sekolah"sahut Maudy.

"Ogah"jawab mereka bersamaan.

"Jadi kenapa tadi pas pelajaran lo ngelamun?"tanya Jihan masih dengan kekepoannya.

"Kiki pergi"jawab Maudy jujur, karena baginya hanya sahabatnyalah tempatnya berbagi untuk saat ini.

"Innalillahi wainna ilaihi rojiun... Lo yang tabah ya, gue yakin pasti Kiki di tempatin di tempat terbaik di Sisi Allah, lo gak boleh sedih ada gue, ada Jihan yang selalu..

"plak"geplak Maudy di bahu Dinda membuat Dinda meringis..

"Aduh... Sakit.. Lo mau bunuh gue!!"ucap Dinda lebay kemudian mengusap usap bahunya.

"di sentil dikit gak bakalan mati lo, lebay banget"sahut Jihan.

"Kiki balik ke keluarganya"celetuk Maudy.

"Gimana keluarganya? kaya gak?"tanya Dinda kepo dan di angguki Maudy.

"Harusnya lo seneng dong dia ketemu keluarganya, dia masih di kota ini kan? "tanya Jihan.

"Iya masih"jawab Maudy.

"Kita temuin aja kapan kapan, kalau gak akhir pekan gimana?"tawar Jihan.
"Nah itu masalahnya"ucap Maudy lesu.

"Kenapa?"tanya Dinda bingung.

"mamanya gak ngebolehin buat nemuin Kiki, kalau gak mau keluarga aku di tuntut"jawab Maudy.

"Wah gila gila, mentang mentang holang kaya seenaknya aja ya!! Aduh udah gue bayangin pasti emaknya kaya di sinetron sinetron yang jahatnya naudzubillah dan suka semena mena mentang mentang orang kaya!" sahut Jihan.

"Untung gue gak jadi gebet Kiki, kalau iya bisa langsung ubanan gue kalau punya mertua kayak dia"sambung Dinda.

"jangan nilai orang sembarangan, dia kelihatan sangat sayang kok sama Kiki, tapi ya wajar sih kalau gak suka sama aku, aku kan bukan keluarga terpandang seperti mereka"Ucap Maudy.

"Jangan ngrendahin diri lo, lo kan udah pendek ntar tambah pendek lo"Canda Jihan membuat Maudy kesal dan Dinda menertawainya.

"Iya tau aku pendek, gak kaya kamu yang tingginya nglebihin tiang listrik"balas Maudy kesal.

"Haha, tiang listrik mah kurang tinggi, si jihan kan tingginya nglebihin pohon toge tetangga gue"Ucap Dinda dengan tawanya.

"awas lo janda, Gue gantung lo di pohon cabe"ancam Jihan membuat Maudy seketika terbahak.

"Nah gini dong ketawa, jangan ngelamun mulu kesambet baru tau rasa lo!"Ucap Jihan.

"iya iya,makasih temen temen somplakku"Ucap Maudy kemudian memeluk mereka berdua.

"Sama sama temen cebolku"jawab jihan.

"Too temen syantikku yang syantiknya gak bakal ngalahin aku"jawab Dinda lalu mereka bertiga tertawa.

Ya mulai saat ini Maudy harus membiasakan dirinya tanpa Kiki, mungkin memang Kiki hanya ditakdirkan tuhan untuk mewarnai kehidupannya sebentar, mungkin bila esok kembali bertemu dengannya,Kiki sudah pulih kembali ingatannya dan tentunya Kiki akan lebih memilih kehidupannya yang sebenarnya, bukan kehidupan palsu di keluarga Maudy.

Tapi setidaknya Maudy berharap mereka bisa menjadi teman,sahabat atau setidaknya orang yang di kenal.
Meskipun Kiki kadang merepotkan tapi ia tak menyangkal bila dengan adanya Kiki dengan segala tingkah kekanakan dan tingkah konyolnya mampu membuat hidupnya bahagia dan tentu saja rumahnya menjadi ramai.

Sekarang yang bisa ia lakukan adalah mengikhlaskan bukan melupakan.See you soon kiki.. Batin Maudy.

Bisa vote & komen gak maksa😌😉

Maudy's Kiki? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang