🍂45.Say Good bye🍂

91 14 2
                                    

Maap baru update, kalau lupa ceritanya baca ulang part sebelumnya aja..hehe

"Brak!!"Tiba-tiba sebuah pintu terbuka membuat ke empat orang yang berada di dalam kaget.

"Mampus!!"ucap Maudy, Jihan dan Dinda dalam hati.

"Kalian ya bener-bener!! Ga punya sopan santun!"Ucap Vivi marah, tadinya ia tidak di rumah namun penjaga cctv di rumahnya memberitahukan kalau ada anak-anak cewek yang masuk ke rumahnya di bantu oleh Kiki.

"kenapa si hari apes ngga ada di kalender, kan gue bisa jaga-jaga" ucap Jihan dalam hati sambil berkomat-kamit mbah dukun baca mantra-eh maksudnya berdoa.

"Mama jangan marah, Kiki yang suruh mereka kemari" Ucap Kiki membela.

"Diem dulu ya sayang mama mau bicara dulu sama mereka" Ucap Vivi lembut sambil menatap Kiki.

"Dasar anak-anak udik, udah ga punya sopan santun masuk rumah orang lewat jendela? Oh pantes si anak udik pasti kelakuannya 11 12 sama maling!" Ucap Vivi pedas membuat jiwa bar-bar Jihan meronta ingin dilepaskan.

"Maaf ya tante, kalau tante ngga ngelarang Kiki buat ketemu Maudy juga kita nggak bakal nekat tan lewat jendela!"cibir Jihan.

"Betul, dasar nenek lampir!"gumam Dinda.

"Berani kamu sama saya! Saya lebih tua dari kamu ya! Keluar dari rumah saya!" Marah Vivi yang kadar emosinya sudah 70% lebih.

"Mama jangan marah..." rengek Kiki memeluk sebelah lengan Vivi.

"Maaf tan, kalau kami lancang. Saya dan teman-teman tidak bermaksud tidak sopan atau apapun itu, saya cuma mau mastiin kondisi Kiki baik-baik aja tan" Ucap Maudy selembut mungkin agar emosi Vivi tidak meledak.

"Oh kamu pikir saya tidak bisa menjaga anak saya dengan baik??" Intonasi Vivi malah makin menjadi-jadi.

"Bukan sep-

Ucapan Maudy terpotong oleh ucapan Jihan.

"Udah dy, kita pulang aja percuma ngejelasin" Ucap Jihan menggandeng tangan Maudy dan Dinda untuk di seret pergi.

"Pulang dulu tan maaf kalau ada salah, pergi ya ki jaga diri baik-baik" lanjutnya.

"ya ya, terserah. Kalau bisa jangan pernah menunjukkan muka kalian lagi disini!" ucap Vivi sinis.

"Mama jahat!!" Ucap Kiki kemudian lari mengejar Maudy membuat Vivi ikut mengejarnya.

Melihat Maudy yang sudah berada di luar membuat Kiki mencekalnya kemudian memeluk lengannya seraya merengek dan menangis, baru saja mereka bertemu namun harus terpisah kembali. Hal tersebut membuat Vivi geram nelihat anaknya sangat menempel dengan gadis yang ia anggap udik. Sebenarnya apa sih kelebihan gadis itu sehingga anaknya begitu ketergantungan. Lumayan cantik sih, tapi sayang udik mana bisa bersanding dengan anaknya, pikir Vivi.

Setelah melihat anaknya yang sangat susah di bujuk, Vivi memanggil pekerja di rumahnya untuk membantu membawa Kiki ke dalam meskipun dengan paksaan. Dan setelah drama yang begitu panjang akhirnya ia dapat memisahkan mereka. Ia juga mengancam agar Maudy tak menemui anaknya lagi. Sehingga meninggalkan kekecewaan di hati Maudy, "ia tak mengerti mengapa Vivi sangat tak menyukainya. Oh ya Maudy lupa ia siapa, mereka berada di kalangan yang berbeda pantas saja Vivi tak menyukainya. Setiap orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya entah dari segi apapun. Ya, Maudy mengerti sekarang dan sebisa mungkin ia akan menerimanya," monolognya dalam hati. Ia menoleh untuk terakhir kalinya sebelum melangkahkan kakinya menjauh dari pekarangan rumah Kiki bersama kedua temannya.

                              *****

2 minggu setelahnya....

Ya setelah kejadian hari itu, semuanya kembali seperti semula. Maudy yang berangkat sendiri dengan menggunakan sepeda ataupun kadang-kadang dijemput oleh teman-temannya. Meskipun hidupnya terasa berbeda tanpa adanya Kiki namun ia yakin, jika mereka ditakdirkan untuk kembali bertemu maka pasti akan terjadi meskipun entah kapan. Hanya tuhan yang tahu...

Maudy memarkirkan sepedanya di parkiran sekolah. Menghela nafas berat kemudian menyunggingkan senyum guna memulai aktivitas yang akan menguras otaknya. Yap hari ini SMA Cendrawasih akan melangsungkan ujian sekolah jadi semua murid diliburkan kecuali kelas XII tentunya.

"Woy sapu lidi!!" teriak Dinda yang baru saja keluar dari mobil diantarkan mamanya membuat Maudy menoleh.

"Hemm, udah belajar kan din?"tanya Maudy sambil berjalan beriringan.

"Lo serius tanya gue??" tanya Dinda membuat Maudy mengangguk.

"Tentu!! Tentu aja belom..hahahah" tawa Dinda membahana lalu merangkul pundak Maudy.

"Dasar!!" balas Maudy menoyor kepada Dinda.

Mereka melanjutkan langkahnya dan berpapasan dengan Ares yang juga baru berangkat.

"Pagi Dy" Ucap Ares tersenyum tipis.

"Pagi juga res" balas Maudy.

Ares berlalu begitu saja tanpa menyapa Dinda seolah-olah ia tak ada membuat hati Dinda tersentil. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ares kenapa sekarang berubah? Entahlah ia tak tau, tapi baguslah ia jadi tak mengganggunya lagi" ucapnya dalam hati namun beda dengan ekspresinya yang menyiratkan  kesedihan atau mungkin kerinduan?

"Kamu ngerasa Ares berubah nggak si Din? Dia udah nggak gangguin kamu lagi" pancing Maudy sambil memerhatikan ekspresi Dinda.

"Bodo amat, mungkin dia udah punya pacar kali" jawab Dinda kesal.

"Slow my sister, makanya jangan gengsi din, Ares juga punya perasaan. Kalau kamu nggak suka yaudah bilang baik-baik aja, tapi kalau suka ya jangan gengsi ntar Ares beneran di embat cewek lain baru ngerasa kehilangan" Ucap Maudy mencoba menasehati temannya yang gengsinya setinggi monas.

"Udah ceramahnya?" tanya Dinda.

"Serius din..." ucap Maudy.

"Tau ah" ucap Dinda kemudian berjalan cepat meninggalkan Maudy, jujur memang benar perkataan Maudy tapi apakah ia memang menyukai Ares? Pikirnya.

"Eh udah dateng si jenius sama si jaenab" Ucap Jihan yang sudah nangkring di depan kelas karena pintu masih di kunci sambil membolak balik buku yang entah dibaca atau tidak.

"Jaenab jaenab!! Gue princes Dinda yang cantik membahana kesayangan mama Rara" Ucap Dinda tak terima.

"Iya iya serah lo!" balas Jihan.

"Rajinnya temenku pagi-pagi banget udah berangkat dan belajar di sekolah" Ucap Maudy yang merangkul Jihan yang sedang duduk.

"Oiya jelas!! Meskipun otak gue nggak secerdas lo tapi seenggaknya otak gue nggak secetek yang itu tuh" sindirnya melirik Dinda.

"Apa lo!! Gini-gini juga belajar gue di rumah" balas Dinda.

"Belajar apaan?"tanya Jihan

"Ya ekonomi lah" jawab Dinda dengan pdnya.

"Sengklek lo! Hari ini ujiannya Matematika sama bahasa Indonesia!!"ucap Jihan ngegas.

"Iyakah?"tanya Dinda dengan polosnya.

"Iya Jandaaaa...." Gemas Maudy tak habis pikir dengan temannya yang satu ini.

"Nih ya gue ajarin, lo rebus materi catatan lo abis itu airnya diminum, gue jamin nggak bakal ada soal sulit buat lo!" sesat Jihan.

"Beneran?"tanya Dinda yang herannya percaya.

"Beneran lah! Soalnya lo bakal tenang di alam lain gara-gara keracunan kandungan kimia..bwahahaha" tawa Jihan membuat beberapa siswa menoleh ke arahnya namun ia sama sekali tak sadar.

"Plak, plak, plak!!" geplak Dinda di bahu Jihan saking kesalnya.

"Jihannam!!" Ucap Dinda.

"Ampun, ampun..hahaha" tawa Jihan belum masih berhenti.

"Ting, ting, tong, tong, tong!" Suara bel manandakan masuk.

"Bubar bubar, ujian ujian! Hahaha" Ucap Jihan yang masih mencoba meredakan tawanya.

"Udah gila emang!" Gumam Maudy sambil menggelang melihat kedua temannya yang diambang kewarasan.

Haloooo!!!! Maap, maap banget ya ges kalau aku updatenya lama dan ngga menepati janji soalnya abis melewati masa stress dan sekarang aku udah free!! Yey!! Sekali lagi maapkan saya😥😥 jangan lupa votment biar aku semangat nulis mumpung agak free...

Aku double up loh!

Riders : Ga nanya!

Haha

Maudy's Kiki? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang