"Syukurlah. Sudah beberapa bulan aku tidak melihatnya. Aku pikir kakak ipar sakit."
Hyeon Mi menoleh pada Helios yang masih menanggapi kalimat Selir Chartina. Benar, mereka keluarga.
"Nona Velasquez. Aku sangat berterima kasih. Keison memang mampu menggunakan sihir perlindungan. Tapi, jika terjadi ledakan tanpa peringatan seperti itu, Keison bisa saja terluka karena tidak sempat membuat perlindungan." Selir Chartina berujar panjang, dengan senyum ramah senantiasa terukir di wajahnya.
Hyeon Mi tersenyum sopan. "Sebuah kehormatan untuk saya, Yang Mulia."
Di kursinya, Keison tersenyum bangga mendengar tanggapan Josephine. "Aku juga berhasil melindungi Kak Josephine, Bu."
Selir Chartina mengusap kepala Keison lembut. "Kerja bagus, Nak."
"Terima kasih, Yang Mulia Keison." Hyeon Mi mengulas senyum pada Keison yang semakin tersenyum bangga.
"Aku turut berduka cita atas apa yang terjadi pada mendiang Marquess dan Marchioness Velasquez. Maaf, tidak ada keluarga kerajaan yang hadir saat pemakaman karena Kota Arxilo masih berstatus siaga bencana saat itu."
"Terima kasih. Itu memang tidak bisa dihindari, Yang Mulia." Hyeon Mi menanggapi dengan takzim. "Tapi, ada satu orang keluarga kerajaan yang hadir."
"Oh, ya? Apakah Putra Mahkota Keizer datang?"
Hyeon Mi tersenyum sopan. "Bukan beliau. Melainkan Duke Volgov ini. Saat itu Duke Volgov berada di sana sebagai utusan bantuan istana. Duke Volgov menghadiri pemakaman itu bersama anggota pasukannya."
Selir Chartina melihat Helios yang tertawa ringan mendengar ucapan Josephine. "Benar. Aku dengar itu." Ia tertawa halus. "Sepertinya kalian cukup dekat."
Tawa ringan Helios berhenti. "Apakah terlihat seperti itu?"
Selir Chartina sedikit menyembunyikan rasa terkejutnya melihat tanggapan Helios yang di luar dugaannya. "Ya. Sangat terlihat."
"Kami berteman. Bukan begitu, Josephine?"
Tanpa merasa canggung, Hyeon Mi mengangguk. Mereka memang tidak memiliki hubungan apapun untuk disembunyikan, karena itu ia tidak menyangkalnya. "Iya, kami berteman."
"Benarkah? Kalian terlihat serasi."
Helios tersedak. Keisha menertawakan wajah Helios, namun sedetik kemudian ekspresinya kembali datar.
Hyeon Mi menangkap kejadian itu. "Anda boleh tertawa, Yang Mulia Putri. Wajah Helios memang mengundang tawa."
Keisha terkejut saat Josephine berbicara padanya. Ia menundukkan wajahnya.
"Oh! Kakak sedang malu!" Keison berseru memecahkan suasana. "Biasanya jika Kak Keisha malu, dia akan menundukkan wajahnya, hidungnya juga akan kembang kempis."
Keisha menepuk lengan adiknya. "Tidak sopan."
Hyeon Mi tersenyum. "Apakah anda senang mempunyai adik laki-laki, Yang Mulia?" Ia bertanya pada Keisha.
Keisha mengangkat pandangan. "Tidak menyenangkan. Dia berisik, manja, dan tidak sopan."
"Tapi, anda khawatir jika adik anda terluka, bukan?" Hyeon Mi kembali bertanya.
"Eh, itu. Ya, begitulah." Keisha menjawab salah tingkah. "Tapi, aku, lebih senang jika mempunyai kakak perempuan." Imbuhnya sambil melirik Josephine.
Selir Chartina terkejut melihat putrinya. "Ini pertama kalinya ibu mendengar perasaanmu, Keisha." Tukasnya.
Melihat putrinya kembali duduk diam memasang ekspresi tenang, Selir Chartina menghela napas. "Keisha sangat berbeda dengan Keison. Sejak kecil dia selalu diam dan tenang. Dia tidak pernah menunjukkan perasaan saat dia senang atau sedih. Dia tidak pernah menunjukkan sisi kekanakkannya. Aku bahkan baru mengetahui dia senang jika memiliki kakak perempuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
Historical FictionDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...