Enam jam berlalu.
Ki Hyeong dan Hae Na duduk berjarak di depan ruang operasi, lampu indikator ruangan itu menyala, pertanda operasi masih berlangsung.
Tidak ada suara lain di lorong itu, kesunyian menguasainya.
Hae Na tidak mengantuk, mustahil rasa kantuk menghampirinya mengingat nyawa temannya berada di antara hidup dan mati. Ia tidak bisa memikirkan apa pun selain keadaan temannya.
Padahal kami baru bertemu. Batin Hae Na lirih.
"Apakah--" kalimat Ki Hyeong terputus, tenggorokannya terasa serak. "Apakah keluarga Park Hyeon Mi akan datang ke sini?"
Hae Na tidak langsung menjawab. "Aku keluarganya."
Ki Hyeong tidak mengerti. "Maksudku--"
"Tidak akan ada yang datang. Karena itu aku akan menjadi walinya." Hae Na memotong kalimat Ki Hyeong. "Hyeon Mi tinggal sendiri di Seoul. Hanya ada satu keluarganya, neneknya. Ada di Busan. Aku tidak akan meminta nenek datang jauh-jauh dari Busan karena cucunya ditembak."
Ki Hyeong mengerti. Ia tidak bertanya lagi.
"Sebenarnya ada anggota keluarga lain." Seloroh Hae Na pelan. Ki Hyeong diam mendengarkan. "Hyeon Mi memiliki adik kembar laki-laki. Tapi, mereka berdua sudah berpisah sejak kecil, adiknya hilang."
Ki Hyeong terkesiap mendengar Hae Na.
"Untuk menemukannya, Hyeon Mi mengubah cita-citanya dan menjadi polisi. Tapi, sampai sekarang pun belum ada kabar terbaru tentang adiknya." Imbuh Hae Na terdengar sedih.
Ki Hyeong tertegun, ia mulai mengerti alasan Hyeon Mi yang selama ini sangat serius pada pekerjaannya. Terkadang ia melihat Hyeon Mi yang tampak kelelahan menyelidiki sesuatu yang tidak diketahuinya. Ternyata Hyeon Mi mencari adiknya.
"Apakah Hyeon Mi akan baik-baik saja, Petugas Jang?"
"Anda yang lebih tahu tentang Park Hyeon Mi. Anda tahu kalau dia orang yang kuat." Ki Hyeong menanggapi pelan.
"Tapi, mengapa dia lama sekali di dalam?"
Ki Hyeong tidak menjawab. Pertanyaan itu, ia tidak bisa menjawabnya. Ia menatap layar besar di depan ruang tunggu, layar itu menunjukkan informasi dokter yang tengah mengoperasi Hyeon Mi. Tolong, selamatkan dia.
■
■
■
Satu jam kemudian, lampu indikator ruang operasi pun padam. Hae Na segera bangkit berdiri demi melihat lampu yang padam.
Pintu otomatis terbuka, seorang dokter keluar dari dalam lorong ruang operasi.
"Dokter! Bagaimana operasinya?!" Hae Na bergegas menghentikan langkah Dokter.
"Anda walinya?"
Hae Na mengangguk cepat.
"Operasinya berjalan lancar, tapi pasien harus dipindahkan ke ruang ICU karena kondisinya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut. Untuk penjelasannya, silakan datang ke ruang dokter sepuluh menit lagi. Saya akan menjelaskannya."
Pundak Hae Na luruh mendengar jawaban dokter. Ia melihat ranjang pembaringan keluar dari ruang operasi. Di sana, Hyeon Mi terbaring dengan seorang perawat memompa ambubag, memberikan bantuan napas.
"Terima kasih. Saya akan segera menemui anda." Hae Na bergegas mengikuti langkah para dokter dan perawat yang mendorong brankar Hyeon Mi bersama Ki Hyeong.
Hae Na memasuki ruangan dokter dengan perasaan kalut. Ia melihat dokter pria paruh baya sedang duduk di depan sebuah layar monitor.
"Kalau boleh tahu, apa hubungan anda dengan pasien?" Tanya dokter itu tenang setelah Hae Na duduk dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
Ficción históricaDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...