Ep. 35

46 5 0
                                    

Rumah doa Kota Atenish hari ini dipenuhi jamaah yang hadir untuk menyampaikan doa duka pada seluruh korban insiden 'Perburuan Berdarah' Kerajaan Cerulean.

Hari ini tepat satu minggu hari berkabung dan pemanjatan doa bersama para pemuka agama. Ruang doa yang luas itu terisi penuh oleh seluruh bangsawan.

Suara isak samar terdengar beriringan dengan lantunan doa yang diserukan pemuka agama. Barisan terdepan kursi doa diperuntukkan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Jeremy dan Hyeon Mi berdiri bersisian di dekat mimbar pemuka agama. Jeremy yang memiliki pangkat sebagai wakil ketua Pasukan Keamanan menjalankan tugasnya, mengisi kekosongan ketua mereka, Duke Volgov.

Sedangkan keberadaan Hyeon Mi mengisi posisi letnan sementara Pasukan Keamanan di bawah Jeremy. Melihat banyaknya keluarga korban dari kalangan bangsawan, atas permintaan Jeremy, Hyeon Mi mengganti kekosongan itu.

Hyeon Mi melihat Helios di tempatnya berdoa. Di sebelahnya duduk diam Hillary yang tampak syahdu memanjatkan doa.

Ekspresi Helios datar, menatap ke depan, ke arah mimbar pemuka agama. Entah apa yang ada di pikirannya, Hyeon Mi tidak mampu menebaknya.

"Dengan ini, hari berkabung dan pemanjatan doa untuk mendiang telah selesai. Kami berharap kejadian pilu ini adalah tragedi yang pertama dan terakhir kalinya di Kerajaan Cerulean. Semoga Dewa memberkati kita semua."

Seluruh jamaah terdengar berseru menanggapi kalimat penutup pemuka agama.

Para pemuka agama undur diri. Diikuti dengan keluarga kerajaan yang berjalan meninggalkan ruang doa.

Hyeon Mi melihat Helios pergi meninggalkan ruang doa bersama Hillary. Ia menghela napas.

"Duchess Verizon. Saya akan pergi ke ruangan pribadi pemuka agama. Terima kasih banyak atas bantuannya selama satu minggu ini." Jeremy menundukkan kepalanya.

"Terima kasih kembali, Jeremy. Kalau begitu, aku akan berada di sini sampai semua jamaah di ruangan ini keluar."

Jeremy mengangguk. "Saya pergi dulu, Duchess."

Hyeon Mi mengangguk, menatap kepergian Jeremy ke arah pintu yang digunakan khusus untuk pemuka agama.

"Josephine."

"Yang Mulia." Hyeon Mi sedikit menundukkan kepalanya mendapati Keizer menghampirinya. "Apa ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?"

Keizer menggeleng. "Tidak ada."

"Ya? Bukankah anda memanggil saya karena ada keperluan?"

Keizer menatap Josephine sejenak. "Tidak ada. Aku hanya ingin memanggilmu."

Hyeon Mi mengamati raut wajah Keizer. Ia menangkap rasa lelah dan kecemasan dari wajah Keizer. Seketika ia mengerti maksud Keizer. "Apakah ini karena masa berkabung telah selesai? Karena setelah ini pemerintahan kerajaan kembali bekerja."

Keizer menoleh ke sekelilingnya. Pengawalnya berada sepuluh langkah di belakangnya, dan tidak ada orang lain di dekat Josephine. "Kau benar."

"Anda bisa melakukannya dengan baik sejauh ini. Dan keberadaan saya di sini untuk membantu anda." Hyeon Mi berujar tenang, menguatkan Keizer.

Keizer mengangguk. "Aku percaya padamu." Ia menanggapi singkat.

Hyeon Mi mengulas senyum. "Bersemangatlah, Yang Mulia. Anda pasti bisa melakukannya."

Keizer tersenyum tipis. Bagaimana bisa ia mengadu dan berkeluh kesah pada seseorang yang bahkan tidak pernah ia 'lihat' beberapa bulan yang lalu.

"Kalau begitu, Josephine. Apakah kau--"

Return to the World I Belong to BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang