Ekspresi Hyeon Mi tidak berubah sejak beberapa menit yang lalu.
Tidak pernah Hyeon Mi duga bahwa ada ruangan lain di dalam kamar orangtuanya. Ruangan itu berisikan persenjataan lengkap, sekaligus alat pelindung diri, seperti rompi anti peluru.
"Masih banyak sisi Ayah yang belum kamu ketahui, Nak." Joseph terkekeh melihat mulut Hyeon Mi yang terbuka. Ia segera memakaikan rompi anti peluru pada Hyeon Mi yang telah mengganti pakaiannya menjadi pakaian serba hitam yang lebih nyaman dibanding gaunnya.
Hyeon Mi menatap ibunya dan Min Hyeok yang berekspresi normal melihat ruangan yang terlihat seolah gudang senjata di kantor polisi.
"Kau bukan polisi lagi, Kak. Kau bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, kan?" Celetuk Min Hyeok ringan. Bergurau jahil setelah melihat ekspresi kakaknya. "Di Amerika lebih lengkap lagi dibanding di sini."
Hyeon Mi tersentak. Sepertinya ia terlalu lama terkejut mendapati ruangan ini penuh dengan senjata. Ia tertawa ringan. "Aku akan menutup mata. Karena aku juga perlu memakai beberapa barang ini."
Jenith menghampiri Hyeon Mi dan memastikan rompi anti peluru terpasang dengan baik. "Meskipun aku percaya dengan kemampuan ayahmu dan kamu, aku tidak bisa menahan kekhawatiranku." Ia menepuk pundak putrinya. "Kembalilah dengan selamat."
Hyeon Mi mengangguk penuh tekad.
"Baiklah. Mari lakukan pengarahan di ruang keluarga. Aku akan memberikan alat komunikasi pada kalian agar tetap terhubung denganku." Min Hyeok memotong suasana berat itu.
Joseph merangkul putrinya setelah memastikan pistol berperedam dan pisau belati siap digunakan. "Mari kita pergi."
Layar televisi pintar berukuran tujuh puluh lima inci yang tergantung di ruang keluarga telah berubah fungsi. Penampilannya menunjukkan beberapa kamera pengawas yang ditampilkan secara waktu nyata oleh Min Hyeok.
"Aku belum mengetahui lokasi akhir mereka karena mereka masih terus berjalan ke arah luar Kota Seoul. Van satu mengarah ke Hwaseong di selatan. Sementara Van dua ke Paju di utara. Tim ayah akan pergi menyusul van satu. Dan tim Daniel akan pergi menyusul van dua." Min Hyeok menjelaskan teknis misi mereka. "Pastikan alat komunikasi yang sudah kuberikan pada kalian tetap pada tempatnya. Aku harus memberikan kabar sambil memonitor pergerakan pelaku."
Joseph mengangguk. "Misi ini hanya satu. Menyelamatkan Helios. Jika salah satu dari kita berhasil menemukan Helios, laporkan melalui alat komunikasi agar tim lain segera mundur." Ujarnya cepat. "Jangan terlibat dengan perkelahian yang tidak diperlukan. Jangan membunuh mereka, amankan senjata yang mereka gunakan. Jika perlu menembak, maka tembak selain di area vital."
"Keselamatan anggota tim lebih penting dari apa pun. Jika ada variabel lain, seperti korban yang diculik selain Helios--" Joseph menahan ucapannya, melirik putrinya. "Tinggalkan mereka. Prioritas kita hanya keselamatan Helios."
Hyeon Mi mengangguk. "Aku tidak meminta bantuan Ayah untuk menyelamatkan orang lain. Aku hanya perlu Helios selamat. Orang lain, mari serahkan pada pihak berwajib."
Joseph mengangguk, menatap Hyeon Mi bangga. "Baiklah. Mari kita kembali dengan selamat."
■
■
■
Helios mulai sadar, tapi segalanya gelap.
Ia mencoba membuka matanya, namun hanya mendapati pandangan yang tertutup oleh sesuatu yang kasar dan ketat di sekeliling kepalanya.
Kain hitam menutupi matanya sepenuhnya, membuatnya terjebak dalam kegelapan mutlak.
Tubuhnya terasa berat, dan obat bius masih membuat otaknya lamban bekerja.
![](https://img.wattpad.com/cover/261349265-288-k778722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
HistoryczneDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...