Buku-buku tebal bersampul tua ditumpuk Hyeon Mi di meja baca perpustakaan istana. Ia memeriksa satu persatu buku yang diperlukannya untuk bahan penelitiannya.
"Sepertinya kau belajar tentang sejarah kerajaan lagi, Josephine."
Hyeon Mi mengangkat pandangan dan melihat seorang laki-laki menempati salah satu tempat duduk di balik meja baca berukuran besar yang ditempatinya. Ia tidak mengenali wajahnya. Namun, jika melihat penampilan berambut cokelat dan iris mata keemasan, sudah pasti laki-laki itu adalah salah satu anggota keluarga kerajaan.
Spontan Hyeon Mi memasang posisi salam menyapa laki-laki yang tidak diketahuinya. "Selamat siang, Yang Mulia."
"Ayolah, tidak perlu salam formal. Kita sudah akrab sebelumnya, Josephine."
Gawat! Hyeon Mi mengulas senyum tipis, meskipun sebenarnya ia tengah berpikir cepat untuk menghindari percakapan yang tidak diketahuinya. "Maaf, Yang Mulia. Sepertinya anda sudah mendengar kabar mengenai perubahan sikap saya. Saya tidak bisa bicara informal pada anda."
Laki-laki berwajah menawan itu terkekeh mendengar pernyataan Hyeon Mi. "Aku sudah mendengar kabarnya. Dan ternyata benar." Tanggapnya. "Tapi, mengapa sejak tadi kau hanya memanggilku 'Yang Mulia, 'Yang Mulia'? Kau tidak mungkin melupakan namaku, bukan?" Tanyanya ringan, namun pandangannya berubah menyipit.
Hyeon Mi merasa keringat dingin mulai muncul satu persatu di kulitnya. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
Laki-laki itu kini tertawa, "tunggu. Apa benar kau lupa namaku?? Seorang kandidat putri mahkota yang bahkan menghafal seluruh nama anggota keluarga kerajaan dari raja pertama?! Jangan bercanda."
Hyeon Mi turut tertawa, meskipun sangat canggung. Ia berusaha menggali pikirannya yang selama ini telah membaca sejarah kerajaan. Namun, ia tidak menemukan satupun ingatan mengenai wajah pria di hadapannya. "Tidak mungkin. Saya hanya bercanda."
Tawa laki-laki itu lenyap, digantikan dengan tatapan tajam menusuk Hyeon Mi. "Jadi, siapa namaku?" Ia mendesak.
Hyeon Mi berusaha memutar otak. Ia sudah membaca seluruh sejarah kerajaan Cerulean, tidak mungkin ada yang dilewatinya.
Semua data diri anggota keluarga kerajaan memiliki sketsa wajah. Jika aku tidak mengenali wajahnya, itu berarti tidak terdapat sketsa wajahnya. Hanya satu orang yang tidak disertai sketsa wajah. Pangeran Keiriel! Apa benar itu dia? Batin Hyeon Mi panik.
"Yang mulia Kei--"
"Josephine? Aku mencarimu sejak tadi."
Seolah seluruh beban di pundak Hyeon Mi tercerabut, Hyeon Mi menoleh ke arah suara familiar dengan perasaan amat sangat lega. "Helios? Bukankah kau akan menungguku di sana?" Sahutnya langsung.
Meskipun Helios mengerutkan dahinya samar mendengar Hyeon Mi menanggapi kebohongannya, ia mengulas senyum. "Ya. Tapi lebih baik aku menjemputmu." Ia menanggapi sandiwara Hyeon Mi.
Helios tepat berdiri di sebelah Hyeon Mi dan berpura-pura terkejut melihat seseorang di dalam perpustakaan. "Selamat siang, Yang Mulia Keiriel. Anda menghabiskan waktu di perpustakaan seperti biasa." Sapanya.
Dengan ekspresi datar, Pangeran Keiriel mengangguk menanggapi sapaan Helios. "Aku tidak pernah melihatmu berada di perpustakaan."
Helios mengulas senyum. "Saya datang untuk menjemput Josephine."
Sebelah alis Keiriel terangkat. "'Josephine'? Aku tidak tahu kalian seakrab itu."
"Itu bukan sesuatu yang harus anda ketahui, bukan, Yang Mulia Keiriel?" Sergah Hyeon Mi mengambil alih pertanyaan Keiriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
Ficción históricaDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...