"Aaargggghhh!!!" Keiv melempar vas bunga ke lantai, suara benda pecah terdengar memekakkan telinga. "Mengapa semua hal tidak berjalan sesuai keinginanku!!?"
Ratu Olivia mengepalkan tangannya. Perasaan gelisah mulai merayapi hatinya. "Para sandera berhasil melarikan diri. Hanya Jonas Velasquez yang tersisa."
Keiv menggeleng, ia memijat pangkal hidungnya lelah. "Tidak. Dia tidak cukup untuk menghentikan pergerakan anak-anak itu." Ia bergumam jengkel.
"Sepertinya banyak sekali tikus di istana di luar dugaan kita." Ratu Olivia berujar pelan. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Kekasih Keizer. Apakah kekasih Keizer turut serta di antara pasukan mereka?"
Ratu Olivia menggeleng. "Sepertinya Keizer menyembunyikannya di suatu tempat."
"Perintahkan dua orang pengawalmu untuk membawanya dalam kondisi hidup." Sorot mata Keiv terlihat tajam, penuh amarah. "Pasukan yang tersisa hanya pasukan kerajaan. Kita tidak akan bisa menang jika tidak memegang kelemahan mereka. Selir Chartina sebagai kelemahan terbesar sudah hilang, kita harus mencari gantinya."
"Apakah Jonas Velasquez tidak dapat dimanfaatkan?"
Keiv menggeleng. "Mereka tidak membebaskannya. Itu berarti Jonas tidak berguna bagi mereka." Ia berujar cepat. "Tapi, aku akan menjadikan tubuhnya sebagai hiasan pintu masuk istana." Ia tertawa kecil memikirkannya.
■
■
■
Sebuah mansion mewah terlihat berdiri kokoh di tengah kota. Berbeda dengan penampilannya, mansion itu terlihat tidak terawat dan berantakan. Bahkan gerbang besar terbuka begitu saja layaknya tak berpenghuni.
"Aku tidak percaya Count Wistern mati dengan mudah." Keizer bergumam menatap mansion besar itu.
Keizer dan pasukannya berhasil menduduki Kota Abricas setelah perlawanan yang cukup kuat dari kesatria keluarga Count Wistern. Namun, begitu terdengar berita kematian Count Wistern, para kesatria dapat dengan cepat dipukul mundur.
Helios memasukkan pedangnya ke dalam sabuknya. Begitu ia berhasil mengamankan pasukan kerajaan, ia menyusul kepergian Keizer dan menyerahkan Kota Aghera pada Hillary dan Keisha. "Dia mati sia-sia tanpa membayar dosa-dosanya." Ia berujar dingin menatap mansion besar itu.
"Kau ingin membalas dendam, bukan?" Keizer melirik Helios di sebelahnya.
Helios menghela napas panjang. "Sebenarnya aku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri." Ia menatap tangannya yang mengepal. "Tapi ada musuh lebih besar yang harus kuhadapi."
"Kau bisa membunuh para bangsawan yang bekerja sama dengan Count Wistern. Aku akan memastikan kau melakukannya setelah ini selesai." Keizer menepuk pundak Helios pelan.
Helios mengangguk. "Mari lanjutkan perjalanan menuju ibu kota. Kita harus bertemu Josephine dan Keiron di sana."
Satu minggu berlalu terasa cepat, proses penaklukan kota-kota di bagian utara kerajaan dan bagian barat berjalan dengan cepat.
Keizer, Helios, Hyeon Mi, dan Keiron tiba di sebuah kota besar terakhir sebelum memasuki Ibu Kota Kerajaan Cerulean, Kota Atten.
Begitu melihat Hyeon Mi, Helios bergegas menghampiri Hyeon Mi dan memeluknya. "Bagaimana kabarmu?" Ia melepaskan pelukannya. "Apakah ada yang terluka?"
Hyeon Mi menggeleng. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja." Helios menatap sekitar.
Sebuah lapangan di Kota Atten berhasil disulap oleh Hyeon Mi dan Keiron sebagai orang yang pertama kali tiba di bagian barat kerajaan.
Tampak banyak tenda untuk para kesatria dan pimpinan pasukan. Gudang senjata terlihat di sisi barak yang akan digunakan oleh pemimpin pasukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
Historical FictionDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...