Ep. 19

52 5 0
                                    

"Arghh!!!"

Suara barang pecah terdengar memekakkan telinga.

Sekretaris Pangeran Keiron memejamkan matanya mendengar suara itu. Ia menjaga jarak, berada di sudut ruangan pribadi Pangeran Keiron.

"Memangnya mereka pikir mereka siapa?! Mengapa tidak ada yang berjalan lancar?!" Keiron mengatur napasnya yang tersengal. Ia menopang tubuhnya di atas meja dengan kedua tangannya.

Kemeja yang dikenakan Keiron tampak berantakan, cravatnya dilepaskan. Keadaan meja kerjanya juga tidak jauh berbeda, berantakan.

"Sebenarnya salahnya di mana? Semua sudah terancang sempurna. Tidak ada yang menghalangiku sampai--" gumaman Keiron terhenti begitu mengingat sesuatu.

"Benar. Ini terjadi setelah aku gagal membunuhnya." Keiron mencapai kesimpulannya dalam sekejap.

Keiron menegakkan tubuhnya. "Elijah."

Sekretaris Keiron yang berada di sudut ruangan segera mendekati tuannya. "Ada apa, Yang Mulia?"

"Aku bertanya karena kau wanita. Menurutmu, apa yang harus kulakukan agar Josephine menderita? Apa yang harus kurebut darinya?"

Elijah berpikir sejenak, seketika terbesit sesuatu di pikirannya. "Daripada kematian dirinya bukankah lebih menyakitkan melihat kematian orang yang disayanginya?" Seringai mengerikan terbit di wajahnya.

Keiron tersentak. "Kau benar." Ia berujar antusias seolah ia mendengar jawaban yang sangat memuaskan.

Elijah mengembangkan senyumnya. "Sepertinya perasaan anda membaik, Yang Mulia."

"Tentu saja!" Tukas Keiron langsung. "Setelah semua hal tidak berjalan lancar, setidaknya aku bisa memastikan hal ini berjalan lancar."

"Sampaikan pesan pada Count Wistern. Aku ingin meminta pendapatnya tentang sesuatu."

Aku akan melihat apakah Pak Tua itu akan bangun atau tidak sebelum aku menemui Count Wistern.

"Beatrix bunuh diri, Yang Mulia."

Keiron tertawa senang. "Dia melakukannya karena terlalu mencintaiku. Setidaknya mulutnya tidak mengatakan hal-hal aneh." seringaian terus melekat di wajah Keiron.

Seluruh penghuni Istana Pusat dikejutkan dengan kabar bahwa Raja Keith telah siuman.

Kabar bahagia itu terus menerus disebarkan melalui mulut ke mulut, semua orang yang mendengarnya turut berbahagia mendengar kabar itu.

Namun, kabar bahagia itu sepertinya tidak berlaku bagi semua orang. Beberapa petinggi yang mendukung pangeran Keiron tentu saja tidak bahagia mendengarnya.

Di hari terakhir genap satu minggu sebelum rapat darurat diadakan, Raja Keith kembali membuka matanya. Tentu saja tidak ada orang yang merasa lega lebih daripada yang Keizer rasakan.

Keizer manghela napasnya panjang melihat ayahnya menatapnya lemah. "Terima kasih sudah siuman, Ayah."

Dua orang dokter pamit undur diri dari kamar tidur Raja Keith setelah memastikan keadaan raja Keith baik-baik saja.

"Apa yang terjadi, Keizer? Sudah berapa lama aku terbaring?" Suara Raja Keith terdengar sedikit serak.

"Tujuh hari ayah tidak sadarkan diri." Keizer menatap ayahnya sedih.

"Kenapa rasanya sepi sekali? Apa tidak ada orang yang mengunjungiku?" Raja Keith mengedarkan pandangan ke seisi kamarnya bingung.

Keizer mengangguk. "Aku membatasi kunjungan." Jawabnya. "Ayah, apa di kamar Ayah selalu tersedia bunga? Apapun jenis bunganya."

Return to the World I Belong to BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang