"Rupanya seperti itu kondisi istana."
Keizer, Keiron, dan Hyeon Mi berada di ruang kerja untuk melakukan diskusi setelah menyelesaikan makan malam.
Sementara Keisha dan Keison langsung beristirahat di kamar mereka.
"Sepertinya Ratu Olivia menyatakan seluruh anggota fraksi putra mahkota sebagai pemberontak mengetahui surat penangkapanmu dan Viscount Draxia diterbitkan." Keiron mengungkapkan pikirannya.
"Ini karena segel kerajaan sudah berpindah pada Ratu setelah mereka membacakan wasiat itu. Ratu dapat memerintah pasukan kerajaan yang perintahnya membutuhkan stempel kerajaan." Keizer menambahkan.
"Beruntung Duke Volgov pemimpin Pasukan Keamanan. Setidaknya militer kita tidak timpang dengan pihak ratu." Keiron menimpali.
"Sangat aneh melihatmu bersikap seperti ini, Keiron." Keizer menukas curiga.
Keiron mendecih. "Aku tidak berniat berdamai denganmu. Aku hanya membantu Josephine."
"Begitukah? Tidak menutup kemungkinan kau akan menusukku dari belakang." Sahut Keizer sarkas.
"Aku tidak akan melakukannya." Keiron menyahut jengkel. "Apa yang terjadi jika besok selebaran wajah-wajah pemberontak disebarkan?"
"Tidak ada wilayah besar di kerajaan selain Kota Aghera yang memihak kita. Kota Atenish, Kota Arxilo, dan Kota Abricas di bawah kendali ratu." Keizer mengetukkan jari telunjuknya di atas lututnya.
Hyeon Mi tersentak mendengar suara keributan di luar mansionnya. Ia menyibak gordyn dan melihat ke arah luar. Ia mendapati beberapa kereta kuda memasuki pelataran mansionnya. "Ada yang datang."
Tok! Tok!
"Duchess, Duke Volgov tiba." Suara Freddie terdengar sebelum membukakan pintu ruang kerja.
Dengan tergesa-gesa Helios memasuki ruangan. Pakaiannya berantakan, begitupun dengan wajahnya, butir keringat terlihat jelas membasahi wajahnya. Ia mengatur napasnya sejenak.
"Helios? Apa yang terjadi??" Hyeon Mi menyambar sapu tangan di atas mejanya dan bergegas mendekati Helios yang tampak berantakan. Ia menyerahkan sapu tangan itu pada Helios yang langsung menyeka wajahnya.
"Sepuluh orang anggota fraksi putra mahkota dibunuh atas tuduhan pemberontakan. Kepala mereka dipasang di tiang-tiang jembatan sebelum memasuki istana." Helios berujar pelan menyampaikan kabar buruk itu.
Tidak ada yang dapat berkata-kata menanggapi kabar yang amat buruk itu.
Hyeon Mi merasa merinding. Meskipun ini bukan perang saudara, ini tetap sebuah deklarasi perang. Ia tertegun, waktunya tidak banyak, dan ia tidak dapat mengubah jalan cerita.
"Dan kita harus segera pergi ke Kota Aghera untuk melindungi diri dan mengatur strategi-- Pangeran Keiron? Sedang apa anda di sini?" Mata Helios baru menyadari kejanggalan formasi di dalam ruang kerja ini.
"Aku akan menjelaskannya nanti. Kita tidak punya banyak waktu." Hyeon Mi menyela.
"Para selir, pangeran, dan putri ditahan. Aku dan Keiron hanya bisa membawa Keisha dan Keison." Keizer mengikuti pembicaraan. "Kita tidak bisa gegabah jika ingin menyelamatkan mereka."
"Tunggu. Keiriel masih di Kota Abricas!" Keiron tersentak begitu menyadari ada yang kurang.
Hyeon Mi menggeleng. "Tenanglah, Yang Mulia. Setelah aku sepakat akan menjaganya, aku memutuskan untuk mengamankannya dari sana." Ujarnya. "Mungkin akan sampai ibu kota dua hari lagi. Aku akan meminta mereka mengubah arah menuju Kota Aghera."
"Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?" Keiron bertanya bingung.
"Oh, mulanya aku ingin mengatakan saat Pangeran Keiriel hampir sampai. Aku tidak tahu akan jadi seperti ini." Hyeon Mi mengulas senyum meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
Historical FictionDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...