Hujan deras masih turun mengguyur permukaan tanah. Ditambah sepoi-sepoi angin menambah kesan dingin di kamar. Hal ini membuat rasa kantukku menyerang, padahal tugas lagi banyak-banyaknya dan harus dikumpulkan besok.
Sudah beberapa kali aku menguap, mataku saja sudah berair minta untuk beristirahat sejenak dari tulisan-tulisan menyebalkan ini.
Selimut tebal menyelimuti tubuh mungilku. Aku duduk di kursi meja belajar, mengerjakan tugas-tugas yang tidak tahu dirinya terus datang dan tidak mau pergi, menyusahkan saja. Dinginnya angin malam seakan menusuk ke dalam tulangku, semoga saja aku tidak masuk angin. Ditambah dengan bunyinya rintik-rintik hujan menemani malam sunyi yang telah tercipta.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Biasanya, aku sudah tidur. Tanganku memegang pulpen dan menggerakkannya di atas kertas putih bukuku. Hal yang paling kubenci selain pelajaran bahasa Inggris adalah merangkum mata pelajaran biologi dan sejarah. Aku sudah meringkasnya dengan menandai bagian yang menurutku penting. Tapi, entah kenapa kegiatan merangkumku tidak selesai-selesai juga. Jari-jariku rasanya mau patah, bahkan bisa kurasakan jari manis di tangan kananku lecet akibat terlalu banyak menulis.
Getaran ponsel mengalihkan perhatianku. Kuambil ponsel yang berada di atas tumpukan buku tugas yang baru saja kuselesaikan. Sebuah notifikasi muncul dari pesan WhatsApp yang masuk.
Langit: lo gak apa-apa, kan?
Maksudnya apaan sih dia nanya begitu? Jangan-jangan gara-gara kejadian tempo lalu saat dia mengantarkan aku pulang? Langit pasti mendengar teriakan ayahku yang lantang saat memarahiku habis-habisan.
Apa Langit khawatir padaku? Haduh, jangan ngarep deh, Bil!
Bila: kenapa?
Balasku.
Beberapa detik kemudian muncul notifikasi lagi. Langit kelihatan banget jomblonya, balas chatnya cepat banget.
Langit: ayah lo gak marah lagi?
Aku memutar bola mataku. Dia ini penasaran atau memang peduli sih denganku?
Bila: gak, mending lo belajar sana, kerjain tugas, jangan nyontek mulu.
Langit: males
Bila: jih, yaudah jangan harap lo bisa lihat pr gue besok
Langit: lah?
Bila: bodo amat
Langit: lagian besok gue gak sekolah
Bila: kenapa?
Langit: libur
Bila: meliburkan diri? Besok kan Senin
Langit: emang Senin, siapa bilang Selasa?
Bila: lo yang bilang
Langit: gue ngetik ya
Bila: besok sekolah Langit, jangan bolos
Langit: gak bolos
Bila: terus kenapa gak sekolah?
Langit: lihat kalender sana
Bila: hah?
Langit: besok tanggal merah
Bila: masa sih?
Langit: udah gue bilang, lihat kalender
Aku meraih kalender kecil yang ada di atas nakas, benar saja kalau besok tanggal merah. Lah, kalau begitu gak usah bergadang aku malam ini, kan bisa lanjut besok ngerjain tugasnya. Nyebelin nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILANGIT (END)
Teen FictionKARYA ORISINAL ADA DI AKUN YANG LAIN (@phytagoras_) DAN TIDAK AKAN LANJUT DI SANA. --------------‐-------------------------------------------------------------------------- Bila tidak mengerti mengapa hidupnya penuh dengan drama. Setelah ia memutus...