Alhamdulillah! Semenjak aku meminta maaf kepada Ayah, hatiku mulai tenang, tidak gelisah seperti dulu. Dan lagi aku sangat senang saat Ayah berubah menjadi lebih baik. Ia bahkan tidak menganggur lagi dan kembali mencoba usaha untuk mencari nafkah. Aku harap, ayah akan seperti itu selamanya, dan menjadi lebih baik lagi dari ini. Aku bersyukur, dan sangat berterima kasih kepada Allah Yang Maha Kuasa karena telah mengabulkan do’a hamba yang tidak luput dari salah seperti aku ini.
Saat ini aku sedang berada di lapangan, karena sekarang jam olahraga di kelasku. Pelajaran olahraga di tengah hari seperti ini memang tidak menguntungkan. Sudah panas menyengat, keringat semakin bercucuran, dan pastinya kulit gelapku akan semakin gelap.
Aku duduk di tepi lapangan dan memperhatikan teman-temanku yang sedang bercanda ria di lapangan. Kenapa aku tidak ikut dengan mereka? Mereka pasti akan langsung bubar ketika melihat aku menghampiri mereka. Gara-gara gosip yang beredar di mading waktu itu, membuat teman-teman menjauhiku, khususnya perempuan. Ditambah lagi dengan gosip tentang olimpiade.
Bohong jika aku tidak kepikiran dengan siapa pelaku yang tega melakukan hal keji begitu. Kalau misalkan aku ada salah padanya, tak seharusnya ia berbuat begitu bukan? Kenapa tidak langsung berbicara saja padaku daripada membuang waktu untuk memfinahku begini begitu?
Aku merasa ada seseorang yang duduk di sampingku dengan jarak yang cukup dekat. Aku menoleh dan mendapati Langit sedang duduk sambil meminum air yang dibawanya. Melihat Langit yang berkeringat hebat ditambah sambil minum sampai butiran air jatuh dari dagunya, ia terlihat seperti model iklan air mineral.
Astaghfirullah! Mikir apa sih aku ini? Segera aku memalingkan wajah dan menggeser dudukku menjauh dari Langit. Tapi, cowok itu menggeser duduknya mendekat kepadaku. Lalu aku kembali menggeser dudukku menjauhinya, dan Langit melakukan hal yang sama yaitu mendekat padaku. Aku menoleh ke arah cowok itu dengan jengkel.
"Jangan deket-deket! Minimal jarak satu meter!" seruku. Aku tidak mau ada fitnah baru lagi. Lagipula tidak baik laki-laki dan perempuan duduk berdekatan seperti itu.
"Kenapa?"
"Takut ada fitnah yang enggak-enggak, lagian gak baik deket-deketan gitu, nanti digoda setan malah khilaf."
Langit mengangkat sebelah alisnya. "Siang-siang gini mana ada setan, lagian gue gak bakalan khilaf kalau cuma lihat badan lo yang serba rata itu."
Aku mendelik tajam ke arahnya. "Awas aja kalo lo demen sama yang rata begini!"
Langit terkekeh pelan. Kemudian, cowok itu melempar botol plastik itu sampai masuk ke dalam tempat sampah. Nice shoot!
"Gue boleh tanya sesuatu?
Aku menatap Langit bingung. "Ya ... tinggal tanya aja," sahutku.
"Kenapa lo pake kerudung panjang-panjang begitu? Kenapa gak kayak yang lain pake kerudung biasa aja, dan gak terlalu fanatik sama agama sendiri?"
Aku menghela napas mendengarnya. Kemudian tersenyum.
"Gue bukannya fanatik sama agama sendiri, Lang. Yang diperintahkan Tuhan gue itu seperti ini. Perempuan diwajibkan untuk menutup seluruh tubuhnya kecuali yang biasa nampak, yaitu wajah sama telapak tangan. Dan pakaian yang diperintahkan itu bukan hanya membungkus, tapi juga tidak membentuk lekuk tubuh.
Coba deh gini, contohnya lontong, dia terbungkus dengan begitu sempurna, tapi bentuknya bisa diketahui sama orang-orang. Nah itu yang gak boleh."
"Jadi, maksud lo bentuk tubuh perempuan itu gak boleh terlihat?"
"Ya percuma dibungkus rapi tapi lekuk tubuh masih kelihatan jelas, kayak berpakaian tapi telanjang. Tujuan berhijab itu untuk melindungi diri dari tatapan yang bukan mahramnya, biar tidak terjadi fitnah dan hal-hal yang tidak diinginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
BILANGIT (END)
Teen FictionKARYA ORISINAL ADA DI AKUN YANG LAIN (@phytagoras_) DAN TIDAK AKAN LANJUT DI SANA. --------------‐-------------------------------------------------------------------------- Bila tidak mengerti mengapa hidupnya penuh dengan drama. Setelah ia memutus...