Siang ini aku di sidang oleh pementor eskul rohis. Di dalam masjid yang dingin tanganku terus berkeringat, bergetar, dan gugup. Aku bingung harus menjelaskannya seperti apa. Aku harus bisa memfilter cerita sesungguhnya, aku tidak boleh menceritakan semuanya, jangan sampai masalah keluargaku terbawa.
"Kakak senang Bila memutuskan gabung rohis beberapa bulan lalu karena keinginan untuk berhijrah. Memang benar hijrah itu butuh proses, tidak bisa langsung menjadi pribadi yang sempurna, karena memang pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang sempurna.
Kakak juga senang lihat perubahan Bila, yang tadinya pakai kerudung pendek sampai kelihatan helaian rambut, kini sudah ditutupi khimar yang panjang, sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 31 yang artinya; Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya (muka dan telapak tangan). Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (khimar) ke dadanya. Pasti Bila juga tau'kan apa gunanya menutup aurat sesuai dengan surat An-Nur tadi?"
"Tapi, percuma juga kita menutup aurat tapi belum bisa membatasi dalam pergaulan, yang akhirnya menimbulkan fitnah. Sama seperti yang Bila alami saat ini."
"Seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 32 yang artinya; Dan janganlah kamu mendekati zina, karena zina merupakan suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
"Kakak yakin Bila hafal dan tau maksud dari ayat ini. Mendekati zina saja sudah dilarang keras oleh Allah, bagaimana jika melakukannya? Na'udzubillah! Jangan sampai, ya? Oleh karena itu, kita harus menjauhi hal-hal yang mendekati zina, dengan cara menjaga jarak dari yang bukan mahram kita."
"Kakak tau Bila gak mungkin pacaran sama Langit, atau memiliki hubungan khusus sama Pak Ilham, apalagi menjual diri seperti gosip yang orang lain bilang. Kakak yakin Bila gadis yang baik-baik. Makanya di sini Kakak mau menegaskan, jangan terlalu dekat dengan yang bukan mahram. Kalau tidak jatuhnya seperti ini, menimbulkan fitnah."
Aku masih setia menunduk dan mendegarkan. Selama ini aku belum bisa menjadi muslimah yang baik. Aku masih banyak kekurangan. Aku harus belajar, melatih diri, dan membiasakan diri. Aku harus bisa.
"Untuk saat ini, Kakak akan yakinin pembina buat gak ngasih hukuman yang terlalu berat. Kakak tau Bila lagi banyak masalah. Kakak gak mau ngebebanin."
Pementor-pementor rohis memang baik. Mereka tidak melihat dari satu sudut panjang saja. Mereka juga memahamiku. Aku senang, masih ada orang yang tidak sepenuhnya menyalahkanku.
*****
Kembali pada rutinitasku setelah pulang sekolah ya pasti nangkring di warung nasi Padang tempatku bekerja. Bosku sudah pulang dari kampung, jadi ya sekarang mulai kerja lagi. kini jam kerjanya nambah satu jam, jadi aku pulang tepat pukul sebelas malam. Saat ini, aku tengah berdiri menunggu hujan reda. Warung nasi Padang ini sudah tutup dari lima belas menit lalu.
Aku termenung dengan kejadian di sekolah tadi siang. Kebanyakan orang justru ingin sekali menjadi populer di sekolah, tapi pengecualian bagiku. Apalagi kalau populernya karena jadi bahan gosip yang tidak-tidak, benar-benar menyesakkan.
Aku harus selalu kuat telinga dan hati setiap orang-orang berbisik mengomentari aku begini begitu. Aku bingung, kenapa dengan mudahnya mereka percaya saja dengan gosip murahan yang belum tentu kebenarannya. Apa karena ada fotoku di sana sebagai bukti? Memangnya dengan foto itu bisa menjadi bukti kuat kalau aku memang wanita penggoda?
Aku menghela napas berat. Berharap semua masalah ini segera usai. Aku benar-benar lelah dan ingin segera hidup bahagia. Sudah masalah keluarga yang selalu berhasil menghancurkan hatiku, kini ditambah dengan masalah di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILANGIT (END)
Teen FictionKARYA ORISINAL ADA DI AKUN YANG LAIN (@phytagoras_) DAN TIDAK AKAN LANJUT DI SANA. --------------‐-------------------------------------------------------------------------- Bila tidak mengerti mengapa hidupnya penuh dengan drama. Setelah ia memutus...