07- Kejujuran Jeno

10.8K 1K 50
                                    

_07_

Mendengar pertanyaan Jaemin membuat Jeno terdiam di tempatnya. Jaemin yang melihat itu nampaknya tahu apa yang akan dijawab oleh Jeno.

"Jeno, duduk sini." Jeno duduk di sebelah Jaemin, tak lama Jaemin meletakkan kepalanya di bahu lebar dan tegap Jeno.

"Jaem?" Jaemin hanya diam, dia menutup mata sembari memeluk lengan berorot Jeno, entahlah tapi Jaemin merasa aman setiap Jeno ada disisinya. Setiap melihat Jeno duduk di sampingnya, menyentuh jemarinya, Jaemin selalu merasa aman. Dia merasa tidak akan pernah ada yang bisa menyakitinya jika Jeno ada di sisinya.

"Diam Jeno-ya, nikmati waktu tenang ini sebelum tiga jagoan itu merusuh kembali." ujar Jaemin masih dengan mata tertutup.

"Masalahnya kau ingin menikmati waktu setelah menanyakan sesuatu yang membuatku sejak tadi tidak tenang." ujar Jeno, Jaemin membuka matanya dan menatap ke arah Jisung yang terbaring di atas kasur.

"Jantungmu berisik sekali." ujar Jaemin, dia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Jeno.

"Gara-gara dirimu" jujur Jeno. Jaemin terkekeh pelan.

"Aku hanya bertanya, Jeno-ya." ujar Jaemin, Jeno menggelengkan kepalanya pelan. Dia menyandarkan tubuhnya pada sofa, kepalanya menoleh ke arah Jaemin.

"Kau memang tidak risih jika aku menjawab jujur?" tanya Jeno.

"Untuk apa risih? Kau takut aku jijik padamu dan menjauhimu, begitu?" tanya Jaemin, Jeno mengangguk jujur, wajahnya sudah terlihat dia sangat tertekan dengan semua itu. Jaemin mengulurkan tangannya dan mengusap pipi juga rahang tegas Jeno.

"Aku tidak akan melakukan hal seperti itu." ujar Jaemin.

"Jika aku menjawab, aku memang menganggapmu lebih dari sekedar sahabat? lebih dari sekedar rekan kerja, apa kau menerimanya?" tanya Jeno.

"Mm, aku menerimanya." jawab Jaemin.

"Jaemin, aku sedang serius." Jeno bergerak dari posisinya, kini dia duduk menghadap ke arah Jaemin.

"Aku sedang tidak main-main, kau tahu? Aku pria, kau pria, kita hidup di dalam lingkungan sosial yang masih menganggap hubungan sejenis adalah hal taboo, meski hyungdeul atau yang lain menerima kita, aku tetap mencemaskan orang-orang lain. Tidak hanya itu, aku menyukai sosok sahabat yang sudah menemaniku hampir sembilan tahun ini. Aku tidak bisa tenang Jaeminnie." Jaemin diam menatap Jeno yang sepertinya masih ingin bicara.

"Aku cemburu melihatmu dekat dengan yang lain, bahkan jika itu Mark hyung atau Renjun sekalipun, tapi sekali lagi aku bertanya pada diriku, aku siapamu?" Jaemin masih diam.

"Aku mencintaimu, itu yang ingin kukatakan. Tapi dua kata itu tidak bisa keluar dari bibirku." ujar Jeno pelan, Jaemin meraih jemari panjang Jeno dan mengusapnya beberapa kali.

"Jeno-ya, terimakasih sudah jujur." ujar Jaemin, Jeno mendongak dan menatap Jaemin yang menatapnya teduh.

"Maksudmu?" tanya Jeno.

"Terimakasih sudah jujur akan perasaanmu yang sebenarnya padaku, aku menghargai itu, sangat menghargainya." Jeno menatap tidak mengerti pada Jaemin.

"Mari jalani semua ini pelan-pelan."

"Jaeminnie?"

"Hanya tolong jalani ini pelan-pelan bersamaku."

"Kau- tidak akan menjauhiku kan?"

"Sama sekali tidak."

Jeno menatap mata Jaemin yang menatapnya teduh. Jemari Jeno tanpa sadar terulur dan mengusap pipi chubby sosok di depannya.

[BL/NOMIN] Our Dreamies BabiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang