Saat ini Giselle gugup setengah mampus menghadapi orang tuanya. Gimana pun walau Nadeen dan Giselle setuju untuk married tetap aja perlu restu orang tua. Tapi Giselle kira meminta restu orang tua seperti ia minta izin saja. Nyatanya jauh dari itu. Hal yang lebih mengherankan adalah Nadeen sangat terlihat tenang, bahkan bisa berbicara dengan santai dengan Papa dan Mamanya.
"Sel, kamu sakit?" Tanya Berlian melihat wajah pucat anaknya
Giselle menggeleng sambil tersenyum, "Aku baik-baik aja"
Berlian melirik cincin yang sudah melingkar di jari manis Giselle, "Kaya Nadeen sudah propose ke kamu."
Giselle menegang, "Mama tau darimana? Aku kan belum cerita apa-apa"
"Sudah dong. Nadeen yang rencanain ini sama Mama" ucap Berlian
Giselle melotot, ia menoleh ke arah Nadeen. Pergerakan Nadeen sempat terhenti, ia memang tidak cerita apapun masalah ini pada Giselle. Karena ini kan Suprise...
"...aku perlu mama Gi."
Giselle sudah was-was dan sudah menyiapakan skenario terburuk jika Nadeen di tolak tapi laki-laki ini malah cengar-cengir tidak berdosa.
"Papa dan Mama sudah restuin kamu dan Nadeen. Sekarang kita bahas kapan wedding kamu dan Nadeen"
Giselle menghela nafas kasar, "Urusan kita belum selesai" tunjuk Giselle pada Nadeen
"Sudah-sudah. Baru juga manis-manis, masa mau berantem" ucap Berlian
"Dia Ma, aku sudah nervous dia malah santai banget"
"Ngapain kamu nervous?"
"Ya takut... kalau mama papa gak setuju"
"Siapa yang bisa nolak menantu kaya Nadeen? Mama bangga lah punya menantu cakep dan bisa mama pamerin ke temen-temen mama." Ucap Berlian
Nadeen mengulum senyumnya, "Seneng kamu?" Sungut Giselle
"Gak biasa aja" jawab Nadeen
"Kamu udah ada tanggal gak?" Tanya Mikhael
"Gak ada lah. Aku gak rencaniin itu kesini"
"Ya udah berarti papa yang nentuin"
"Kenapa gitu?!!" Tanya Giselle
"Kenapa nggak? Kayanya akhir bulan ini oke juga" ucap Mikhael
"Mama sih setuju"
"Gimana kamu Nadeen?"
Nadeen melirik Giselle yang masih ngambek, "Aku ikut kata Giselle"
"Nadeen. Kamu gak boleh gitu, kamu harus punya keputusan. Jangan jadi bibit suami takut istri"
"Bukan begitu Ma, itu cara aku menghargai Giselle. Aku gak mau Giselle tertekan karena desakan siapapun. Karena hari itu harusnya Giselle jadi orang paling bahagia, bukan terpaksa karena keputusan sepihak"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIEND
FanfictionGiselle really thought she was the one. But before it started, Giselle knew that Nadeen was the best liar she had ever known.