Seminggu telah berlalu, selama tragedi Jera yang pergi dari rumah, mulai dari itu Jaehyun menjaga jarak dengan Aeri, ia jarang menemui Aeri dan menerima panggilan dari Aeri, ia juga ke kantor hanya pulang sampai siang saja, katakanlah Jaehyun itu pengecut, ia benar-benar ingin melupakan Aeri, namun apalah daya, Jaehyun adalah ayah dari anak yang di kandung Aeri.
Seperti saat ini, Jaehyun sama sekali tidak pergi ke kantor dan juga menemui Aeri, ia hanya menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya, bermain dengan kedua anaknya di taman depan rumahnya.
Jaehyun bermain bola bersama Jean, sedangkan Jea dan Jera duduk di bangku taman sambil bercerita hangat, terlihat sangat romantis keluarga ini, namun suatu kebohongan ada di antara keluarga ini.
"Jean tangkap bolanya, hiak!!!" Jaehyun berteriak sambil melemparkan bola kepada Jean, namun Jean tidak dapat menggapai bolanya yang membuat Jaehyun tertawa.
"Papi payah, masa lempar bolanya kenceng banget!!" Ujar Jean sambil mengambil bola itu.
"Yaudah ini papi lemparnya pelan."
Drt
DrtHandphone Jaehyun berbunyi, ia mengambil handphone itu di sakunya, lalu ia melihat nama si penelpon, dan itu adalah Aeri.
Jaehyun agak menjauh dari keluarganya setelah meminta izin kepada Jean untuk mengangkat telpon sebentar.
"Ya Aeri ada apa?" Tanya Jaehyun dengan suara lembut.
"Jaehyun, hiksss aku tidak tahu harus apa, ayah sangat marah besar padaku, aku takut, kau jahat padaku, kenapa akhir-akhir ini kau sulit sekali di hubungi, hiksss rasanya aku ingin mati, aku akan mati saja jika kau tidak datang ke sini" racau Aeri di sebrang sana sambil menangis tersedu-sedu.
"Kau kenapa Aeri? Kau dimana sekarang? aku kesana" Tanya Jaehyun dengan panik.
"Aku di apartemen ku" jawab Aeri.
Jaehyun langsung memutuskan sambungannya sepihak, lalu ia langsung bergegas menemui Aeri.
"Sayang, aku harus pergi sekarang, karyawan ku ada yang kecelakaan, sampai jumpa nanti malam, by" ujar Jaehyun sambil mengecup bibir Jera singkat, lalu ia pergi begitu saja, padahal Jera belum melontarkan kata-katanya.
Jaehyun mengegas laju mobilnya, ia menuju apartemen Aeri yang satu gedung juga dengan apartemen Jaehyun, beberapa menit kemudian Jaehyun pun sampai, ia langsung menuju lobi dan memasuki unit apartemen Aeri dengan langkah terburu-buru, ia takut jika Aeri melakukan hal-hal yang aneh.
"Aeri" gumam Jaehyun saat melihat Aeri berdiri di samping ranjang dengan tampilan berantakan, tangannya juga ada bekas luka.
"Jaehyun, aku ingin mati saja" lirih Aeri sambil memegang pisau.
"Jangan Aeri!!!" Jerit Jaehyun sambil melemparkan pisau dari tangan Aeri, lalu ia memeluk tubuh Aeri sambil menangis, Aeri juga menangis dalam pelukan Jaehyun.
"Hikss Jae, ank ini, anak sial" gumam Aeri.
"Jangan seperti itu, tenang lah" jawab Jaehyun sambil mengelus rambut Aeri.
"Aku tidak pantas hidup, hidup ku hanya menyusahkan saja, arghh hikss" lirih Aeri sambil mencengkram kemeja Jaehyun.
"Sudah sayang jangan menangis, semua akan baik-baik saja" bisik Jaehyun dengan mata berkaca-kaca, Jaehyun dapat merasakan kehancuran Aeri sekarang.
"Jae, pulang lah, aku baik-baik saja di sini, kau tidak perlu menemaniku lagi, karena aku hanya pelakor yang tidak ada untungnya" lirih Aeri sambil menatap mata Jaehyun.
"Tidak, aku akan di sini menemani mu, peluk aku sepuas mu, dan maafkan aku soal kemarin yang tidak ada kabar, bagaimana pun juga ini anak kita" gumam Jaehyun sambil mengelus perut Aeri yang sudah sedikit membuncit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sick then happy [END]
Teen FictionCerita ini akan membuat anda geram pada salah satu tokohnya, jika mau baca siapkan mental, wkwk Sequel CBPM🔞 Sifat baik dan ramah seseorang tidak menentukan isi hatinya, itu lah yang berlaku pada Jaehyun, seorang suami yang mampu bersikap baik dan...