Layaknya alam bawah sadar yang menjadi penghubung antara kehidupan dan kematian, juga adanya Jembatan Shiratal mustaqim sebagai pengubung antara Surga dan Neraka. Di dunia yang bukan hanya didiami oleh makhluk hidup bernama Manusia saja ini juga memiliki banyak lorong penghubung lainnya, antara alam manusia dengan alam yang berbeda-beda. Antara dimensi satu dengan dimensi lainnya. Meski hidup berdampingan, namun masing-masing alam ini memiliki sebuah peraturan sendiri-sendiri yang pantang untuk dilanggar. Dan memiliki sebuah dinding transparan sebagai pembatasnya. Juga memiliki sebuah gerbang sebagai pintu utamanya, agar siapapun yang terpilih dan memiliki 'kemampuan khusus' dapat menjaga keseimbangan alam-alam tersebut.
Dengan langkah lebarnya yang tampak terburu-buru, Yardan berjalan garang menuju sebuah ruangan dalam gedung SHS bertuliskan RUANG RAPAT di atas pintunya tersebut. Tanpa mengendurkan mimik tegang yang tercetak di wajahnya, guru pratik ilmu kebatinan itu membuka lebar kedua daun pintu ruangan bernuansa krem tersebut.
Sonita, Dustin, Citra, Chester, berikut Friedrich yang duduk di mejanya sebagai pemimpin rapat tersebut, menyambut kedatangan Yardan dengan ekpresi cemas yang begitu kentara. Mereka yang sudah lebih dulu berkumpul di sana, tampak sangat menunggu-nunggu kehadiran Pria bertempramen keras itu.
"Apakah tidak ada cara lain selain membuka gerbang dunia gaib untuk mereka? Aiden memang mampu, tapi yang lainnya?" tanpa berbasa basi lebih dulu, Yardan yang sudah mendengar perihal kekacauan yang dibuat oleh Cay Lan Gong tersebut melontarkan pertanyaan.
Mendengar nada tidak setuju dalam kalimat yang Yardan katakan, Chester menggeleng lemah. "Memangnya pilihan apa lagi yang kita punya selain itu? Daripada kita harus melenyapkan Iblis itu dengan tangan kita sendiri, bukannya lebih baik jika kita mengirimnya pulang?" Kini, guru Asrama Putra itu justru membalikan pertanyaan pada Yardan.
"Untuk saat ini, Cay Lan Gong memang tidak memakan korban. Tidak ada satupun jiwa yang berhasil dia ambil, namun jika dia sudah berubah menjadi Monster seperti sekarang ini, apakah ada yang dapat menjamin bahwa dia tidak akan membahayakan manusia lagi?" Citra menambahi. "Menurutku, kita juga layak memeriksa latar belakang kehidupan Hira. Siapa dia sebenarnya, dari mana dia berasal dan ..., alasan kenapa malam itu dia ditemukan pingsan di depan teras Sekolah kita. Sebab, jika memang benar adanya. Semua ini juga ada sangkutpautnya dengan Hira. Bagaimana dia tahu fungsi dari segel penambah kekuatan bagi para Iblis itu? Dari mana dia belajar dan untuk apa dia menggunakan segel itu pada Cay Lan Gong?"
"Saat Pentagram Emas itu Chester bawa pergi menuju Sekolah SMK N 9, saya sedang bersama Hira. Anak itu saya ajak untuk merapikan dan menata kembali buku-buku di Perpustakaan. Selama berjam-jam, Hira benar-benar bersama saya di sana. Bahkan kami sempat mengobrol dan bercanda. Tak ada yang aneh dengan anak itu siang tadi, sampai tiba-tiba saja saya mendengar suara sekumpulan burung gagak yang bertengkar di luar jendela Perpustakaan. Perhatian saya teralih pada burung-burung itu, karena penasaran ingin tahu apa penyebab mereka bertengkar dan ingin mengusirnya, saya beringsut mendekati jendela yang posisinya berjarak dua meter dari tempat saya duduk sebelumnya. Di saat itulah saya mendapat berita ini dari Rucita yang mengabari lewat telepati. Awalnya saya menyangkalnya, namun saat saya membalikan badan, Hira benar-benar sudah tidak ada di kursi yang semula kita tempati. Dalam sekejap anak itu lenyap tak berbekas. Saya sudah mencoba mencarinya di setiap sudut ruangan di Sekolah ini, namun hasilnya nihil. Hira tidak ada di mana pun." Papar Sonita menceritakan sedetail mungkin kejadian yang dialaminya beberapa saat lalu.
"Jika bukan hantu, menurut kalian bagaimana Hira bisa menghilang dalam waktu sesingkat itu? Menurut kalian ..., siapa yang dapat menghilang dalam sekejap seperti yang telah Hira lakukan? Saifi angin. Siapa yang mampu memiliki ajian langka itu selain Para Wali dan mendiang Tuan Aozora berikut keturunannya?" Dustin menambahi dengan netranya yang menatap lurus ke arah Yardan yang masih betah bergeming di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supranatural High School [ End ]
HorrorMereka berpikir, aku gila. Aku selalu diasingkan. Bahkan orangtuaku sendiri pun sampai pernah mengirimku ke RSJ, hanya gara-gara aku tidak seperti mereka. Aku frustasi dan hampir menyerah pada hidup karena hal ini. Namun, sebuah sekolah justru mener...