Pelatihan

119 2 0
                                    

Kabut tebal, tampak menyelimuti udara dingin melingkupi bangunan besar peninggalan Belanda yang kini telah diubah menjadi sebuah gedung sekolah. Suara burung hantu dengan matanya yang menyala terang di tengah gelapnya rerimbunan pohon yang menjulang tinggi, menjadi saksi betapa gigihnya usaha para murid SHS untuk belajar. Ini sudah hampir tengah malam, bukannya beristirahat ... Friedrich selaku kepala sekolah SHS justru mengumumkan pada semua muridnya untuk bersiap menerima serangkaian pelatihan yang akan di ajaran oleh beberapa guru pilihannya.

Dan di sinilah mereka semua berada. Dalam sebuah gazebo berukuran besar di halaman belakang gedung sekolah; yang justru lebih mirip hutan kecil ketimbang sebuah taman tersebut.

Dalam kedinginan karena tak diperkenankan mengenakan pakaian hangat, dan dalam suasana yang terasa mencekam, para murid dipaksa oleh Dustin untuk duduk bersila membentuk sebuah lingkaran sambil berkonsentrasi penuh. Jika tidak terbiasa, tentu sangat sulit melakukan hal itu. Terlebih lagi kita harus tetap memejamkan mata dalam pikiran yang tenang sementara di depan kita, asap dari tungku menyan terus mengepulkan asap hitam yang mengganggu pernapaskan kita.

"Uhuk!" suara batuk yang tak dapat Arthur tahan mengusik kehusyukan para temannya yang refleks membuka mata mereka. Mendesis sinis ke arah Arthur yang langsung meminta maaf dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Kenapa kalian membuka mata? Tetaplah berkonsentrasi. Jika menghadapi makhluk tak kasat mata, kalian tidak boleh lengah barang sedetik pun. Karena jika kalian melakukan itu, maka kalian akan menerima konsekuensi yang mengerikan."

Aiden, Arthur, Baron, Dylan, Ernest, Hira, Helga, Raga, Rucita dan murid lainnya mencoba untuk kembali fokus dalam pelajaran kebatinan yang mereka terima. Mendengar penjabaran sang guru yang tengah menjelaskan bahwa hantu, setan, iblis, jin atau makhluk halus itu dapat dikenali lewat bau mereka. Seperti bau busuk yang menandakan kedatangan si pocong, bau ubi bakar yang tercium beberapa saat sebelum genderuwo muncul atau wewangian bunga ketika kuntilanak hadir di sekitar kita.

"Dalam tugas yang nanti akan diberikan pada kalian, terkadang ... Murid SHS akan diminta untuk menghadirkan makhluk halus yang menjadi penunggu sebuah tempat untuk melakukan negosiasi. Dan salah satu cara memanggil mereka adalah dengan memberi umpan. Seperti keong untuk memanggil tuyul, anyir darah untuk memanggil makhluk astral penyuka darah seperti kuntilanak, atau daging-dagingan untuk genderuwo," papar Dustin setelah sebelumnya memperbolehkan anak didiknya yang duduk mengitari tungku menyan berukuran sedang di tengah gazebo tersebut, untuk membuka mata mereka.

"Maaf, Guru. Jika itu kesukaan mereka, kenapa banyak orang pribumi yang ngasih sesajen dari hasil bumi di sumur tua, makam tua atau semacamnya? Kalau umpannya kayak gitu, emang makhluk apa yang bakal muncul?" tanya Arthur ingin tahu.

Dustin mengulas senyumnya tipis. "Hasil bumi seperti buah-buahan, kopi hingga nasi tumpeng berikut lauk pauknya, pada umumnya diberikan untuk makhluk halus yang menjadi leluhur sebuah tempat. Atau siluman yang para penganut pesugihan sembah. Nah, sekarang ... apa masing-masing dari kalian sudah membawa sesuatu untuk kalian coba memanggil para makhluk astral?"

"Ya, Guru!" sahut para murid yang langsung merogoh saku baju seragam sekolah mereka.

"Kalau begitu, cobalah. Lempar benda yang kalian bawa ke dalam tungku, dan mari kita lihat. Siapa di antara kalian yang berhasil memanggil mereka. Di mulai dari kamu, Aiden."

Setelah ditunjuk oleh sang guru, Aiden langsung bergerak maju, lalu memeras sebuah jeruk nipis di atas tungku menyan tersebut. Dan dalam hitungan detik, tiba-tiba saja asap menyan yang keluar dari tungku, berubah bentuk. Membentuk tengkorak manusia berlumuran darah yang merintih kesakitan.

"Dia adalah salah satu jin korin dari korban penjajahan Belanda yang masih berkeliaran di sekitar gedung SHS ini," terang Aiden yang kemudian kembali ke tempat semula. Dustin menganggukkan dagunya sekali, membenarkan apa yang Aiden katakan barusan. Lalu menunjuk secara runtut siswa yang dipilihnya untuk melakukan hal yang sama dengan Aiden.

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang