Pantai Siung merupakan salah satu banyaknya Pantai Selatan yang terdapat di Yogyakarta. Pantai dengan pemandangan eksotis serta mulai banyaknya objek-objek wisata yang bertumbuh, cukup membuat nama Pantai tersebut menjadi primadona bagi kalangan pecinta wisata laut. Pantai Siung yang lokasinya berjarak 77 km dari pusat kota Yogyakarta itu, menjadi tempat persinggahan kedua setelah Dylan pulang ke rumahnya tempo hari.
Bukan berniat untuk berlibur atau mencari udara segar. Maksud kedatangan Dylan adalah ingin mengunjungi Desa di mana Mbok Sri dilahirkan dan dikebumikan. Ingin berziarah ke makam sosok yang telah dianggap sebagai orangtuanya sendiri itu menjadi tujuan utamanya.
Desa Purwodadi menjadi pemberhentian terakhir Bus yang mengantar pemuda berbibir penuh tersebut ke tempat itu. Sinar Matahari begitu terik menyengat, kala kepala Dylan menyumbul keluar dari salah satu kendaraan umum tersebut. Sembari menyipitkan matanya menahan silau dari atas Langit sana, Dylan mulai menggerakan tungkainya menyeberangi jalan raya untuk kemudian bergerak menuju pesisir pantai yang cukup ramai.
Mungkin karena hari itu adalah hari libur, jadi wajar saja jika Pantai Siung banyak pengunjungnya. Meski terpaan angin laut begitu menyejukan hati, beberapa buah kelapa yang tersaji di depan meja para penjual es seolah tengah menggoda Dylan untuk menghampirinya, namun remaja lelaki itu tampak tak peduli. Sepasang kakinya terus berayun menyusuri luasnya pasir putih yang sesekali usil masuk dan mengotori sepatunya.
Dengan berbekal alamat yang orangtuanya berikan, sampailah Dylan di sebuah Perkampungan Nelayan di Pantai Siung. Lain halnya dengan bau amis yang identik begitu melekat jika mendengar kata Perkampungan Nelayan. Suasana gersang nan kumuh juga tak nampak terlihat sejauh mata memandang. Meski lokasinya dekat Laut, namun pemandangan hijau dari tanaman buah dan sayur yang ditanam di pekarangan tiap rumah warga ; menggunakan cara hidroponik, cukup memanjakan mata. Bebukitan yang seakan melindungi bibir Pantai Siung pun menjadi pemandangan elok yang menawan hati Dylan.
Remaja lelaki berusia 16 tahun itu tampak tenang menyusuri tiap kelokan jalan setapak yang dilaluinya, namun ketika retina matanya menemukan beberapa bendera warna kuning yang tersemat di tiap pohon dan tiang lampu jalan, dada pemuda berdahi bulat itu mendadak bergemuruh, disusul rasa sesak yang seolah meremas dadanya kuat, membuat Dylan kesulitan untuk menghirup oksigen.
Tidak ada di saat-saat Mbok Sri mengembuskan napas terakhirnya, cukup membuat Dylan menyesal. Belum sempat meminta maaf karena selalu merepotkan Mbok Sri, juga belum menyampaikan rasa terima kasihnya karena Mbok Sri telah merawat dirinya dengan sangat baik itulah yang menjadi alasan keberadaan Dylan di tanah Pedesaan itu.
Saat jarum jam tangan kasual yang melingkar di tangan kiri Dylan menunjukan pukul dua siang, barulah Pemuda itu sampai di sebuah rumah panggung bercat hijau-putih berukuran sedang. Di halaman rumah tersebut terlihat beberapa jaring ikan yang menggantung. Namun ada pula seorang pria yang tengah menganyam jaring ikan yang baru. Mengingat profesi utama desa tersebut adalah Nelayan, tentu hal itu akan menjadi pemandangan yang umum tersaji di tiap rumah penduduk.
Dari dalam rumah tersebut muncul seorang wanita dengan membawa nampan berisi makanan kecil juga minuman untuk kemudian disuguhkannya pada pria tadi. Menyadari ada seorang pemuda asing tengah memperhatikan kegiatan mereka dari kejauhan, wanita berkebaya biru itu lekas menghampiri Dylan.
"Opo Mas iki, Mas Dylan, yo?" tanya wanita yang penampilannya seperti mendiang Mbok Sri tersebut memastikan.
Dylan mengulas senyumnya tipis, seraya mengangguk lemah. "Maaf, apa kedatangan saya mengganggu?" timpal Dylan sopan.
"Oalah, ya ndak toh, Mas. Mana mungkin Mas Dylan mengganggu. Saya justru senang Mas Dylan berkenan nyempetin waktu buat berkunjung ke sini. Sebelumnya juga Nyonya Besar sudah menghubungi saya, kalo Mas Dylan akan datang kemari dan menginap di sini. Ayo! Mari masuk, Mas. Saya sudah menyiapkan kamar untuk Mas Dylan beristirahat." ajak Mbak Yanti ; anak tunggal dari Mbok Sri, mempersilakan tamunya, setelah sebelumnya ia memperkenalkan suaminya terlebih dulu, juga pada kedua anaknya yang rupanya tengah asyik menonton TV di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supranatural High School [ End ]
HorrorMereka berpikir, aku gila. Aku selalu diasingkan. Bahkan orangtuaku sendiri pun sampai pernah mengirimku ke RSJ, hanya gara-gara aku tidak seperti mereka. Aku frustasi dan hampir menyerah pada hidup karena hal ini. Namun, sebuah sekolah justru mener...